Share

03. Felix

"Mau kubuatkan sarapan?" Entah tidak mengerti keadaan atau karena terlalu peduli pada Reyna, bisa-bisanya Sicheng menanyakan pertanyaan seperti itu kepada gadis yang bahkan tidak sempat memakai kaus kaki karena ia kesiangan dan tidak sampai sepuluh menit lagi kereta tujuannya akan berangkat. 

"Kau ini bodoh atau apa? Kau tidak lihat aku sedang buru-buru?" Seperti dugaan, respon Reyna akan seperti ini. 

Gadis itu buru-buru keluar dari flatnya mengambil langkah secepat mungkin agar ia sampai di stasiun, Reyna harus di sana sebelum kereta berangkat. Gadis jtu akan merasa rugi jika ia harus merelakan uangnya untuk membayar taxi yang biayanya bisa berlipat kali lebih besar.

----

"Aku membawakan sarapan untukmu" Reyna tidak tahu bagaimana ceritanya, tapi sekarang Sicheng sudah berdiri di sebelahnya. Pagi ini Reyna harus rela berdiri di kereta karena tidak ada lagi kursi kosong yang tersedia. Semua orang mengawali hari di jam seperti ini, jadi tidak heran kalau kereta ini dipenuhi orang-orang bermuka serius dengan setelan rapi khas orang sibuk. 

"Kau?! Bagaimana bisa kau di sini?" Pekik Reyna yang membuat beberapa pasang mata mengarah kepada mereka berdua. 

"Aku sedang menjalankan tugasku" Sicheng menunjukkan tas kecil yang berisi sarapan untuk Reyna "aku memasak Kartoffelsalat*, kau suka kan?" 

"Baiklah, terserahmu saja" 

Jarak dari flat Reyna ke tempatnya mengajar tidak terlalu jauh. Hanya 5 pemberhentian yang perlu dilewati. Namun saat ini ia merasa sangat tidak nyaman karena beberapa orang terlihat memperhatikan rambut merah jambu milik Sicheng.  Benar apa yang apa Reyna pikirkan selama ini, rambut itu aneh.

----

"Sudah kubilang rambutmu itu aneh, kau lihat sendiri kan tadi orang-orang memperhatikanmu" gerutu Reyna sambil terus berjalan ke arah gerbang yayasan milik seorang petinggi kota yang beberapa puluh meter lagi ada di depan mereka.

"Mereka mungkin iri dengan rambutku. lagi pula aku menyukainya, ini terlihat cocok untukku" ternyata Sicheng sangat mencintai dirinya sendiri.

"Aku akan menunggumu di sini" Reyna sebenarnya heran kenapa Sicheng selalu menunggunya di tempat ini. Maksudnya dua hari yang lalu Sicheng-- ataupun bayangan sialannya itu juga selalu menunggunya di gazebo luar pagar utama yayasan tempat ia mengajar.

"Kenapa kau tidak ikut masuk?" 

"Di dalam sana banyak anak-anak, mungkin beberapa dari mereka akan kaget atau bahkan takut ketika melihatku" Sicheng menjawab santai lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya. 

"Tidak akan ada yang takut melihatmu dengan rambut anehmu itu, Mike" sekali lagi Reyna memanggil Sicheng dengan nama Inggrisnya. 

"Bukan begitu Reyna. Wujud asliku ti--" 

"Aku tidak punya waktu untuk mendengarkan ocehanmu, aku pergi dulu" potong Reyna sebelum Sicheng menyelesaikan kalimatnya. Bersama dengan itu Sicheng mentap Reyna masuk ke pintu gerbang, tidak lupa wanita itu memberikan senyuman kepada Wachmann* yang berjaga di samping gerbang.

----

Percayalah, selama menunggu Reyna mengajar Sicheng tidak pernah meninggalkan sedetikpun tempat itu. Jika ia bosan dengan ponselnya maka ia akan memainkan bebatuan kecil di sekitarnya atau kadang ia menjahili orang yang berlalulalang di depannya dengan kekuatan yang ia miliki. Pada dasarnya imp memang tidak jahat, mereka hanya suka usil dan ingin bermain-main dengan manusia. 

"Rambutmu terlihat bagus tuan" Suara itu mengagetkan Sicheng karena ia tahu jelas siapa pemilik suara tersebut.

Sicheng langsung berdiri mengambil langkah menjauh sebisa mungkin dari pria bersetelan Overcoat yang dipadukan dengan jeans hitam itu. 

"Tenang bung, aku tidak datang untuk menjemputmu, aku hanya ingin melihat keadaanmu" pria itu berbicara tenang.

"Kau terlihat baik-baik saja, aku hanya memastikan. Baiklah kalau begitu aku pergi" tidak banyak bicara, pria itu langsung pergi berjalan ke arah utara dan menghilang di persimpangan jalan begitu saja bahkan tanpa mendapatkan jawaban satu kata pun dari Sicheng.

Sicheng menenangkan diri setelah pria itu tidak terlihat lagi. Pasalnya pria itu adalah seorang pastor di salah satu gereja tua di tepi kota. Sejak lama ia ingin menangkap Sicheng namun makhluk itu selalu mampu kabur ataupun melawan para pastor itu. Sudah ia katakan, bahwa terkurung di dalam botol sialan itu sangat tidak nyaman.

Tidak lama setelahnya Reyna berjalan keluar dari pintu gerbang ke arah Sicheng. Namun hari ini terlihat sedikit berbeda, Ada seorang anak kecil yang menggandeng tangannya. 

