Beranda / Romansa / BUKAN CINTA LOKASI / Ada-Ada Saja Kejadian

Share

Ada-Ada Saja Kejadian

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-19 19:57:43

Mengendarai mobilnya secara perlahan, Clara merasakan hal yang tak biasa dalam dirinya. Rasa yang susah ia jelaskan. Rasa berdebar namun juga rasa kesal. Mengingat apa yang dilakukan oleh Azka barusan.

"Clara. Sudah. Jangan ingat-ingat lagi. Urusan kamu sama dia sudah selesai," ucap Clara sendiri mencoba menenangkan hatinya.

Setelah merasa tenang, Clara menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di bengkel Papa.

Sementara itu masih di apartemen, saat melihat Azka berjalan mendekat, para pria berbaju hitam langsung menghampirinya.

"Apa yang terjadi, Mas? Semua amankan?"

"Iya. Kita pergi sekarang," ucap Azka seraya melempar senyum pada Bu Yanti yang sedang memperhatikannya.

"Unit apartemen gimana, Mas?"

"Nanti kita cek lagi," kata Azka kemudian berjalan lebih dulu.

Bu Yanti dan beberapa petugas resepsionis saling berpandangan melihat Azka dan pengawalnya pergi meninggalkan tempat itu.

"Sshh.... Gak usah dibahas lagi, Balik kerja aja," ucap Bu Yanti dengan jari telunjuk menempel di bibirnya. Tau apa yang ada dipikiran anak buahnya itu. Berada satu lift dengan orang-orang Azka tadi saja sudah membuatnya dirinya ketar ketir.

Clara menghabiskan waktu di bengkel Papa hingga sore sebelum akhirnya ia pamit pulang terlebih dahulu.

"Jadi cincinnya beneran ada di apartemen, Cla?" tanya Papa yang baru sadar kalau cincin berlian telah melingkar di jari manis Clara.

"Iya, Pa. Ternyata memang ada di apartemen," sahut Clara singkat.

"Untung penghuni apartemen yang baru itu jujur ya. Zaman sekarang kalau orang ngeliat barang berharga, apalagi berlian kayak gitu, jangan harap bisa kembali," komentar Papa lagi.

Clara hanya tersenyum kecut. Ia sama sekali enggan membahas kejadian di apartemen tadi pagi. Jangankan membahas, mengingatnya saja ia malas.

"Tadi, Papa ngerasain gempa gak sih? Pagi?"

"Iya. Getarannya terasa. Untung cuma sebentar," sahut Papa.

"Berarti kamu ngerasain gempa tadi waktu di apartemen?" tanya Papa yang topik pembicaraannya malah balik seputar apartemen.

"iya, Pa," sahut Clara singkat, "Clara pulang dulu ya, Pa."

"Oke, kamu hati-hati ya," kata Papa sambil merangkul bahu Clara. Mereka lalu berpisah dan masuk ke mobil masing-masing.

Setibanya di rumah, Clara merebahkan dirinya di sofa ruang tengah.

"Mbak Clara mau langsung makan?" tanya Bu Iin.

"Bentar lagi, Bu," sahut Clara dengan mata terpejam. Melihat majikannya tampak lelah, Bu Iin memilih untuk menjauh dan tak ingin mengganggu sebelum dipanggil lagi.

Masih memejamkan mata, pikiran Clara terbang entah kemana. Tak tau apa yang dirasakan kali ini.

Alunan lagu milik James Young terdengar dari dalam tas Clara. Panggilan masuk yang memaksanya harus membuka mata.

"Sudah dimana, Cla? Dari tadi aku chat tapi gak di balas." Suara Lisa terdengar dari ujung telepon. Lisa cukup cerewet bila sedang tak bersama Clara. Ia bisa sampai spam chat dan melakukan panggilan berkali-kali.

"Baru sampai rumah, Lis. Baru pulang dari bengkel Papa."

"Gimana cincinnya? Sudah ketemu kan?" tanya Lisa.

"Udah, Lis."

"Di apartemen kan?" Lisa memastikan.

"Iya di apartemen. Dimana lagi?" Nada suara Clara sedikit sewot.

"Kok marah? Ada kejadian apa?"

