Home / Romansa / BOS & HIS SECRETARY / 7. Kamu Cemburu, Pak?

Share

7. Kamu Cemburu, Pak?

last update Huling Na-update: 2022-08-05 23:17:40

Mendengar Adora menyebut namanya, Virendhra tak kuasa menahan semburat merah yang muncul di kedua pipinya, membuat Adora yang melihat pemandangan itu tak kuasa menahan dirinya untuk tidak melebarkan senyumannya.

Benar kata para gadis di grup, Virendhra memang terlihat sangat imut apabila bertemu langsung. Apalagi, laki-laki itu terlihat malu-malu di hadapannya, membuat Adora gemas sendiri saat melihatnya, rasanya dia ingin mencubit kedua pipi laki-laki itu, tapi Adora masih ingat tempat dimana dia berada. Dia harus menjaga sikap kalau tidak mau membuat masalah.

Adora kemudian mengalihkan pikiran kotornya dengan kembali berbincang, "Bagaimana kabarmu, Vi? Masih kuat dengan Direktur Wawan?" Ujar Adora dengan nada bercanda, tetapi Virendhra menanggapinya dengan serius---terlihat dari punggung laki-laki itu yang langsung menegap begitu nama Direktur Wawan disebut dalam pembicaraan.

Virendhra membenarkan kacamatanya dengan gerakan tubuh yang kaku saat menjawab pertanyaan Adora, "Aku baik-baik saja, Senior. Bekerja dengan Direktur Wawan merupakan pengalaman terbaik untuk mengembangkan kemampuanku."

Adora hampir menyemburkan tawanya saat mendengar jawaban yang diberikan Virendhra. Jawaban kaku Virendhra membuat Adora merasa dirinya sedang dalam situasi wawancara pekerjaan dengan laki-laki itu.

"Pasti berat sekali, bukan?" Adora memasang muka iba sebagai guyonan.

Siapa yang tidak tahu bagaimana sistem kerja Direktur Wawan? Hampir seluruh personal assistant maupun sekretaris tahu bagaimana kerja Direktur Wawan, banyak dari mereka yang tidak betah berada di sisi Direktur Wawan, hanya Virendhra saja yang baru merayakan satu tahunnya di sana. Adora rasa ia perlu mengacungkan dua jempolnya pada daya tahan banting laki-laki itu.

"Awalnya iya, tetapi saat aku melihat Senior menjadi sekretaris yang bertahan di sisi Direktur Benjamin, hal itu menjadi motivasiku untuk bertahan," Adora sedikit tersanjung dengan perkataan Virendhra, tapi perasaan itu tak bertahan lama saat Virendhra kembali melanjutkan ucapannya, "Apabila kalau boleh aku tahu, hal apa yang dilakukan Senior untuk bertahan di Direktur Benjamin dan mendapatkan julukan Sekretaris terbaik?"

Mendengar hal itu, sontak tawa yang ditahan Adora keluar begitu saja. Adora sampai mengusap air mata yang keluar dari ujung matanya. Perasaan menggelitik itu masih hinggap di perutnya, membayangkan jawaban yang seharusnya Adora berikan pada Virendhra.

Jadilah nakal dan goda bosmu, Vi.

Adora tidak sanggup membayangkan Virendhra memakai pakaian seksi dengan telinga kuping di kepalanya, menyodorkan bokong seksi putihnya ke arah Direktur Wawan dan ...

Sudah!

Khayalan Adora harus berhenti sampai di sana. Kalau dilanjut, Adora tidak tahu akan seberapa jauh pikiran kotor akan membawanya.

Sementara itu, Virendhra yang memerhatikan Adora yang tertawa karenanya memerhatikan gerak-gerik kikuk. "Maaf kalau aku terlalu lancang, Senior. Aku tidak bermaksud ..."

"Ah, maaf, Vi, aku tidak bermaksud menertawakanmu. Tentu saja aku akan membagikan tipsnya. Kita berbagi nasib yang sama, bukan?" Adora tersenyum lebar dan disambut senyuman oleh Virendhra. Seandainya Virendhra tahu apa yang dipikirkan Adora tentangnya beberapa menit lalu, masih maukah Virendhra tersenyum kepadanya?

