Home / Romansa / BOS & HIS SECRETARY / 8. Kamu Cemburu, Pak? (2)

Share

8. Kamu Cemburu, Pak? (2)

last update Huling Na-update: 2022-08-05 23:18:07

Adora mengembuskan napasnya perlahan, merasakan sensasi menenangkan yang mulai merangkak naik dari ujung kakinya kini berusaha menguasai hampir seluruh tubuhnya.

Adora menenggelamkan setengah wajahnya, indra penghidunya dapat mencium aroma lavender yang berasal dari air yang kini membasuh bagian bawah tubuhnya, aroma bunga yang menghantarkannya pada ketenangan, sementara itu telapak tangannya bermain di dalam air hangat pada permandian kolam panas hotel.

Sudah lama Adora tidak merasakan ketenangan seperti ini. Seluruh otot tegangnya saat ini mulai mengendur. Adora merasa bersyukur karena Benjamin telah memberikan fasilitas ini untuknya, untuk melepas penat sejenak dari pekerjaan.

Benjamin, laki-laki itu memberi Adora voucher sebelum dirinya masuk ke kamar, sebuah voucher yang mampu membuat mata Adora berbinar karenanya. Katanya sebagai bentuk apresiasi pada Adora, Benjamin memberikan voucher kolam mandi permandian panas privat untuknya.

Adora tentu berterima kasih karenanya, sebab karena Benjamin, Adora dapat merasakan waktu tenangnya sendiri. Terlebih, kolam permandian panas ini begitu banyak diminati orang-orang dan Adora berhasil menikmati fasilitas ini secara privat. Mengetahui hal itu tentu membuat Adora merasa tersanjung, dia tidak perlu terusik dengan kehadiran orang lain dan bebas menikmati waktunya.

Tanpa sadar Adora bersenandung riang, meluapkan perasaan gembiranya. Kapan terakhir kalinya dia merasakan perasaan seperti ini? Sepertinya hampir setengah abad yang lalu.

Kriet ...

Adora menolehkan kepalanya ke sumber suara, sontak matanya membulat kala menemukan Benjamin berdiri di ujung kolam. Laki-laki itu tersenyum miring sembari berkacak pinggang, tubuh bagian atasnya tak terlapisi sehelai benang, hanya handuk putih yang bertengger di pinggul dan menutupi tubuh bagian bawah Benjamin hingga sebatas lutut.

"Apa yang membuatmu begitu senang seperti itu, Adora?" Ujar Benjamin sembari melepaskan lilitan handuk pada pinggangnya hingga handuk itu jatuh dan menampakkan alat vital Benjamin yang masih dalam keadaan tidur, sontak membuat Adora membeliak dan membalikkan badan hingga memunggungi Benjamin sebab dirinya terlalu panik karena serangan tiba-tiba yang diberikan oleh Benjamin.

Tak lama dari itu, Adora dapat mendengar suara air yang bergerak dari arah belakangnya, dia juga merasakan gelombang air yang menggodanya bertubruk dari tubuh di belakangnya. Selangkah, dua langkah, tiga langkah, Benjamin bergerak mendekat ke arah Adora dan berhenti tepat di belakang sekretarisnya itu.

"Kau kenapa, Adora?"

Merasakan perasaan gugup yang begitu kuat, Adora menyuarakan suaranya tapi dengan pikiran yang kosong, "Justru Bapak yang kenapa?!"

"Aku baik-baik saja."

"Bukan itu maksudku!" Sanggahan Adora nyatanya berhasil mengundang tawa renyah Benjamin. Laki-laki itu kemudian menaruh tangan besarnya di pundak bersih Adora yang telanjang. "Kenapa Bapak di sini?"

"Aku hanya ingin membantumu membersihkan tubuhmu," Jawab Benjamin sembari mengusap pundak Adora dan membuat buluk kuduk Adora merinding karenanya, "Seperti permintaanmu akhir minggu lalu, Adora."

"Di sini? Di kolam permandian wanita?"

Benjamin yang sedang mengendus aroma tubuh Adora sedikit terdistraksi oleh pertanyaan yang diberikan sekretarisnya itu. "Kenapa? Kau mau kita pindah ke sebrang?"

