Share

02. Flat

Author: Sashaawn
last update Last Updated: 2021-06-21 17:01:11

"Kau mau kemana?" 

"Aku akan ikut denganmu" Sicheng mengikuti langkah Reyna di tengah riuhnya keadaan kota setelah tornado yang bahkan tidak diprediksi sama sekali oleh badan pengamat cuaca Jerman sekalipun. Aneh. Sangat aneh. 

"Bagaimana dengan tokomu?" Tanya gadis itu lagi.

"Aku akan menutupnya, tugasku sekarang adalah menjagamu dari bahaya" 

"Tidak. Kau tidak perlu ikut denganku. Aku tinggal sendiri di flatku" tolaknya masih dengan langkah cepat agar ia bisa sampai ke stasiun bawah tanah tepat waktu. Sungguh, hari ini sangat melelahkan.

"Lalu?"

"Kau tidak mengerti, hah? Apa yang akan dikatakan oleh tetanggaku jika aku membawa pria ke flatku? Dan lagi, kau orang asing. Bagaimana aku mengizinkan orang lain masuk sembarangan ke tempat tinggalku" Tidak tau berapa lama lagi Reyna kuat menahan emosinya menghadapi pria yang terus mengikutinya ini. 

"Kau bisa mengatakan kalau aku pacar atau bahkan suamimu kepada tetanggamu, aku yakin mereka akan menyukaiku. Aku bukan orang asing Reyna. Kau tau, kau akan aman bersamaku. Juga, aku tidak mempunyai hasrat seksual Jadi kujamin tidak akan terjadi sesuatu yang merugikanmu" 

"Terserah! aku lelah. Mungkin aku sedang halusinasi karena terlalu lelah seharian bekerja kemarin" dengus Reyna pasrah. 

Reyna menempelkan kartunya sebagai tanda ia akan menumpangi kereta yang akan datang 5 menit lagi, begitu juga yang dilakukan Sicheng. 

"Flatmu berada di lantai 3, aku benar?" Tanya Sicheng yang sekarang duduk di sebelah Reyna. Hari ini penumpang kereta terlihat agak sepi. Mungkin mereka masih sibuk mengurusi kekacauan yang terjadi di kota. 

"Yap, Benar. Kau pasti tau. Kau mengikuti selama 3 hari terakhir ini" 

"Hei, kujelaskan. Aku tidak mengikutimu. dia adalah bayanganku. Aku sama sekali tidak berniat mengikutimu. Itu salahmu yang terus memikirkan pria tua ini sehing--" 

"Bisakah kau diam saja? Aku sangat lelah" 

---

"Kuberi tahu satu hal Reyna, flatmu ini sangat jauh dari standar flat gadis pada umumnya" Sicheng mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah flat milik Reyna.

"Dan sekarang kau membuatnya semakin kotor dengan membawa masuk sepatu jelekmu itu" gerutu Reyna ketika melihat pria itu dengan santainya masuk dan duduk di sofa miliknya tanpa membuka sepatu.

"Wah, Reyna Xu ini memang tipikal orang Asia sekali. Aku tidak heran" sekali lagi Reyna terkejut karena Sicheng menyebut namanya lengkap dengan nama keluarganya. 

"Kau benar-benar penguntit atau apa? Jelaskan padaku secara rasional tanpa membawa makhluk-makhluk mitologi sialanmu itu. Itu sama sekali tidak masuk akal" 

"Aku sudah jelaskan. Memang begitu adanya. Apalagi yang harus kujelaskan?"

"Baiklah. Aku percaya. Terserah padamu, mungkin memang bisa saja. Tapi apakah kau benar-benar akan tinggal di tempatku? Maksudku-- ah, atau mungkin kau seorang gelandangan karena toko kuemu bangkrut? Lagi pula tadi kau bilang kau berada di sana selama 3 hari, berarti kau memang tidak punya rumah, dan kau sedang memanfaatkanku sekarang dengan menceritakan cerita bodoh sialan itu" cecar Reyna panjang lebar yang bahkan mungkin orang lain juga tidak akan mengerti apa yang ia katakan.

