Share

Lima

Akhirnya untuk hari itu, Srikandi harus cukup mengganjal perutnya, dengan dua lembar roti tawar milik nawacita. Seorang rekan kerjanya yang bekerja pada bagian Design & Development. Kebetulan Nawacita datang ke pantry untuk membuat roti bakar. Memang staff-staff terkadang banyak yang telat sarapan, karena alasan kesiangan. Namun mereka selalu menggantinya dengan loyalitas pulang malam tanpa dibayar. Secara jam kerja memang lunas, tapi secara etika termasuk tidak bisa dimasukan dalam kategori baik.

“Makasih ya Cita, aku masuk dulu ke ruangan,” ucap Srikandi sambil mengambil tissue untuk melap bibirnya, kemudian mencuci tangan.

“Mas Bisma, ntar aku cari restoran paling mahal, biar kamu gadein KTP buat bayar,” ancam Srikandi sambil tersenyum pada Bisma yang masih menikmati tegukan kopi terakhirnya.

“Oke, uang aku banyak Sri, jangankan bayar makan, bayarin restorannya aja sanggup,” kekeh Bisma menggoda Srikandi. Wanita itu hanya mencebik kemudian berlalu meninggalkan Nawacita dengan Bisma di sana.

“Mas Bisma suka ya, sama Mba Sri?” Tiba-tiba gadis itu melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat Bisma terdiam beberapa saat dan berpikir.

“Ya, sukalah, sama kamu aja aku suka,” jawab Bisma santai sambil tersenyum dan melirik gadis cantik yang usianya jauh lebih muda darinya. Nawacita mencebik sambil berlalu.

“Aihh, menyamarkan jawaban itu bukan ciri-ciri orang gentle tau,” ucapnya sambil berlalu meninggalkan Bisma dari pantry.

“Eh, apaan? Siapa yang menyamarkan jawaban Cit, aku emang suka kok sama kamu!” goda Bisma dengan volume maksimal karena wanita itu sudah hampir keluar dari pintu pantry yang memang terbuka.

“Kalo mau pacaran jangan di pantry, nggak malu apa teriak-teriak?” Tiba-tiba Arjuna muncul dari balik pintu. Wajahnya datar, matanya mengedar ke seluruh sudut.

“Bos nyari siapa?” tanya Bisma sambil berdiri dan menyimpan gelas kotor ke wastafel yang akan menjadi pekerjaan bu Irma selanjutnya.

“Srikandi,” ucapnya kemudian pergi setelah ternyata yang bersangkutan tidak ada.

“Deuhh, dasar sepupu kurang etika,” gerutu Bisma sambil mencebik melihat punggung bos nya yang menjauh. Kemudian Bisma keluar dari pantry dan menuju ruangannya, yang bersebelahan dengan ruangan Arjuna. Terlihat Srikandi berjalan dari arah berlawanan.

“Habis dari mana? dicariin kampret tadi?” ucap Bisma asal.

“Hah? Siapa Mas? Kampret bukannya kelewar, ya?” Srikandi menatap penasaran. Bisma menatap laptop baru yang dibawa Srikandi. Bukannya menjawab pertanyaan, namun malah bertanya balik.

“Beli laptop baru?” tanyanya.

“Punya BGS Pak,” ucap Srikandi. Kali ini Bisma yang mengkerutkan dahi.

“BGS itu apa?” tanyanya.

“Bos Ganteng Sendiri, Mas,” ucap Srikandi nyengir kuda, karena dalam hatinya berkata lain. BGS adalah kependekad dari Bos Galak Sekali. Bisma menggeleng kepala kemudian mendorong pintu kaca ruangannya.

Ruangan mereka seperti dua buah akuarium besar. Terdiri dari kaca tebal dan tembus pandang. Jadi dari kedua ruangan itu bisa saling memperhatikan, kecuali jika tirai ditutup. Hanya itulah satu-satunya pembatas yang memisahkan.

“Ini Pak, laptopnya.” Sri memberikan laptop baru pada bosnya. Arjuna memicing, dia masih sedang mempelajari slide pada laptop miliknya.

“Saya taruh di sini ya, Pak,” ucap Srikandi dengan sopan dan menyimpan laptop itu diarea kosong lainnya di meja Arjuna.

“Udah disetting semua?” tanyanya memastikan. Srikandi mengangguk, hendak berjalan ke mejanya.

“Ini laptop kamu, bawa! Enak banget mau saya anterin?” ketus Arjuna yang membuat langkah Srikandi terhenti. Dia menghela napas. Kemudian berbalik badan dan tersenyum yang dibuat, terlihat senatural mungkin.

“Ya, kirain kan Bapak belum selesai?” bela Srikandi menghampiri meja Arjuna dan mengambil laptopnya yang ternyata sudah dia matikan.

Lelaki itu sudah beralih fokus pada laptop barunya dan tidak menjawab komplenan sekretarisnya. Srikandi melangkah kembali ke mejanya. Dicolokannya charger laptop, kemudian dia nyalakan.

SriCantik, ditulisnya password untuk masuk, namun gagal. Password tidak sesuai.

SriCantik, ditulisnya password untuk kedua kalinya, namun gagal lagi. Password masih tidak sesuai.

Dia terhenti dan mengambil catatan dari dalam tasnya. Dia lihat list password. Namun benar, passwordnya adalah SriCantik. Diliriknya Arjuna, mana mungkin lelaki itu dengan tidak sopan mengganti password-nya.

SriCantik, ditulisnya sekali lagi dengan penuh kesadaran dan kehati-hatian. Namun gagal lagi. Akhirnya dia terblokir tidak bisa login. Diambil nya gagang telepon dan langsung menekan nomor 007 untuk ruangan IT.

“Halo, Mas Anwar, bisa ke ruangan aku?” ucapnya, jeda sebentar. Arjuna mengerutkan dahi, mendengar Srikandi memanggil IT. 

“Iya, laptop aku ke lock, tadi salah masukin password,” ucapnya menjeda lagi.

“Ok, makasih Mas, ditunggu ya, mau meeting hari ini soalnya, Bye.” Srikandi menutup gagang teleponnya.

“Kenapa kamu manggil IT?” Arjuna menatapnya dingin.

Password aku salah terus Pak, jadinya ke lock,” ucap Srikandi sambil merengut.

“Emang kamu masukin apa?” tanya Arjuna.

“SriCantik,” jawab Srikandi singkat.

Passwordnya udah saya ganti, EnggaCantik,” ucapnya tetap menatap layar laptop yang menampilkan presentasinya.

“Bapak kenapa nggak bilang?” Srikandi protes.

“Kamu sendiri yang nggak nanya,” jawab Arjuna tidak mau kalah.

“Tapi, itu kan password saya, laptop saya, kenapa seenaknya Bapak, ganti?” Srikandi menatap lelaki yang tidak memperhatikan ke arahnya itu.

“Saya terganggu dengan password kamu yang tidak sesuai kenyataan,” ucapnya kekanak-kanakan.

Srikandi cemberut. Malas untuknya memperpanjang perdebaatan. Kali ini dia sudah menyiapkan satu password yang sesuai kenyataan. BGS atau BosGalakSekali.   

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status