Kolam di seberang permandian ini adalah kolam permandian yang dikhususkan untuk laki-laki. Kedua kolam permandian ini hanya dibatasi sekat tipis di antara keduanya.

Mendapati Adora menggeleng, Benjamin pun berbisik menggoda di telinga gadis itu. "Kalau kau mau, tentu saja aku tidak keberatan dengan itu."

.

.

.

.

Benjamin dapat merasakan bibir Adora yang bergetar karena desahan yang tak tertahan dan tak bisa keluar dari mulutnya, rasanya begitu menyenangkan melihat Adora yang begitu kepayahan menanganinya. Keduanya sibuk dengan kegiatan mereka sampai ...

Kriet ...

Adora membuka matanya saat mendengar suara pintu yang terbuka.

Ada orang lain bersama mereka.

****

Untuk membaca chapter lebih cepat + chapter spesial bisa mengunjungi:

https://karyakarsa.com/alistebalsinchan

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • BOS & HIS SECRETARY   Epilog

    Diari FaraHari ini Fara tahu akhir cerita dari Peri dalam kisah dongeng CinderellaMereka tidak menghilangMereka justru mendapatkan kebahagiaan milik merekaHari ini Peri Fara, Kak Fai-Rina, berbahagia dengan PapaFara senang sekali karena Kak Fai-Rina menjadi Mama Fara"Fara!!"Fara menutup buku diarinya saat mendengar Thalita memanggil namanya."Iya, Nek!""Sini, Sayang! Kita foto bersama!"Mendengar hal itu Fara membawa kaki kecilnya ke luar kamar, sedikit berlari ke arah Adora dan Benjamin yang berada di tengah kapal. Fara kemudian berdiri di antara Benjamin dan Adora.Fotografer yang ada tepat di hadapan Fara pun mengambil jepret gambar. Dalam hitungan ketiga, gambar-gambar terus diambil. Tak ada satupun momen yang terlewati.Setelah beberapa menit kemudian, para keluarga berhamburan. Fara dapat melihat Nenek Thalita dan Nenek Yuni sedang bercengkrama. Mereka terlihat bahagia ketika melemparkan tawa."Fara! Ayok, main!"Kak Nindy menepuk bahu Fara menyadarkan Fara dari lamunann

  • BOS & HIS SECRETARY   80. Akhir - END

    Saat ini jam sudah menunjukkan pukul Sembilan malam, acara panggang dan makan bersama juga telah berakhir empat puluh menit lalu. Semua orang yang tadi berpartisipasi dalam acara tersebut juga sudah tertidur di kamar masing-masing dengan perut yang penuh dan perasaan gembira.Namun, hal itu justru berbeda dengan Benjamin dan Adora yang masih betah berada di luar. Keduanya duduk bersama di depan teras rumah Nenek Yuni, menikmati secangkir jahe panas untuk mengusir angin malam yang dingin.Benjamin lantas melirik ke arah Adora yang duduk di sebelahnya, tampak gadis itu sedang menikmati menyeruput jahe hangat yang ada di tangannya. Sesekali Benjamin juga mengedarkan matanya ke arah lain, memandangi langit malam yang kini berhamburan banyaknya bintang yang kelap-kelip, seakan mendukung keadaannya malam ini."Ini adalah malam terakhirku di sini," kata Benjamin yang berhasil menarik perhatian Adora.Adora memandang lirih ke arah Benjamin. Kedua tangannya menggenggam erat gelas, merasakan pa

  • BOS & HIS SECRETARY   79. Saingan Cinta (2)

    Selama dua hari belakang ini, Jason baru merasa untuk pertama kalinya tidak aman di rumahnya sendiri. Bukan karena apa-apa, keberadaan Benjamin begitu mengintimidasinya. Benjamin kerap kali memandangi wajah Jason, bahkan juga tubuh ataupun otot lengan Jason. Jason pikir Jason salah mengira atau sudah melakukan kesalahan kepada Benjamin, maka dari itu Jason menegur Benjamin saat Benjamin sibuk memandanginya."Kenapa? Ada yang salah?"Benjamin hanya memalingkan wajahnya, bersikap seperti ia tidak pernah memandangi tubuh Jason, tetapi beberapa detik setelahnya Benjamin akan kembali sibuk memandangi Jason.Pertama, kedua, ketiga, masih oke. Tapi, kejadian itu terus berulang dalam rentan waktu yang sering, membuat Jason nyaris gila karenanya. Satu-satunya cara hanyalah Jason tidak mengacuhkan keberadaan Benjamin, tetapi Nenek Yuni yang mampir ke toko menegur menarik perhatian Benjamin."Nak Jason, apa boleh Nenek minta tolong untuk membawakan