"Sicheng sayang.. Sicheng. Tidak baik berkata kasar kepada orang tua" nada suaranya tetap tenang. "Atau mungkin kau mau memanggilku Mike? itu adalah nama baratku, orang-orang biasa memanggilku dengan nama itu" 

Reyna melemparkan pandangan jijik kepada pria itu. Selain aneh pria itu juga ternyata bisa mengatakan hal-hal menggelikan seperti itu.

"Reyna Xu, 24 tahun. Berasal dari keluarga berpenghasilan menengah di Nanchong, China. Masuk ke Universitas Freie dengan beasiswa penuh karena kecerdasannya yang mengalahkan 543 peserta lain calon penerima beasiswa tersebut, lulus tahun lalu dengan nilai akhir yang cukup memuaskan. Sekarang bekerja sebagai pengajar di salah satu taman kanak-kanak di kota ini" Sicheng membacakan isi sebuah kertas lusuh yang entah dari mana ia dapatkan. 

"Baiklah Mike, sekarang aku percaya. Jadi biarkan aku mandi dan mengistirahatkan tubuhku" Reyna berjalan ke arah kamarnya. 

"Woah, kau akan memanggilku dengan nama itu? Tidak kusangka. Tadinya kupikir kau akan memanggilku dengan nama Asiaku, tapi diluar dugaanku kau malah memanggilku Mike. Baiklah, Paling tidak kau tidak memanggilku sialan lagi" Sicheng membuka sepatunya lalu meletakkannya di rak sepatu persis di samping sepatu yang Reyna gunakan tadi.

Reyna lagi-lagi tidak menggubris ocehan Sicheng. Ia masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri dan menenangkan pikirannya.

---

"Hei, kau lapar? Aku bisa memasak untukmu" ini sudah hampir malam, tapi sejak tadi Reyna belum keluar dari kamarnya.

"Reyna, buka pintunya. Aku bisa saja masuk tanpa membuka pintu ini, tapi itu tidak sopan" Sicheng masih mengetuk pintu kamar Reyna.

"Tidak baik makan makanan instan dan junkfood setiap hari. Kau akan menyesalinya nanti saat kau tua" Reyna akhirnya membukakan pintu karena merasa terganggu dengan omelan pria itu dan tepat ia menemukan Sicheng berdiri di depan pintu kamarnya.

"Lalu sekarang kau mau apa?" Wajah Reyna sudah tidak sekusut tadi siang, tapi masih terlihat jelas kalau ia belum mempercayai Sicheng seratus persen. 

"Aku akan memasak untukmu" Sicheng berjalan ke arah kulkas milik Reyna.  

"kau punya apa di sini?" Sicheng hanya menemukan Red velvet miliknya, sosis, kentang, beberapa buah bawang bombai serta 6 botol susu di dalam kulkas. 

"Kalau kau lupa, aku adalah seorang pâtissier* Reyna. Jadi kau tak perlu ragu dengan masakanku" Sicheng mulai mengiris bawang bombai dan memanaskan butter di atas wajan. Reyna hanya duduk diam di kursi yang berada di dekat microwave. 

"Reyna" 

"Apa?" 

"Kau tau, seratus tahun lalu wujudku tidak seperti sekarang ini. Waktu itu aku adalah seorang pria kulit hitam dengan tinggi 194 cm" jelas Sicheng asal sambil menunggu sosis yang digorengnya di atas butter panas itu.

"Lalu kenapa sekarang kau bisa seperti ini?" Tanya Reyna sedikit penasaran.

"Aku hanya bosan dengan wajahku yang itu, dan juga orang-orang akan mengenaliku dan keheranan jika mereka melihatku tidak bertambah tua" Sicheng meletakkan Bratwurst* yang telah selesai ia buat di piring milik Reyna.

