Share

78. Diledek

Adzan ashar berkumandang. Aku terbangun dari istirahat siang. Segala lelah dan pegal telah lenyap. Rumah tampak sepi. Hanya terdengar suara gemericik air di kamar mandi.

"Eh Ibu sudah bangun?" sapa Nona ketika keluar dari kamar mandi. Wajah dan anggota tubuh lainnya tampak basah. Dia bukan habis mandi. Sepertinya baru saja bersuci.

"Pada ke mana? Kok sepi, ya?" tanyaku basa-basi.

"Galang pergi main futsal. Gading nganter Bunga beli popoknya Fawwaz ke Indoapril."

"Fawwaz diajak juga?"

"Iya."

"Oh." Mulutku membulat kecil. Aku pun melangkah masuk ke kamar mandi.

"Ibu gak tanya ayahku?"

Aku balik badan lagi. "Iya, ayahmu di mana?"

"Ayah pamit balik. Padahal aku dan Bunga sudah bujuk dia buat tidur di sini, tapi ayah gak mau," terang Nona tampak kecewa.

Aku tersenyum tipis mendengarnya.

"Kasihan di rumah ayah pasti kesepian," lanjut Nona kini terlihat sedih.

"Mungkin ayahmu butuh tempat yang tenang buat beristirahat. Di sini kan rame." Aku memberikan dalih dengan asal.

"Ayah juga ngajak ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status