Semua Bab BOS VS ME: Bab 1 - Bab 10
46 Bab
Satu
Prang!Cangkir kopi yang dipegang Srikandi terjatuh dan pecah berserakan. Tubuh gadis itu mendadak oleng karena heel setinggi lima senti tidak menopangnya dengan benar.  Beruntung, Bisma yang baru memasuki pantry sigap menangkapnyaTangan kokoh Bisma menangkap tubuh mungil Srikandi. Badannya lemas terkulai, sepertinya gadis itu kehilangan kesadaran.“Hei! Ngapain kamu peluk-peluk dia?” Suara berat itu adalah  Arjuna.“Jun, sekretaris lu pingsan.”Bisma membopong tubuh Srikandi yang terkulai dan membawanya ke ruang kesehatan. Beruntung perusahaan mereka memiliki klinik 24 jam sebagai fasilitas untuk karyawan.Arjuna mematung, menatap punggung Bisma yang berjalan tergesa-gesa menuju ruang kesehatan. Kemudian pandangannya beralih pada pecahan gelas, dia menuju telepon di dekat pantry, menekan nomor extention bagian general cleaning untuk segera mensterilkan area dapur.***&ldqu
Baca selengkapnya
Dua
“Emhh ... engga Pak,” Srikandi tersenyum hambar, tidak mungkin dia mengatakan kalau dia takut hantu. Meskipun sebetulnya bosnya lebih menyeramkan.Akhirnya mereka tiba di pintu exit, Srikandi segera melakukan finger scan untuk merekam kehadirannya hari itu. Dia memastikan finger scan-nya benar-benar terbaca. Terkadang bos reseknya itu, tidak mau tanda tangan, ketika ada permasalahan absensinya di bagian payroll.Arjuna segera masuk ke mobilnya. Dia tidak pernah menggunakan supir, alasannya pada pak Bagaskara adalah untuk cost saving, sebetulnya dia tidak mau ada yang melaporkan pada ayahnya, ke mana dia pergi setelah pulang dari kantor.Srikandi berjalan mengikuti marka pejalan kaki untuk karyawan, sebelah kiri di dalam garis kuning. Jalan itu menghubungkan parkiran yang ada di pintu belakang tembus ke gate exit security yang ada di depan lobi. Arjuna mengendarai mobilnya dan melewati sekretarisny
Baca selengkapnya
Tiga
Arjuna mengemudikan mobilnya dengan membabi buta. Beruntung otaknya masih sejalan. Akhirnya dia sampai depan gerbang rumah megahnya. Security segera membukakan pintu. Dia mengangguk pada majikannya yang baru saja memasuki halaman. Arjuna  memarkirkan mobilnya sembarangan. Dia berjalan dengan gemerusuh. Diambilnya anak kunci dari sakunya dan segera dibukanya pintu utama.Dia memasuki rumah dengan wajah kusut. Kepalanya  tertunduk. Dia tergesa-gesa menaiki anak tangga. Tanpa sadar, sepasang mata pak Bagaskara menatapnya dengan menggelengkan kepalanya. Lelaki paruh baya itu tengah mengambil ponsel miliknya yang tadi tertinggal di ruang tengah. Baru saja naik dan belum sempat masuk kamar, terlihat putranya datang dengan wajah terlihat berantakan. Namun lelaki itu tak akan menegurnya sekarang, yang ada hanya akan memicu keributan tengah malam.Hubungannya dengan Arjuna sedang tidak baik, semenjak dia mengganti Cantika dengan Srikandi. Gadis yang direkrutn
Baca selengkapnya
Empat