"Dan lucunya aku malah bertemu dengan gadis yang menambah masalah hidupku" 

"Apa apaan kau! Kau yang membuat hidupku bermasalah. Aku tidak mengenalmu, dan hanya gara gara Red Velvet sialan itu kau membuat cerita konyol dan menyebut dirimu imp, itu jauh lebih tidak masuk akal" 

"Okay, baik. Memang salahku tidak mengatakan kalau kue itu berbahaya. Tapi kau memaksaku, aku sudah menyarankan kau untuk mengganti kue itu dengan kue lain, tapi kau tetap keras kepala" entah berapa kali lagi mereka harus berdebat seperti ini. Sebenarnya Sicheng agak lelah. 

"Lebih baik kau makan dulu. Kau akan cepat tua jika kau terus marah-marah" Sicheng memberikan Bratwurst hasil karyanya kepada Reyna yang sekarang sudah berada di sofa ruang tengah setelah tadi meninggalkannya di dapur. 

Reyna, tipikal gadis pekerja keras yang bisa hidup mandiri dengan uang hasil kerjanya. Tadinya ia akan bekerja di kantor, tapi ia memutuskan untuk menjadi pengajar di taman kanak-kanak hanya karena ia tidak pernah mempunyai adik. Ya, dia anak tunggal di keluarganya. Mungkin tahun depan ia akan mencoba melamar di perusahaan yang pernah temannya rekomendasikan. 

"Ambil kue milikmu itu, aku bahkan tidak menyentuhnya sedikitpun. Kau bisa memakannya kembali dan pergi dari rumahku"

"Kita bisa memakannya berdua, aku akan membaginya denganmu" 

"Tidak, terimakasih. Habiskan saja sendiri dan pergi dari rumahku" 

Sicheng masih tidak habis pikir mengapa wanita ini sangat keras kepala dan juga temperamen. Kalau begini bagaimana ia bisa melakukan tugasnya sebagai imp. 

Sicheng mulai memakan kue miliknya, karena sesungguhnya kue itu hanya bisa dimakan olehnya. Ia tau bahwa kue itu tidak akan sampai ke perut siapapun kecuali dirinya. Ia juga tidak memakan makanan manusia karena mau bagaimanapun mereka berbeda jenis kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu. Bahkan Bratwurst yang baru saja ia buat ataupun kue kue yang ia pajang di tokonya sangat jarang sekali dicicipinya, terakhir ia mencicipi makanan manusia mungkin sekitar 100 tahun lalu, saat bersama Elena. Iya, Sicheng bisa memakan makakan manusia selama ia terikat dengan seseorang. Selama ini, ia belajar menjadi seorang pâtissier agar bisa hidup normal seperti manusia pada umumnya dan bisa menghasilkan uang yang bahkan tidak ia butuhkan. 

"Kau akan pergi tidur?" Tanya Sicheng ketika melihat Reyna beranjak dari sofa.

"Iya. Kau pergi saja" jawabnya ketus.

"Tidak Reyna, aku akan di sini menunggumu sampai kau bangun lagi"

"Kau tidak tidur?" 

"Aku tidak butuh" 

"Bagus kalau begitu" Reyna menutup pintu kamarnya dan meninggalkan Sicheng yang kelihatannya masih betah duduk di sofa.

Sicheng mengamati seisi flat milik Reyna. Tidak ada yang spesial, hanya flat biasa dengan ruang tamu, kamar serta kamar mandi dan dapur. Tidak terlalu rapi juga, bahkan tong sampah di dekat pintu yang berisi bungkus makanan cepat saji juga belum dibuang. 

"Ini, aku hanya punya dua bantal, biasanya aku tidur menggunakan keduanya. Tapi karena rasa kemanusiaanku masih ada aku meminjamkan satu untukmu walaupun kau bilang kau bukan manusia" Untungnya Sicheng mampu menangkap bantal yang Reyna lempar ke arahnya. Jika tidak, pasti bantal itu akan tepat mengarah ke wajahnya. 

"Terimakasih sayang" senyum itu lagi, sial. Reyna merasa ngeri melihat senyum dan mendengar kata-kata itu. 