"Terima kasih, Senior. Senior memang yang terbaik!"

...

Melihat Virendhra yang menyambut Adora dengan semangat, membuat Benjamin bertanya-tanya dalam hatinya. Benjamin tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dibicarakan keduanya. Meski begitu, bahasa tubuh yang digunakan keduanya tampak begitu luwes dan santai, seakan mereka menikmati waktu mereka berdua.

Benjamin tadinya tidak mau memerhatikan Adora sebegini lekatnya. Awalnya ia hanya berniat melirik sebentar, mengetahui apa yang sedang dilakukan sekretarisnya itu di tengah keramaian, tapi niatannya berubah kala menemukan pemandangan yang ditangkap indra penglihatannya.

Benjamin yakin Adora memang dapat beradapatasi dengan baik dalam kerumunan orang. Adora merupakan orang yang membawa bola kegembiraan di tangannya, sehingga tak mungkin orang yang baru mengenalnya tak menyukai gadis itu.

Adora dapat beradaptasi dan membaur dengan baik.

Akan tetapi, kembali pada tujuannya, Benjamin hanya berusaha mengecek kembali kondisi sekretarisnya itu. Dan, itu tak aneh bagi Benjamin kala dirinya menemui Adora kini sedang bercengkrama dengan seseorang dalam meeting ini.

Namun, yang menjadi masalah bagi Benjamin, kenapa dari sekian banyak orang di ruangan ini, Adora memilih berbincang dengan laki-laki asing yang sama sekali tak dikenal oleh Benjamin dan tertawa bersama laki-laki itu.

Apa hebatnya sebenarnya laki-laki itu? Dibanding Benjamin, laki-laki itu ...

... sebenarnya cukup tampan, imut, dan menggemaskan.

Sial.

Benjamin tak dapat menyembunyikan sumpah serapah dalam hatinya saat kenyataan begitu keras menampar dirinya.

Sementara itu, tanpa Benjamin sadari, sepasang mata memandang lekat ke arah dirinya sebelum beralih kepada objek pengamatan Benjamin sedari tadi.

Orang yang memerhatikan Benjamin lantas tanpa sadar mengulas senyum. Bibir tipisnya kemudian tertawa renyah, "Ya ampun, anak itu ... Apa yang sedang dilakukannya dengan sekretaris Direktur Benjamin."

Perkataan itu nyatanya berhasil menarik perhatian Benjamin dan kedua netra Benjamin menemukan Direktur Wawan tersenyum bangga ke arah laki-laki muda yang sedang mengobrol dengan Adora.

"Maafkan kelancangan sekretaris saya, Direktur Benjamin. Sepertinya dia terlalu menggagumi Nona Adora," Ujar Direktur Wawan. "Berbicara tentang perusahaan, bagaimana kalau kita melakukan meeting secara pribadi, antara Direktur Benjamin, Saya, dan kedua sekretaris kita."

Benjamin awalnya tak begitu tertarik dengan ajakan Direktur Wawan. Menurutnya, sudah cukup baginya bertemu dengan Direktur Wawan dalam pertemuan formal ini, tidak perlu lagi mengadakan pertemuan secara personal, akan tetapi kata-kata Direktur Wawan selanjutnya menarik perhatian Benjamin.

"... Dan kau bisa mengenal Virendhra lebih dekat. Sekretarisku."

"Siapa namanya tadi?"

"Virendhra."

Melihat Benjamin yang kini tampak berpikir mempertimbangkan tawarannya, membuat Direktur Wawan mengulas senyum seringainya. Dia tampak puas karena telah berhasil membuat Benjamin memakan tarikan pancingannya. Firasatnya mengatakan bahwa Benjamin akan jatuh dalam perangkap yang telah dibuatnya.

"Baiklah," Benjamin akhirnya memutuskan pilihannya, membuat Direktur Wawan tak kuasa menahan kekehan.

"Aku senang mendengarnya, Direktur Benjamin. Karena kebetulan aku juga menginap di sini, aku akan membuat reservasi di restoran dekat sini. Kita akan berbicara mengenai banyak hal."