"Hei, kau sudah selesai? Siapa jagoan kecil ini?" Sicheng menyapa Reyna juga memperhatikan sekilas anak kecil itu.

Wajah anak itu terlihat sedikit ketakutan dan mengeratkan tangannya di genggaman Reyna. Ini yang Sicheng takutkan, beberapa anak kecil ataupun orang dewasa yang mempunyai kemampuan khusus bisa melihatnya dengan penampilan yang berbeda.

"Ini Felix, hari ini ibunya tidak sempat menjemputnya. Jadi aku yang akan mengantarnya pulang" jelas Reyna singkat.

"Halo Felix, hari ini paman dan ibu guru cantik ini yang akan mengantarmu pulang. Kau tidak keberatan kan jika paman ikut?" Tanya Sicheng kepada anak itu.

"Apakah paman memang mempunyai tanduk dan juga sayap seperti itu? Itu sedikit menakutkan paman" melenceng dari pertanyaan Sicheng tadi, Felix malah mengatakan sesuatu yang membuat Reyna membelakkan mata. 

"Apa yang kau katakan Felix? Tanduk dan sayap seperti apa?" Reyna langsung menanyakannya kepada Felix, karena sungguh menurut Reyna satu satunya yang terlihat aneh pada Sicheng hanyalah rambut merah jambunya, bukan sayap ataupun tanduk.

"Felix, sudah tante katakan jangan terlalu sering menonton kartun-kartun aneh itu. Lebih baik ulangi pelajaran yang kita pelajari tadi di rumah" lanjut Reyna kepada Felix yang masih menatap Sicheng dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

"Felix, kau takut pada paman?" Sicheng berjongkok di depan Felix menanyakan pertanyaan itu seolah tidak mendengar omelan Reyna barusan.

"Tidak. Tadi aku hanya sedikit terkejut. Tapi tanduk dan sayapmu itu asli kan paman?" Sicheng hanya mengangguk dengan senyuman kepada Felix. Lihatlah, Reyna semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang.

----

Gerbong kereta terlihat agak sepi, ini baru jam 1 siang dan Reyna sudah selesai dengan pekerjaannya. Mereka bertiga bisa duduk dengan nyaman tanpa berdesak-desakan, bahkan sekarang Felix sedang tertidur dengan menyandarkan tubuhnya ke Reyna.

"Felix bisa melihatku" ujar Sicheng.

"Maksudmu? Aku juga bisa melihatmu" 

"Dia bisa melihatku dengan wujud lain yang tidak bisa kau lihat. Itulah mengapa aku tidak mau ikut masuk ke dalam tempat bekerjamu, di sana banyak anak-anak dan pasti ada beberapa dari mereka yang bisa melihatku. Aku hanya tidak ingin mereka ketakutan dan menangis sepanjang hari. Tapi untungnya Felix tidak takut padaku" tidak semua yang dijelaskan Sicheng mampu dicerna oleh akal sehat Reyna, Tapi ia diam saja karena gadis dengan setelan biru muda itu sedang tidak ingin mengeluarkan umpatan hari ini. 

"Jadi, kenapa kau yang mengantar anak ini?" Tanya Sicheng lagi.

"Kupikir kau mengetahui semua tentangku bahkan warna dalaman yang kupakai sehari-hari" Reyna benar-benar mengira Sicheng mengetahui semua itu.

"Hei, apa yang kau katakan? Aku tidak mesum seperti itu. Juga, aku hanya mengetahui sebagian kecil tentangmu, seperti kau menolak dijodohkan dengan teman masa kecilmu, benar?" sungguh, Sicheng tidak tahu banyak tentang Reyna. Di kertas yang kemarin ia baca hanya ada beberapa info mengenai wanita ini.

Reyna mengangguk pelan mendengarnya, sedikit kaget juga karena Sicheng tahu tentang perjodohan gagal itu. Tapi Reyna tidak ambil pusing dengan itu, karena mungkin ia sudah sedikit percaya kalau makhluk aneh ini bukanlah manusia. 

"Ibu dan ayah Felix dulunya mempunyai restoran kecil di dekat kampusku, aku sering sarapan di sana, saat itu Felix masih bayi. Tapi tiga tahun lalu ayahnya meninggal karena kecelakaan dan sekarang ibunya melanjutkan restoran itu sendirian. Syukurlah, restoran itu sekarang semakin dikenal dan sudah mempunyai beberapa karyawan. aku ingat dulu ibu dan ayahnya hanya menjalankan dan mengurusi restroran itu berdua saja" itu kalimat terpanjang yang pernah diucapkan Reyna selama berbicara dengan Sicheng. 

"Lalu apa urusannya denganmu sampai kau mau mengantar anaknya pulang?"

"Aku sangat kagum kepada ibunya. Ia bisa berjuang sampai seperti sekarang ini tanpa seorang suami. Dia juga yang memberi tahuku tentang yayasan tempatku mengajar sekarang. dan kau lihat, sekarang Felix bersekolah di tempat mengajarku. Jadi aku merasa bertanggung jawab atasnya" tidak ada salahnya Reyna berterimakasih dengan cara ini. Kadang jika waktunya senggang, ia juga akan pergi ke restoran milik ibu Felix untuk sekedar mengobrol dan makan di sana.

----------

*Kartoffelsalat: salad kentang, makanan khas tradisional jerman berbahan utama kentang.

*Wachmann: satpam, penjaga keamanan 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
benua Eropa itu yg bikin menarik makanannya, selain pemandangan & wisata ya.. menurutku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status