"Sialan!" Reyna menutup keras pintu kamarnya. 

Sicheng merebahkan tubuhnya di sofa. Ia tidak tidur, karena ia tidak butuh. Ia hanya mengistirahatkan sejenak organ tubuhnya agar tetap bisa berfungsi sebagaimana milik manusia biasa.

----------

*pâtissier: pastry chef, orang yang mengkhususkan diri membuat kue-kue khas Eropa seperti kue tar, mousse, kue kering, dan sebagainya. 

*Bratwurst: salah satu sosis khas Jerman yang terkenal kelezatannya, karena hanya menggunakan daging untuk bahan isinya. Pada umumnya jenis sosis ini menggunakan daging sapi muda tapi lebih sering digunakan daging babi oleh sebagian orang khususnya di Amerika Utara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Reyna salah ambil profesi nih wkwk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BIZARRE (Indonesia)   16. Felix (2)

    "Aku bosan Mike" Ini sudah ketiga kalinya Reyna bolak-balik di ruang tamu. Sicheng yang bermalas-malasan di sofa berpura-pura memejamkan matanya seakan ia sedang tidur. "Aku tahu kau tidak butuh tidur, tidak usah berpura-pura" Gadis itu berjalan ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Rasanya waktu berputar sangat lambat sampai Reyna sudah tidak tertarik melanjutkan menonton drama yang selalu ia tunggu setiap minggu itu."Lalu aku harus apa Reyna?" Mike bahkan sampai heran melihat tingkah Reyna, bukankah ini yang diinginkan gadis itu? Bersantai seharian di kasurnya sambil menikmati serial drama. "Kau mau makan apa? Akan kumasakkan untukmu""Aku tidak lapar, aku bosan" akhirnya Reyna mengambil posisi duduk di sebelah Sicheng yang membuat pria itu mau tidak mau harus menggeser sedikit tubuhnya agar Reyna bisa duduk deng

  • BIZARRE (Indonesia)   15. Bagaimana Rasanya

    "Sekolah diliburkan" ujar Reyna singkat saat keluar dari kamar mandi. Setelah kejadian semalam, seluruh akomodasi dan jaringan pusat kota dilumpuhkan untuk mencegah terjadinya aksi lain yang serupa. Bahkan jalur keluar masuk bandara juga diperiksa ketat oleh pihak berwajib dalam rangka mencari dan mewaspadai komplotan teroris yang mungkin masih berada di sekitar kota."Benarkah?" Sicheng tidak habis pikir mengapa para pemberontak itu bertindak sejauh ini padahal tidak ada gunanya untuk mereka. Belum tentu juga apa yang mereka inginkan tercapai, malah nyawa mereka yang menjadi taruhannya. Dengar-dengar dua anggota dari komplotan itu sudah tewas tepat setelah mereka melancarkan aksinya semalam, salah satu dari mereka adalah pria yang Sicheng dan Reyna lihat saat dievakuasi dan diangkat ke ambulans kemarin dalam kondisi tidak bernyawa karena terpaksa harus ditewaskan segera saat ia mengarahkan s

  • BIZARRE (Indonesia)   14. Tidak Seperti Malam Biasanya

    “Hari ini aku ingin membuat Mousse cake, kita belum pernah membuatnya di toko kan?” Sicheng mengikuti Reyna yang berjalan di depannya, gerbang yayasan tempat Reyna mengajar setelah mereka berjalan sekitar 350 meter dari stasiun.“Iya, belum pernah” Reyna menoleh sebentar ke arah Sicheng di belakangnya lalu kembali berjalan. “Kau tidak ke toko saja duluan? aku benar-benar tidak apa-apa tanpa harus kau tunggu seperti ini. Kau sudah lihat kan selama ini tidak pernah terjadi hal buruk apapun kepadaku” lanjut Reyna lagi sambil melambatkan langkahnya agar sejajar dengan Sicheng.“Aku hanya melakukan tugasku, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat aku tidak ada” jawab Sicheng sembari memberikan kotak bekal yang sejak tadi dibawanya. “Pizza sayur, tadi pagi kita tidak sempat sarapan” pasalnya pagi ini mereka hampir saja ketinggalan kereta karena Reyna yang lupa memasang alarmnya dan Sicheng yang menyangka bahw

