"Kamu nggak pernah benar ya urus anak! Gimana bisa nilai anak kita sampai merah semua begini?! Kamu nggak ajarin dia belajar?!" hardik Rivan pada sang istri, Salsa.
Namun, Salsa dengan berani melompat marah dan dengan kasar ia menuding Rivan.
"Mas, aku ini istri. Bukan pengasuh anak atau babu. Atau pembantumu! Aku sudah melahirkan dan membesarkan dia. Sehari-hari ya dia harus mandiri dong. Dia itu sudah besar. Masa iya aku harus terus menerus ajarin dia. Lagi pula kan ada baby sitter ada Mbak juga di rumah ini. Apa salahnya kalau kamu bayar sekalian guru les buat ajarin anak kamu itu belajar !" bentak Salsa.
Rivan benar-benar emosi luar biasa. Selama ini ia selalu saja mengalah dan mengalah pada Salsa. Tapi, istrinya itu seolah lupa bahwa tugasnya sebagai ibu bukan hanya melahirkan dan membesarkan anak saja.
"Jadi, tugas istri dan ibu itu apa menurutmu?!" seru Rivan.
"Apa aku kurang melayani suami?!" balas Salsa.
Gazali tersenyum saat melihat keponakannya datang. Sudah lama sekali ia dan Rivan tidak bertemu."Bagaimana anak dan istrimu?" tanya Gazali."Sehat semua, Cang.""Syukur dah kalau sehat, tumben main ke Jakarta?""Iya, Cang. Kebetulan pengen jalan-jalan, sumpek di Bandung terus. Boleh saya menginap di sini?""Ya boleh, tunggu sebentar encang panggil pembantu dulu buat beres- beres kamarmu."Gazali segera memanggil Kartika yang sedang mencuci di belakang dan menyuruhnya membersihkan kamar tamu."Ya sudah, saya bersihkan sekarang ya, Pak.""Kerjaan yang lain udah selesai, Tika?" tanya Gazali."Sudah semua, Pak. Tinggal jemur ini sebentar langsung saya kerjakan kamarnya.""Iya, terima kasih Neng Tika.""Sama-sama, Pak."Kartika pun bergegas menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian ia segera membereskan kamar tamu, menggantiny
"Kenapa kau pergi dariku?" tanya Rivan. Saat ini ia dan Kartika berada di sebuah restoran mewah di Jakarta Selatan. Rivan sengaja membawa Kartika dan Dania ke sana karena ia ingin memberikan perhatian kepada anak yang selama sepuluh tahun ini tidak pernah ia temui."Aku tidak mau kau memaksa untuk mengugurkan kandunganku. Aku mungkin nekad waktu itu, tapi aku yakin jika apa yang aku lakukan adalah yang terbaik. Aku mencintaimu, Mas. Jadi, bagaimana bisa aku menghilangkan buah cintaku yang ada di rahimku. Dan aku tidak pernah menyesal melahirkan Dania. Dia bisa tumbuh besar dan juga menjadi anak yang baik dan rajin."Rivan menghela napas panjang, ia tersenyum saat melihat putrinya itu makan dengan lahap tanpa suara. Cara makannya pun begitu rapi, Kartika telah mendidik putrinya dengan baik."Apa raportmu bagus , Nak?" tanya Rivan pada Dania.Dania buru-buru mengosongkan mulutnya yang penuh dengan makanan sebelum menj
"Saskia perlu sepatu dan tas sekolah yang baru. Dia juga perlu membeli buku dan peralatan sekolah yang baru.""Tasnya masih bagus, lagi pula nilai-nilainya kemarin tidak memuaskan. Tidak usah beli baru!" Salsa menatap Rivan dengan tajam. Ia merasa kesal melihat sikap suaminya beberapa bulan belakangan ini."Kamu kenapa sih, Mas? Beberapa bulan ini pelit sekali. Aku curiga kau memiliki wanita lain di luar sana," kata Salsa dengan mata memicing dan tatapan tajam. Rivan yang sedang duduk membaca koran langsung membanting koran yang sedang ia pegang ke atas meja dengan geram."Aku bukan pelit! Tapi, aku sedang mendidik keluargaku supaya kau dan anakmu yang manja itu tau bagaimana menghargai uang dan juga mau berjuang!""Maksudmu, Mas?""Ajari Saskia, jika dia mau sesuatu berjuang dulu. Mau tas dan sepatu baru , artinya dia harus bisa mendapatkan