“Bos menyebalkaaaaaannnnnnn!” teriaknya tanpa suara. Sebagai akhir dari omelannya. Gadis itu mematikan ponselnya dan segera membenamkan dirinya dibalik selimut.Jam weker berbunyi berkali-kali. Namun gadis itu masih menggulung diri di dalam selimut. Alarm pada ponsel sudah mulai berdering juga. Namun, seperti ada lem perekat pada matanya. Dia begitu sulit untuk terjaga pagi itu. Sebuah deringan telepon mampu mengumplukan seluruh kesadarannya.BosGalakNada dering special untuk satu kontak itu mampu menarik nyawanya untuk segera berkumpul. Srikandi terperanjat dan langsung meraih ponsel untuk mengangkat panggilan.“Hall--” Belum sempat dia menuntaskan ucapannya, suara dari seberang telepon sudah menghardiknya dengan cepat.“Kamu sengaja mau buat saya terlambat? Ini mana toko elektroniknya kok belum buka?” Suaranya betul-betul bagai petir yang menyambar dipagi buta.“Dasar bos menyebal
Baca selengkapnya
Lima
Akhirnya untuk hari itu, Srikandi harus cukup mengganjal perutnya, dengan dua lembar roti tawar milik nawacita. Seorang rekan kerjanya yang bekerja pada bagian Design & Development. Kebetulan Nawacita datang ke pantry untuk membuat roti bakar. Memang staff-staff terkadang banyak yang telat sarapan, karena alasan kesiangan. Namun mereka selalu menggantinya dengan loyalitas pulang malam tanpa dibayar. Secara jam kerja memang lunas, tapi secara etika termasuk tidak bisa dimasukan dalam kategori baik.“Makasih ya Cita, aku masuk dulu ke ruangan,” ucap Srikandi sambil mengambil tissue untuk melap bibirnya, kemudian mencuci tangan.“Mas Bisma, ntar aku cari restoran paling mahal, biar kamu gadein KTP buat bayar,” ancam Srikandi sambil tersenyum pada Bisma yang masih menikmati tegukan kopi terakhirnya.“Oke, uang aku banyak Sri, jangankan bayar makan, bayarin restorannya aja sanggup,” kekeh Bisma menggo
Baca selengkapnya
Enam
Tak berapa lama, Anwar sang IT datang ke ruangan mereka. Srikandi mempersilakan Anwar untuk mengerjakan tugasnya. Dia berdiri tak jauh dari sana. Hanya butuh waktu lima menit buat IT handal itu mereset ulang username dan password komputernya.“Sri, masukin password barunya,” ucap Anwar setelah selesai. Dia bergeser dari tempat duduk Srikandi.“Pak Juna, mari Pak,” Anwar berpamitan pada Arjuna yang tengah duduk tanpa memperhatikan keberadaannya. Namun lelaki itu hanya berdehem tanpa meliriknya.“Makasih ya, Mas, maaf ngerepotin pagi-pagi,” ucap Srikandi sambil tersenyum. Anwar mengangguk.“Besok aku beliin sarapan deh, ya, buat ucapan terima kasihnya,” ucap Srikandi.“Aku yang seperti biasa aja kalo mau beliin,” ucap Anwar menghentikan langkahnya yang sudah hendak meninggalkan ruangan. Kemudian dia merogoh saku dan mengeluarkan dompetnya. Diambilnya uang lima puluh ribuan
Baca selengkapnya
Tujuh
Disebuah apartement. Sementara itu, disebuah apartement seorang wanita cantik terlihat gelisah. Beberapa kali dia mengambil ponsel, kemudian meletakkannya kembali. Digesernya layar ponsel mencari nama seseorang yang sudah dua tahun terakhir ini berstatus sebagai kekasihnya, Arjuna.Junaku Itulah tulisan yang terpampang pada layar ponselnya. Wanita itu tidak lain adalah Cantika, seseorang yang baru saja diputuskan oleh kekasih sekaligus pohon uangnya itu. Akhirnya jemarinya mulai merangkai kata, dikirimkannya sebuah pesan, setelah semua panggilannya diabaikan. Mungkin kini lelaki itu benar-benar telah membencinya. Namun setidaknya dia akan berusaha sejauh yang dia bisa.Ridho, baginya hanya selingan ketika bosan dan sendirian karena Arjuna sering sekali sibuk dengan pekerjaannya. Wanita itu mencari pelampiasan karena selama ini Arjuna tidak pernah mau terlalu jauh menjamahnya. Mereka dekat seperti orang berpacaran biasanya,