  • BIZARRE (Indonesia)   13. Rekening Untuk Mike

    Tidak Butuh waktu lama untuk membuat Felix da Jeff akrab, bahkan Gabrielle pun ikut tersenyum senang melihat interaksi kekasihnya dengan anak manis yang sampai sekarang belum dijemput ibunya padahal hari sudah mulai gelap. Reyna sempat menelpon Adeline lima belas menit lalu, tetapi tidak ada jawaban dari wanita itu. Karena khawatir terjadi apa-apa kepada Adeline, Reyna berinisiatif menelpon Karl, salah satu pegawai Adeline di restoran. Setelah mendapat info dari karl bahwa hari ini Restoran sedang sangat ramai ditambah lagi salah satu pegawai mereka sedang cuti membuat Adeline mau tidak mau harus turut sibuk melayani para pengunjung yang datang sehingga membuat ibu anak satu itu tidak sempat memeriksa ponselnya. Gelak tawa Felix terdengar saat Jeff menceritakan dongeng lucu yang mengundang tawa sehingga membuat anak itu hampir menangis karena terlalu lama tertawa. Sicheng bahkan tidak menduga kalau bayi kecil yang dulu ia temui sedang menangis di sebuah kamar apartemen

  • BIZARRE (Indonesia)   12. Jeff dan Gabrielle

    Setelah hampir 3 jam bergelut dengan adonan kue juga membersihkan seluruh sudut toko akhirnya toko roti milik Sicheng yang diberi nama Nachthimmel itu sudah terlihat seperti sebulan lalu, hanya saja hari ini tidak terlalu banyak kue juga roti yang dibuat oleh Sicheng. Pria itu hanya membuat beberapa kue berukuran sedang dan belasan roti kecil dengan berbagai rasa. selesai menyusun kue-kue tersebut dengan kue keju pilihan Felix sebagai kue utama hari ini yang dipajang indah di etalase kaca tepat di bagian tengahnya, Reyna membalik papan penanda dengan tulisan ‘OPEN’ yang digantungkan di pintu toko menandakan bahwa toko itu siap menerima pembeli setelah sebulan lamanya.“Lalu apa yang akan kita lakukan paman?” Felix menjatuhkan tubuhnya di sofa coklat yang berada di sudut kanan toko itu.“Kita akan menunggu pembeli” jawab Sicheng ikut duduk di sebelah Felix.“Kalau tidak ada yang datang bagaimana?”“Past

  • BIZARRE (Indonesia)   11. Hansel dan Gretel

    Pagi ini juga sama, suasana gerbong kereta cukup ramai. Sebagai pengguna transportasi umum sejak tinggal di kota metropolitan yang merupakan ibu kota Jerman, hal seperti ini sudah biasa untuk Reyna. Sicheng sendiri hanya mengikuti langkah gadis itu kemanapun ia pergi. Setelah mendapatkan tempat duduk Reyna mengeluarkan ponsel pintarnya untuk mengecek jadwalnya hari ini. "Aku bisa pulang cepat hari ini" ujar Reyna kepada Sicheng yang sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh gerbong kereta untuk memastikan bahwa tidak ada orang-orang yang mampu melihatnya dengan wujud lain. "Benarkah? Jam berapa?" Tanya Sicheng antusias. "Mungkin pukul 10 atau setengah 11" "Kalau begitu kita bisa ke toko lebih cepat" Sicheng terlihat sangat senang sekarang, entah apa yang membuat pria itu sangat bersemangat untuk membuka toko nya kembali padahal kemarin saat Reyna menyarankannya Sicheng tidak terlihat berminat untuk membukanya. "Kenapa kau sangat bersema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status