Clara baru saja selesai mandi saat Lisa datang ke apartemennya. Masih mengenakan handuk, Clara menemui Lisa yang sedang duduk di ruang tamu yang berada tepat di depan kamarnya.
"Hari ini apa, Lis?" Clara menanyakan jadwalnya hari ini.
"Jam setengah sebelas ini pemotretan sama Mas Kamil," sahut Lisa.
"Setelah itu?"
"Free. Beberapa hari kedepan jadwal kamu gak banyak. Syuting ftv masih minggu depan," lanjut Lisa lagi.
Clara masuk ke kamar dan mengenakan pakaian. Ia lalu keluar dengan membawa kotak yang berisi perlengkapan perawatan wajahnya.
"Ganti siaran yang tadi," pinta Clara pada Lisa yang langsung mengganti siaran tv.
"Kenapa emangnya?" tanya Lisa saat siaran gosip tadi telah selesai mereka berdua tonton.
"Kamu tau dia?" tanya Clara.
"Siapa? Novi? Pembawa acara tadi?"
"Bukan. Yang tadi. Yang diberitain tadi, yang katanya dekat sama penyanyi baru itu," ucap Clara.
"Oh Azka," sergah Lisa.
"Iya, dia," sahut Clara membenarkan ucapan Lisa.
"Dia kan sama kayak kamu. Pemain film, kadang ftv juga. Sinetron kayaknya juga deh," kata Lisa.
Clara menatap Lisa sejenak kemudian melanjutkan skincare routine nya.
"Aku juga tau kalau itu, Lis. Maksud aku, kamu kenal dia gak, katanya dia satu SMA sama kita," ucap Clara.
"Kata siapa?" tanya Lisa seraya meletakkan ponselnya.
"Kata dia sendiri."
"Dia ngomong sama siapa?" tanya Lisa lagi membuat Clara sedikit kesal.
"Kamu betein banget sih hari ini, Lis?" Clara cemberut.
"Aku nanya, Cla. Pertanyaan kamu gak jelas," ujar Lisa.
"Kemarin aku ketemu sama dia di bengkel Papa. Terus dia bilang sama aku, kalau dia satu sekolah sama kita. Kalau gak percaya, katanya aku disuruh tanya sama kamu, Lis," terang Clara.
"Iya. Kita memang satu sekolah sama dia," ucap Lisa.
"Kok aku gak tau?"
"Gimana mau tau, kalau kamu sibuk sama cowok-cowok yang ngejar kamu di sekolah," tukas Lisa.
"Terus tujuan dia bilang itu sama aku apa?"
"Mungkin dia mau ingetin kamu, Cla-"
"Ingetin apa?" Clara langsung menyambar, memotong ucapan Lisa.
"Kalau dia juga termasuk dari salah satu cowok-cowok itu," kata Lisa tertawa.
"Cowok-cowok apa?" tanya Clara dengan nada tinggi.
Lisa tak langsung menjawab Clara. Ia meletakkan jari telunjuk di bibirnya lalu mengangkat panggilan masuk di ponselnya.
"Oke, Mas. Sebentar lagi kita otw tempat pemotretan," ucap Lisa mengakhiri panggilan itu.
"Siapa?" tanya Clara bete.
"Mas Kamil bilang jam pemotretan dimajukan. Kita pergi sekarang ayo," ajak Lisa seraya berdiri dan membantu Clara bersiap-siap.
Setelah memasukkan perlengkapan Clara ke dalam mobil, mereka berdua bergegas menuju lokasi pemotretan.
"Cla, kurangin dulu minum manisnya," ucap Lisa saat Clara hendak mengambil lagi minum teh dalam kemasan untuk kedua kalinya.
"Haus banget, Lis. Lagi pengen minum yang manis-manis. Aku kayaknya kurang gula. Pusing," ucap Clara tidak mengindahkan perkataan Lisa dan tetap minum teh itu.
"Banyak banget alasan kamu. Cla, Cla," sahut Lisa yang hanya bisa menggelengkan kepala.
Setibanya di tempat pemotretan, Lisa dan Clara langsung menuju ruang ganti untuk di make up dan fitting pakaian. Saat mengenakan gaunnya, Clara sedikit kesusahan mengancing resleting.
"Lis, Lisa," panggil Clara dari dalam ruang ganti
Lisa yang mendengar suara Clara, bergegas menghampiri,
"Sini biar saya aja, Mbak," kata Lisa pada wanita yang membantu Clara memakai gaun. Wanita itu lalu keluar dari ruang ganti dan membiarkan Clara dan Lisa di dalam.