"Ya, baiklah," Jawab Benjamin tanpa memedulikan lebih lanjut perkataan Direktur Wawan. Fokusnya jatuh pada Adora yang masih belum puas berbicara dengan laki-laki bernama Virendhra itu. Keduanya tampak dekat sehingga membuat Virendhra mau-tidak mau bertanya dalam hatinya.

Haruskah ia menghampiri keduanya dan menghancurkan pembicaraan mereka?

Tapi, tunggu, Benjamin mengalihkan pandangannya kembali pada Direktur Wawan, laki-laki paruh baya itu menawarkan segelas minuman anggur padanya. Tanpa ragu, Benjamin menerimanya dan menyesapnya perlahan seraya memerhatikan Adora lagi.

Bukankah Direktur Wawan tadi bilang kepadanya bahwa mereka akan menginap di hotel yang sama? Bukankah saat ini waktu yang tepat bagi Benjamin memperlihatkan siapa yang sebenarnya memiliki Adora? Meski kata memiliki bukanlah kata yang tepat untuk digunakan di sini, tapi Benjamin tidak bisa menghentikan senyum yang muncul di bibirnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • BOS & HIS SECRETARY   Epilog

    Diari FaraHari ini Fara tahu akhir cerita dari Peri dalam kisah dongeng CinderellaMereka tidak menghilangMereka justru mendapatkan kebahagiaan milik merekaHari ini Peri Fara, Kak Fai-Rina, berbahagia dengan PapaFara senang sekali karena Kak Fai-Rina menjadi Mama Fara"Fara!!"Fara menutup buku diarinya saat mendengar Thalita memanggil namanya."Iya, Nek!""Sini, Sayang! Kita foto bersama!"Mendengar hal itu Fara membawa kaki kecilnya ke luar kamar, sedikit berlari ke arah Adora dan Benjamin yang berada di tengah kapal. Fara kemudian berdiri di antara Benjamin dan Adora.Fotografer yang ada tepat di hadapan Fara pun mengambil jepret gambar. Dalam hitungan ketiga, gambar-gambar terus diambil. Tak ada satupun momen yang terlewati.Setelah beberapa menit kemudian, para keluarga berhamburan. Fara dapat melihat Nenek Thalita dan Nenek Yuni sedang bercengkrama. Mereka terlihat bahagia ketika melemparkan tawa."Fara! Ayok, main!"Kak Nindy menepuk bahu Fara menyadarkan Fara dari lamunann

  • BOS & HIS SECRETARY   80. Akhir - END

    Saat ini jam sudah menunjukkan pukul Sembilan malam, acara panggang dan makan bersama juga telah berakhir empat puluh menit lalu. Semua orang yang tadi berpartisipasi dalam acara tersebut juga sudah tertidur di kamar masing-masing dengan perut yang penuh dan perasaan gembira.Namun, hal itu justru berbeda dengan Benjamin dan Adora yang masih betah berada di luar. Keduanya duduk bersama di depan teras rumah Nenek Yuni, menikmati secangkir jahe panas untuk mengusir angin malam yang dingin.Benjamin lantas melirik ke arah Adora yang duduk di sebelahnya, tampak gadis itu sedang menikmati menyeruput jahe hangat yang ada di tangannya. Sesekali Benjamin juga mengedarkan matanya ke arah lain, memandangi langit malam yang kini berhamburan banyaknya bintang yang kelap-kelip, seakan mendukung keadaannya malam ini."Ini adalah malam terakhirku di sini," kata Benjamin yang berhasil menarik perhatian Adora.Adora memandang lirih ke arah Benjamin. Kedua tangannya menggenggam erat gelas, merasakan pa

  • BOS & HIS SECRETARY   79. Saingan Cinta (2)

    Selama dua hari belakang ini, Jason baru merasa untuk pertama kalinya tidak aman di rumahnya sendiri. Bukan karena apa-apa, keberadaan Benjamin begitu mengintimidasinya. Benjamin kerap kali memandangi wajah Jason, bahkan juga tubuh ataupun otot lengan Jason. Jason pikir Jason salah mengira atau sudah melakukan kesalahan kepada Benjamin, maka dari itu Jason menegur Benjamin saat Benjamin sibuk memandanginya."Kenapa? Ada yang salah?"Benjamin hanya memalingkan wajahnya, bersikap seperti ia tidak pernah memandangi tubuh Jason, tetapi beberapa detik setelahnya Benjamin akan kembali sibuk memandangi Jason.Pertama, kedua, ketiga, masih oke. Tapi, kejadian itu terus berulang dalam rentan waktu yang sering, membuat Jason nyaris gila karenanya. Satu-satunya cara hanyalah Jason tidak mengacuhkan keberadaan Benjamin, tetapi Nenek Yuni yang mampir ke toko menegur menarik perhatian Benjamin."Nak Jason, apa boleh Nenek minta tolong untuk membawakan