  • BOS & HIS SECRETARY   78. Rival Cinta

    Benjamin berjalan beriringan dengan Adora. Cuaca siang itu tidak begitu terik sebab pepohonan besar yang menjulang ada di sepanjang bahu jalan, dedaunan yang rimbun dari pohon-pohon itu tentu tidak memberikan celah untuk sinar mentari menembus kulit.Musim panas membiarkan semilir angin menerpa wajah Benjamin, terkadang juga memainkan surai panjang milik Adora, sehingga mereka berkibar di udara—menggoda Benjamin dengan aroma sampo yang digunakan Adora.Lamunan Benjamin buyar kala Adora menghentikan langkahnya di depan sebuah toko. Benjamin melirik sebentar ke arah toko itu. Sekilas toko itu memiliki penampilan toko yang sederhana, tetapi berhasil menciptakan kesan khas keluarga. Adora lantas masuk ke dalam toko bertuliskan Toko Keluarga Jun itu yang tentunya diikuti Benjamin di belakangnya."Permisi~~" Adora menyapa saat tidak ada seorang pun di balik meja kasir.Butuh beberapa menit bagi Benjamin dan Adora menunggu sampai akhirnya figure seorang

  • BOS & HIS SECRETARY   77. Kesempatan (3)

    "Oh iya—" Nenek Yuni melirik ke arah Adora, berusaha mengamati reaksi Adora. Adora memiliki reaksi yang sebelas dua belas dengan milik Nenek Yuni. Keduanya sama-sama bingung ketika menemukan keberadaan Benjamin yang begitu tiba-tiba di hadapan mereka.Akan tetapi, Nenek Yuni menutupi kebingungannya dengan menyambut hangat kedatangan Benjamin."—silakan duduk, Nak Benjamin."Mendengar Nenek Yuni mempersilakannya, Benjamin kemudian menuntun Fara untuk duduk berdekatan dengan Jason yang juga berada di rumah Nenek Yuni. Semua orang di rumah Nenek Yuni menampakkan ekspresi bingung, kecuali Benjamin, Fara, dan Nindy.Adora yang merasa atmosfer canggung pun mendekat ke arah Nenek Yuni dan berbisik, "... Nek, Adora mau ngomong dulu bentar ya sama Pak Benjamin.""Iya."Adora segera berjalan mendekati Benjamin, kemudian melingkarkan tangannya ke lengan Benjamin. Benjamin tampak tersentak sejenak sebelum akhirnya ia menerima sentu

  • BOS & HIS SECRETARY   76. Kesempatan (2)

    Keesokkan harinya,Setelah menempuh enam jam perjalanan, mobil yang kini membawa Benjamin sudah memasuki area pedesaan yang terasa asing bagi Benjamin dan Fara. Dari dalam mobil, Benjamin dapat melihat beberapa anak-anak yang sedang bermain di jalanan memutuskan untuk menepi kala mobil Benjamin menyusuri jalanan. Anak-anak itu memandang bingung saat melihat mobil Benjamin melintas melewati mereka.Fara yang duduk di sebelah Benjamin pun terpukau saat melihat anak-anak yang tengah bermain di jalanan desa. Kisaran usia anak-anak itu beragam, mulai dari remaja dewasa sampai juga seusia Fara. Mereka tampak senang bermain permainan sederhana. Pemandangan yang jauh berbeda dengan teman sebaya Fara di sekolah yang sibuk dengan gadget masing-masing ataupun berkutat dengan buku teks yang sangat tebal."Papa, lihat," tunjuk Fara. Benjamin mengikuti arah pandang Fara. "Fara nanti boleh main ya Pah?"Benjamin terdiam sebentar, menimang-nimang sebelum akhirnya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status