Salsa menatap layar ponselnya tak percaya. Baru saja seorang sahabatnya yang berada di Jakarta mengirimkan foto Rivan sedang berada di Mall bersama seorang wanita dan anak kecil."Gue pikir dia bukan Rivan, Sa. Tapi, gue kan hapal mukanya, pas gue liat dari jarak yang nggak terlalu jauh, ternyata beneran Rivan. Tapi, dia nggak liat gue. Kayanya anak yang sama dia, anaknya Rivan. Masalahnya wajahnya mirip banget sama Rivan.""Lu nggak lagi main-main, kan Mis?""Gila lah, mana mungkin gue main-main. Laki lu nggak ada di rumah kan?""Sudah lima hari dia nggak di rumah.""Fix , kalau begitu gue yakin yang gue liat tadi itu Rivan.""Ya sudah , aku tutup dulu teleponnya!"Salsa merasa kesal, ia sama sekali tidak menyangka Rivan akan tega berkhianat dan berani menikah dengan wanita lain. Selama ini, tidak ada tanda-tanda bahwa ia memiliki wanita lain.Tapi, tunggu! Dahi Salsa berkeru
"Bercerai saja kalau memang sudah tidak nyaman, bukankah sejak dulu kita sudah sering bertengkar? Apa yang mau kita pertahankan lagi, kalau memang sudah seperti ini jadinya," tukas Rivan."Mas! Aku curiga kau memiliki wanita lain di luar sana, akui sajalah!" teriak Salsa geram.Rivan menatap Salsa tajam, "Iya! Aku memang memiliki istri dan anak yang lain. Dan kalau boleh jujur, dia jauh lebih baik darimu. Kartika bukan perempuan matealistis yang hanya mementingkan harta dan uang tanpa peduli bagaimana diriku! Apa pernah kau bertanya aku sudah makan atau belum, perlu air panas untuk mandi atau sekadar menyiapkan secangkir kopi panas?!""Buat apa ada pembantu rumah tangga jika pekerjaan seperti itu harus aku yang mengerjakan,Mas!""Itulah tugasnya istri, bukan hanya melayani di atas ranjang! Suami butuh diperhatikan, diajak bicara. Jangan salahkan aku jika mencari wanita lain yang bisa mengerti dan memperhatikan setiap kebutuhanku."
Salsa tidak terima Rivan menceraikannya begitu saja, meskipun secara hukum statusnya masih sah istri Rivan, tapi secara agama ia tidak bisa kembali begitu saja pada Rivan. Ibu mertuanya memang membelanya mati-matian. Tapi tidak dengan ayah mertuanya yang jelas memihak pada Rivan. Hal itu membuat Salsa merasa kesal dan sakit hati.Pagi itu , ia menitipkan Saskia pada ibunya, sementara ia menemui Rivan. Tapi, belum sempat ia masuk ke kompleks perumahan, ia melihat mobil Rivan keluar dari kompleks. Salsa memutuskan untuk mengikuti mobil Rivan. Tidak disangka , rupanya mobil Rivan menuju ke luar kota."Ah, rupanya kau mau menemui istri simpananmu! Baik, kita lihat apa yang akan bisa aku lakukan, Mas," gumam Salsa.Salsa memantapkan hati dan mengikuti Rivan, ia menjaga jarak pandang supaya Rivan tidak menyadari bahwa ia sedang diikuti. Betapa panas hati Salsa saat Rivan tiba di sebuah rumah kecil, ia melihat seorang wan
Rivan menarik tangan Salsa dan langsung mendudukkannya di kursi dengan keras."Kau mau bikin aku malu?!" hardiknya."Kau yang buat aku jadi seperti ini, Mas!""Yang menantang minta bercerai siapa? Kau sendiri, bukan aku yang minta!""Tapi , kau yang sudah berselingkuh dengan perempuan murahan ini!""Kartika sekarang adalah istriku yang sah. Aku hanya tinggal mengesahkan pernikahan kami secara hukum," ujar Rivan. Salsa mencibir kesal, "Jangan harap kau bisa melakukan hal itu,Mas!""Kita sudah bercerai, Salsa. Aku sudah menjatuhkan talak tiga kepadamu, itu artinya tidak akan mudah untuk kita rujuk kembali.""JAHAAT!" teriak Salsa. Ghazali menatap keponakannya penuh rasa ingin tahu."Kalian sudah bercerai?" tanya Ghazali pada Rivan."Iya , Cang. Saya sudah menjatuhkan talak tiga kepada Salsa kemarin."
Kartika dan Dania panik saat mendapatkan kabar bahwa Rivan dan Salsa mengalami kecelakaan. Mereka segera ke rumah sakit tempat Rivan dirawat."Tenang saja, Kartika ...."Gazali berkata seraya menepuk bahu Kartika yang sudah menangis pilu sambil memeluk Dania. Saat mereka datang ke rumah sakit, Reni dan Wahyu orangtua Rivan juga baru saja datang. Melihat kedatangan Gazali jelas membuat Wahyu terkejut."Loh, kok di sini?" tanya Wahyu pada sepupunya itu."Ceritanya panjang, Mas. Oya, ini Kartika dan Dania, anak istri Rivan di Jakarta," Gazali memperkenalkan Kartika dan Dania. Berbeda dengan Wahyu yang menatap Dania dengan lembut dan hangat, Reni justru menatap Kartika dengan tatapan penuh amarah."Gara-gara kamu, anak dan menantuku mengalami kecelakaan! Pembawa sial!" seru Reni."MAMA! Dia istri Rivan juga, dan itu cucu kita! Apa ka