  • BOS & HIS SECRETARY   78. Rival Cinta

    Benjamin berjalan beriringan dengan Adora. Cuaca siang itu tidak begitu terik sebab pepohonan besar yang menjulang ada di sepanjang bahu jalan, dedaunan yang rimbun dari pohon-pohon itu tentu tidak memberikan celah untuk sinar mentari menembus kulit.Musim panas membiarkan semilir angin menerpa wajah Benjamin, terkadang juga memainkan surai panjang milik Adora, sehingga mereka berkibar di udara—menggoda Benjamin dengan aroma sampo yang digunakan Adora.Lamunan Benjamin buyar kala Adora menghentikan langkahnya di depan sebuah toko. Benjamin melirik sebentar ke arah toko itu. Sekilas toko itu memiliki penampilan toko yang sederhana, tetapi berhasil menciptakan kesan khas keluarga. Adora lantas masuk ke dalam toko bertuliskan Toko Keluarga Jun itu yang tentunya diikuti Benjamin di belakangnya."Permisi~~" Adora menyapa saat tidak ada seorang pun di balik meja kasir.Butuh beberapa menit bagi Benjamin dan Adora menunggu sampai akhirnya figure seorang

  • BOS & HIS SECRETARY   77. Kesempatan (3)

    "Oh iya—" Nenek Yuni melirik ke arah Adora, berusaha mengamati reaksi Adora. Adora memiliki reaksi yang sebelas dua belas dengan milik Nenek Yuni. Keduanya sama-sama bingung ketika menemukan keberadaan Benjamin yang begitu tiba-tiba di hadapan mereka.Akan tetapi, Nenek Yuni menutupi kebingungannya dengan menyambut hangat kedatangan Benjamin."—silakan duduk, Nak Benjamin."Mendengar Nenek Yuni mempersilakannya, Benjamin kemudian menuntun Fara untuk duduk berdekatan dengan Jason yang juga berada di rumah Nenek Yuni. Semua orang di rumah Nenek Yuni menampakkan ekspresi bingung, kecuali Benjamin, Fara, dan Nindy.Adora yang merasa atmosfer canggung pun mendekat ke arah Nenek Yuni dan berbisik, "... Nek, Adora mau ngomong dulu bentar ya sama Pak Benjamin.""Iya."Adora segera berjalan mendekati Benjamin, kemudian melingkarkan tangannya ke lengan Benjamin. Benjamin tampak tersentak sejenak sebelum akhirnya ia menerima sentu

  • BOS & HIS SECRETARY   76. Kesempatan (2)

    Keesokkan harinya,Setelah menempuh enam jam perjalanan, mobil yang kini membawa Benjamin sudah memasuki area pedesaan yang terasa asing bagi Benjamin dan Fara. Dari dalam mobil, Benjamin dapat melihat beberapa anak-anak yang sedang bermain di jalanan memutuskan untuk menepi kala mobil Benjamin menyusuri jalanan. Anak-anak itu memandang bingung saat melihat mobil Benjamin melintas melewati mereka.Fara yang duduk di sebelah Benjamin pun terpukau saat melihat anak-anak yang tengah bermain di jalanan desa. Kisaran usia anak-anak itu beragam, mulai dari remaja dewasa sampai juga seusia Fara. Mereka tampak senang bermain permainan sederhana. Pemandangan yang jauh berbeda dengan teman sebaya Fara di sekolah yang sibuk dengan gadget masing-masing ataupun berkutat dengan buku teks yang sangat tebal."Papa, lihat," tunjuk Fara. Benjamin mengikuti arah pandang Fara. "Fara nanti boleh main ya Pah?"Benjamin terdiam sebentar, menimang-nimang sebelum akhirnya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status