"Aku capek, Lis. Aku mau istirahat. Dah." Serta merta Clara mengakhiri panggilan Lisa. Semakin ia meladeni pertanyaan Lisa, akan semakin teringat kejadian tadi.

***

Pukul sepuluh pagi Clara akhir terbangun, setelah kemarin ia mengalami kesulitan tidur. Hari ini ia tak berniat untuk keluar rumah, selain karena memang tak ada jadwal. Ia ingin menikmati hari-hari santai tanpa beban pekerjaan sebelum nantinya akan terlibat syuting film dengan lama waktu yang belum pasti.

"Bu, tolong bikinin saya susu coklat hangat ya," pinta Clara pada Bu Iin sambil membawa beberapa lembar roti dan sebotol selai coklat.

Sambil menikmati siaran tivi, ia mengoleskan selai coklat ke atas rotinya.

"Astaga," umpat Clara dengan mulut penuh roti saat melihat berita infotainment di tivi. Baru saja akan mengganti siaran tivi namun Bu Iin langsung menahan.

"Aduh, saya ngefans banget Azka," kata Bu Iin gembira seraya meletakkan segelas susu coklat Clara di atas meja.

"Ngefans kenapa, Bu?" tanya Clara kepo.

"Udah ganteng, baik, perhatian, romantis lagi," puji Bu Iin.

"Emang Bu Iin kenal? Bisa bilang dia baik sama romantis kayak gitu," kata Clara tak terima.

"Kan saya nonton sinetronnya, Mbak. Coba sekali-sekali Mbak Clara nonton, pasti Mbak Clara juga bakal suka sama Azka. Tapi sayang, sinetronnya sudah mau tamat. Tinggal dua episode lagi," cerita Bu Iin. Raut wajahnya sedih.

"Bu Iin sampai sedih gitu cuma karena sinetronnya mau tamat?" Clara tak percaya dengan orang-orang yang begitu mencintai sinetron sampai-sampai sedih saat tau sinetron itu bakal tamat, seperti Bu Iin ini.

"Ceritanya seru, Mbak. Makanya Mbak Clara coba nonton," ucap Bu Iin lagi seraya menjauh karena berita tentang Azka telah habis.

"Ngapain aku harus nonton dia," ucap Clara kemudian meminum susu coklatnya sampai habis. Beranjak dari ruang tengah, Clara mengambil laptop dari kamar dan membawanya ke teras samping. Baru saja masuk ke aplikasi internet banking untuk mengecek mutasi rekeningnya, sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya.

'Lima puluh juta' gumamnya tak percaya dengan isi notifikasi itu. Ia buru-buru login internet bankingnya untuk memastikan.

"Kenapa masih transfer sih?" Clara menggaruk-garuk kepala.

Latar ponselnya menyala, menampilkan panggilan masuk dari nomor yang memang sengaja tak disimpannya.

"Selamat pagi, Clara. Sudah terima transferan dari saya kan?" Suara berat yang sangat familiar di telinganya.

"Untuk apa Om transfer saya lagi? Saya bukan Clara yang dulu lagi, Om."

"Jangan marah dulu, Clara. Saya baru saja dapat bonus, dan lagian saya sudah menganggap kamu sebagai anak saya," kata pria itu.

"Saya gak mau dianggap anak atau apapun sama Om Bastian lagi. Saya tidak seperti dulu lagi, Om. Saya cuman artis yang ingin tetap eksis dengan prestasi dan karya saya, bukan dengan berita negatif, Om."

"Tenang dulu Clara. Yang saya kirim barusan itu murni untuk kamu. Terserah kamu uang itu mau kamu apakan asal jangan kamu kembalikan pada saya. Saya tidak mengharap apapun dari kamu," ucap Om Bastian lagi.

Pria di ujung telepon itu adalah salah satu pria kesepian yang sempat Clara kenal dulu saat ia salah jalan. Pria yang seumuran dengan Papanya, yang tak sedikit pun menyentuh Clara. Om Bastian adalah pria beristri yang keduanya sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing hingga tak memiliki waktu untuk bersama. Mantan manajer Clara lah yang mempertemukan mereka. Yang menyebabkan Clara menjadi teman curhat Om Bastian. Begitu mantan manajernya meninggal dan karena tak ingin merusak rumah tangga orang, Clara meminta Om Bastian untuk tidak menghubunginya lagi.