"Kebanyakan minum manis kamu, Cla," kata Lisa berdiri di belakang Clara, "kamu tahan napas dulu sebentar." Perlahan Lisa menarik resleting gaun yang akan digunakan Clara untuk pemotretan hari ini.
"Gimana?"
Clara menarik nafas kemudian mengunci perutnya. "Oke. Aman, Lis."
Dibantu Lisa, Clara keluar ruangan dan menuju spot tempat pemotretan yang berada di luar ruangan.
***
Memarkirkan mobil di salah satu restoran, Clara dan Lisa makan malam setelah seharian pemotretan.
"Minggu depan apartemen habis masa sewanya, Cla. Kamu mau nerusin atau gimana?" tanya Lisa sambil mengembalikan buku menu pada pelayan setelah mereka selesai memesan makanan.
"Kamu cari rumah kontrakan aja deh, Lis. Aku sudah bosan tinggal di apartemen," sahut Clara.
"Yang bener? Dulu katanya gak mau ribet tinggal di rumah, sekarang malah mau keluar dari apartemen," kata Lisa lagi.
"Kamu nyebelin banget, Lis. Ya itu kan dulu, sekarang udah berubah," jawab Clara.
"Iya, iya. Sensi banget sih," ucap Lisa sambil menyodorkan minuman pesanan Clara.
"Gak mau balik tinggal satu rumah sama Papa, Cla?"
Clara terdiam.
"Kamu sudah jarang nginap di rumah Papa lo, Cla. Walau sesekali kamu main ke bengkel Papa, tapi itu kan cuma sebentar," lanjut Lisa.
Clara masih terdiam.
Melihat sikap Clara yang seperti itu, Lisa tak meneruskan pernyataan lagi. Kalau sudah seperti ini, itu tandanya Clara tidak mau membahas hal itu.
Selesai menikmati makan malam di restoran itu, Clara masih melayani permintaan swafoto dari beberapa pengunjung. Baru saja melangkahkan kaki keluar, beberapa wartawan dan mendekat dan meminta wawancara dengan Clara. Didampingi Lisa, Clara menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan wartawan seputar kegiatan sehari-hari Clara.
"Eh, itu ada Azka datang sama cewek." Sangat jelas Clara mendengar ucapan wartawan yang ada di depannya. Beberapa wartawan langsung beralih menghampiri Azka, sementara yang lain memilih untuk tetap mewawancarai Clara.
"Terima kasih ya, teman-teman media semua. Kita mau pulang dulu," ucap Clara dengan senyum di bibirnya. Ia lalu merogoh tasnya dan mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan.
"Ini buat beli gorengan, dibagi-bagi ya," kata Clara lagi memasukkan uang itu ke salah satu kantong yang ada pada baju wartawan yang berdiri dekat dengannya.
"Makasih banyak, Mbak Clara," ucap wartawan itu bersamaan.
Berjalan lebih dulu, Clara harus melewati Azka yang juga sedang diwawancarai di tempat itu. Tak mengira Azka akan menatapnya juga, Clara dengan cepat memasang tatapan sinis saat mata mereka beradu pandang. Saling menatap beberapa detik, Clara lebih dulu membuang pandangan dan berjalan menuju mobil. Sementara Lisa yang menyusul di belakang Clara, tersenyum kecil pada Azka.
"Itu kan dia?" tanya Clara yang mulai sibuk menghapus riasan di wajahnya dengan tisu basah.
"Siapa?" Lisa bertanya balik dengan posisi lurus menatap ke depan.
"Lis! Kamu mau aku hajar?"
Lisa tertawa mendengar ucapan Clara.
"Kamu sudah tau maksud aku apa, tapi masih nanya juga?!" kesal Clara.
"Iya. Yang tadi itu Azka," ucap Lisa.
"Beda lagi cewek yang dibawa. Kemarin baru aja di gosipin sama penyanyi, eh ini malah bawa cewek baru. Ckckck," tukas Clara dengan nada mengejek.
"Terus masalahnya apa, Cla? Kenapa kamu jadi gak suka? Kamu ada masalah dia?" tanya Lisa bertubi-tubi.
"Ya gak suka. Baru di gosipin sama satu cewek, eh malah bawa cewek lain lagi. Di depan wartawan lagi, sengaja banget mau diliput," ucap Clara sambil mendengus.