Baca selengkapnya
Delapan
“Dho, ayo!” wanita itu menarik lengan lelakinya. Lelaki bertubuh tinggi itu mengikuti wanita dengan mini dress marun yang sudah menggelayuti lengannya dengan manja. Mereka memasuki VIP room di seberang ruangan yang Srikandi masuki.Tak berapa lama, Arjuna bersama tiga orang berkewarganegaraan Jepang berjalan dari arah lift. Mereka terlihat mengobrol santai. Arjuna terlihat lebih keren, ketika dasi dan jasnya dia lepas, style lebih terlihat casual. Beruntung dia melihat tamunya mengenakan pakaian casual, ketika baru saja tiba di parkiran. Disimpannya jas miliknya, satu kancing kemeja bagian atas dia buka, lengan kemeja panjangnya dilipat sedikit.Dua jam lebih mereka mengurung diri dalam ruangan karaoke. Pastinya ditemani oleh beberapa singer yang khusus dipesan oleh tamunya. Srikandi tetap stay tune bersama mereka. Sesekali sudut matanya melirik wajah bosnya yang tampak mencoba bersikap ramah.Waktu mereka
Baca selengkapnya
Sembilan
Kringgg Kringgg KringggJam weker di atas nakas berbunyi. Tak berapa lama nada alarm dari ponselnya menyusul membangunkannya. Srikandi berusaha membuka matanya yang masih terasa berat. Bagaimanapun dia tidur cukup larut malam tadi. Dia mencoba membujuk kelopak matanya untuk terbuka. Mengingat-ingat sesuatu yang menarik.“Ahh, sarapan Mas Anwar,” gumamnya sambil mencoba mendorong kelopak mata yang begitu lengket.“Aku nggak boleh kesiangan, demi membalas budi baiknya,” gumamnya sambil melempar selimut yang membuatnya enggan bergerak.Diambilnya remote AC dan segera dimatikan. Memeriksa ponsel, melihat pesan namun sepi. Dilihatnnya bayangan dirinya dalam cermin. Bangun tidur, kecantikan natural pikirnya. Gadis itu tersenyum sendiri melihat pantulan dirinya. Mata panda, rambut kusut, dia membayangkan ke kantor dengan tampilan seperti itu. Ah, sudahlah Sri jangan menghayal dipagi buta. Bergegaslah mandi.Bilasan air mem
Baca selengkapnya
Sepuluh
“Kalau bukan karena ayah menggantikanmu dengannya, mungkin hari ini kita masih berbahagia.” Arjuna bersandar pada kursi kebesarannya. Matanya beralih menatap seisi ruangan. Masih selalu terbayang bagaimana kehangatan yang tercipta setiap hari di ruangan itu. Suasana yang sungguh jauh berbeda dengan sekarang.“Apa lagi rencana gilanya, seenaknya mau menjodohkanku dengan orang yang tidak dikenal, huh!” Arjuna mengacak rambutnya tanpa sadar, mengingat perkataan Tuan Bagaskara tempo hari tentang rencana memperkenalkannya dengan anak kolega bisnisnya.Tuan Bagaskara sebenarnya merasa bersalah, ketika malam itu melihat putranya pulang dengan wajah berantakan. Akhirnya dia menghubungi kolega bisnisnya untuk memperkanalkan putra-putri mereka. Tuan Arnold setuju, begitupun putrinya yang baru saja kembali dari kuliah di luar negeri. Pak Bagaskara pastinya memiliki alasan kuat kenapa dia bersikeras tidak merestui hubungan putra sematawayangnya dengan Canti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status