"Oke. Tapi please jangan pernah hubungi saya lagi," pinta Clara pada Om Bastian. Orang di seberang sana hanya tersenyum lalu mengakhiri panggilannya.

Clara meletakkan ponselnya dan memandangi layar laptopnya. Ia mulai berpikir akan dikemanakan uang itu. Ia tak ingin menggunakan uang itu untuk urusan pribadinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BUKAN CINTA LOKASI   Restu Hari Bahagia

    Hampir setiap hari melihat kemesraan Clara dan Azka di media sosial dan media elektronik, membuat mood Ibu jadi naik turun. Tak bisa salah sedikit, ia akan langsung marah. Seperti saat ini, ia baru saja menyaksikan liputan keseharian Clara dan Azka."Ret, serius amat?" Suara dari arah pintu mengalihkan pandangannya. Beberapa saudaranya datang.Wajah Ibu masih tak berubah."Kenapa sih, Mbak? Azka udah mau nikah tapi Mbak Retno masih diam-diam aja," ucap Wulan, adiknya paling kecil."Mau nikah apa?" tanya Ibu dengan wajah kesal."Itu di tivi, setiap hari isi beritanya tentang Azka sama pacarnya," timpal yang lain."Iya, Mbak. Udah fitting baju pengantin juga. Jadi nikahnya di Jakarta atau di Yogyakarta, Mbak?" tanya Wulan lagi."Kalian kalau kesini cuma mau ngomong gak jelas, lebih baik gak usah," sahut Ibu ketus."Loh? Kenapa Mbak marah? Kita ke sini kan mau dukung rencana pernikahannya Azka. Wong pacar Azka itu artis baik kok. Prestasinya gak kalah dari Azka. Kena berita negatif juga

  • BUKAN CINTA LOKASI   Saran Ayu

    Mengikuti apa kata Ayu, Azka dan Clara makin sering terlihat bersama di ruang publik. Melayani setiap permintaan wawancara dari wartawan. Mereka juga tak segan terlihat mesra, apalagi Azka. Ia sangat memperlihatkan kecintaannya pada Clara."Apa tadi itu gak terlalu berlebihan, Az? Bilang dalam waktu dekat ini kita akan menggelar acara pernikahan," tukas Clara begitu mereka meninggalkan tempat ulang tahun salah satu anak artis."Berlebihan? Gak dong. Apa yang aku katakan itu adalah doa. Aku berharap bisa secepatnya menikah dengan kamu, Cla," ucap Azka meraih tangan Clara. Menggenggamnya begitu erat kemudian melepaskannya.Clara menatap Azka. Semakin hari ia merasa Azka semakin menunjukkan perubahan sikap. Ia menjadi sangat perhatian dan romantis. Meski merasa tak biasa, Clara juga tak bisa menolak kalau hati kecilnya begitu bahagia dengan perlakuan yang diberikan oleh Azka.Semua itu Azka lakukan memang dari hatinya dan atas saran dari Ayu. Adik perempuannya itu memberi saran pada Azka

  • BUKAN CINTA LOKASI   Temu Kangen

    Azka tak membiarkan Clara lepas dari pelukan meski Clara telah mengatakan kalau ia sulit bernafas karena eratnya pelukan Azka."Kamu harus tau rasanya jadi aku yang kangen banget sama kamu, Cla," ucap Azka dengan mata berkaca-kaca."Iya aku juga kangen sama kamu, Az. Tapi ini aku gak bisa nafas," kata Clara lagi.Perlahan Azka melepaskan pelukannya dan mengajaknya untuk bicara di ruang tamu."Astaga, Bima," decak Azka melihat ruang tamunya yang berantakan."Kamu duduk aja. Sebentar aku beresin," ucap Clara langsung meraih bungkus camilan dan gelas kopi yang berserakan."Biar aku yang beresin," kata Azka mengambil apa yang sudah ada di tangan Clara."Sudah aku aja. Kenapa sih gak nurut?" Clara melotot.Melihat mata Clara yang melotot, Azka memilih untuk menurut saja. Tak mau merusak suasana pertemuan mereka."Kamu tega banget sih?" Azka menarik tangan Clara.Clara terdiam."Aku sudah ketemu solusi buat hubungan kita, Cla.""Solusi apa?" Kening Clara berkerut."Kita nikah aja. Papa kamu

  • BUKAN CINTA LOKASI   Akhirnya Pulang Setelah Berhari-hari

    Hari demi hari Azka lewati begitu saja. Rutinitas syutingnya ia lewati tanpa semangat. Mengobrol dengan orang di lokasi syuting saja hanya seadanya, pikirannya tak bisa lepas memikirkan Clara. Untung ia masih bisa fokus saat syuting hingga tak perlu take berulang kali. Bima juga selalu standby di lokasi siap mengamankan Azka."Tumben, biasanya kamu bareng Clara terus," ucap lawan mainnya yang menyadari ada yang beda dengan Azka beberapa hari ini."Lagi pada sibuk," sahut Azka singkat."Tuh wartawan juga pada nanyain kamu," ucapnya lagi menunjukkan ke arah luar lokasi."Biarin aja lah, sekali-kali buat mereka penasaran," kata Azka asal. Padahal sebenarnya ia sedang menghindar.Selesai syuting Bima langsung mengantarkan Azka ke apartemen."Aku balik dulu ya, Mas. Jangan lupa makan, Mas," pesan Bima. Beberapa hari kemarin Bima melihat makanan yang dibeli tak habis dimakan oleh Azka."Iya," kata Azka seraya masuk ke dalam lift.Setibanya di apartemen, Azka langsung menjatuhkan diri ke ata

  • BUKAN CINTA LOKASI   Pergi Sementara

    Mengirimkan pesan pada Lisa, Clara meminta izin untuk cuti beberapa hari kedepan. Namun Lisa kembali harus mengurut dada karena Clara sudah tak bisa dihubungi lagi. Ia juga tak mungkin bertanya pada Papanya Clara karena takut akan membuat khawatir. Lisa yakin, Clara juga tak memberi tahu hal ini pada Papanya."Aduh, Azka nelpon lagi," gumam Lisa melihat layar ponselnya,Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, Lisa mengangkat telepon dari Azka itu."Lis, Clara sama kamu? Dari tadi aku chat, aku telepon gak ada respon," ucap Azka di ujung teleponnya."Dia minta izin cuti beberapa hari ke depan sama aku," ucap Lisa."Cuti? Emang gak ada syuting? Terus kenapa gak bisa dihubungi?""Itu dia. Aku juga gak bisa ngehubungin Clara.""Ck. Clara," desah Azka bingung, "kamu dimana, Lis. Aku samperin ya. Sekalian aku mau keluar," lanjut Azka."Oke. Kita ketemu di rumah Clara aja," kata Lisa.***Bu Iin membukakan pintu untuk Lisa dan Azka yang datang secara bersamaan."Clara pergi jam bera

  • BUKAN CINTA LOKASI   Break

    Setelah lama menghindar dari wartawan, sore ini akhirnya mereka berdua tampil di depan wartawan. Keputusan untuk menghindar ini mereka ambil untuk meredam emosi Ibu. Ia tak ingin Ibu semakin marah bila mereka langsung melakukan klarifikasi."Jadi gimana foto-foto yang beredar itu, Mbak?""Benar wanita itu yang mendekati Azka?""Menurut Mbak Clara gimana?"Pernyataan yang terlontar semua mengenai foto-foto itu."Jadi foto itu diambil oleh siapa aku juga gak tau, itu dokter yang menangani orang tua aku waktu opname di rumah sakit. Aku cuma minta penjelasan. Memang dokter itu anak dari teman orang tua aku," kata Azka menjelaskan sambil erat memegang tangan Clara yang hanya memasang senyum."Apa itu wanita yang dijodohkan sama Azka?" tanya wartawan yang lain."Jodoh aku ada di samping, ini," sahut Azka serius tapi santai merangkul Clara."Jadi berita yang beredar itu gak benar?" Wartawan-wartawan itu masih saja mencecar Clara dan Azka dengan pertanyaan meski mereka sudah berpamitan."Kita

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status