Lisa tertawa lebar. "Suka-suka dia lah, Cla. Kok kamu sewot?"
"Kenapa kamu malah belain dia?" Clara melotot.
"Bukan belain dia, tapi-"
"Sudah gak usah dibahas. Fokus nyetir aja." Dengan cepat Clara memotong ucapan Lisa. Gak tau kenapa ada sesuatu yang menggelitik di hatinya saat melihat Azka barusan. Rasa tidak suka yang aneh, yang ia sendiri bingung menggambarkan apa rasa itu.
'Bisa-bisanya bawa cewek lain. Setelah digosipin sama si itu' batin Clara tak terima.
Clara baru saja keluar dari salah satu toko pakaian branded dan berniat hendak membeli segelas kopi di lantai dua. Membawa beberapa paper bag di tangannya, Clara tiba di depan gerai kopi yang tak terlalu ramai itu."Caramel macchiato dingin satu, Mbak," ucap Clara sambil mengeluarkan kartu debitnya."Ditunggu sebentar, Mbak Clara. Silahkan duduk dulu," ucap barista itu ramah.Memilih duduk tak jauh dari meja kasir, Clara menatap sekitar ruangan yang hanya ada beberapa pengunjung. Begitu Clara melemparkan senyum pada sekumpulan anak muda yang sedang nongkrong, salah satu dari mereka datang dan mendekat."Boleh selfie?"Clara mengangguk dan memasang senyum manisnya. Beberapa detik kemudian temannya yang lain ikut datang dan meminta foto juga. Bergantian satu per satu mereka mengucap terima kasih setelah selesai berfoto."Makasih, Mas," ucap Clara menerima pesanan kopinya. Mengeluyur begitu saja, Clara lupa paper bag belanjaannya tertinggal. Untung saja sekumpulan anak muda tadi langsung
Setelah dirawat sekitar tiga hari di rumah sakit, Papa akhirnya diperbolehkan pulang juga. Ditemani Clara, Papa akhirnya tiba juga di rumah."Non Clara," sapa Bi Asih senang saat melihat Clara."Apa kabar, Bi?""Baik, Non. Sudah lama banget gak ketemu sama Non Clara." Bi Asih membawakan barang-barang Papa."Iya, Bi. Kemarin lagi banyak kerjaan," sahut Clara lagi.Duduk bersama di ruang keluarga, Papa dan Clara bersantai menikmati buah apel yang telah disiapkan Bi Asih."Kamu gak ada syuting, Cla?" tanya Papa meraih remot tivi dan menyalakannya. Menonton menjadi salah satu aktivitas yang Papa lakukan kalau sedang santai di rumah."Gak ada, Pa. Lisa sudah atur ulang jadwal Clara. Clara mau nemenin Papa di rumah aja sementara," sahut Clara."Papa gak mau menghambat kerjaan kamu, Clara.""Ya enggak lah, Pa. Kenapa ngomong gitu sih, Papa? Clara jadi merasa gak diharapkan." Clara cemberut."Bukan gitu, Cla. Papa merasa tersanjung kamu sampai meluangkan waktu untuk merawat Papa," ucap Papa y
"Cla, ini aku sudah mau sampai," ucap Lisa melalui panggilan suara."Cepet banget," sahut Clara dengan suara yang masih mengantuk."Tadi malam katanya suruh cepat datang. Gimana sih ini?" protes Lisa."Iya. Iya." Clara mematikan panggilan dari Lisa lalu bergegas untuk bersiap-siap.Hari ini Clara masih menginap di rumah Papa, ia ingin memastikan bahwa Papa sudah benar-benar sehat."Pagi, Cla." Papa menyapa dari ruang makan.Clara tersenyum lalu duduk di samping Papa."Hari ini ada syuting?" tanya Papa menatap Clara sejenak lalu melanjutkan aktivitas makannya."Belum, Pa. Hari ini Clara mau ke apartemen dulu," sahut Clara ikut menikmati sarapan nasi dan ayam goreng tepung yang telah disiapkan Bi Asih."Jadi kamu mau balik ke apartemen?" tanya Papa. Tersirat kesedihan dari nada bicara dan raut wajah Papa. Setelah sekian lama akhirnya putri semata wayang yang sangat ia sayangi kembali ke rumah, namun baru sebentar, ia sudah mau pergi lagi."Rencananya Clara mau pindah, Pa?""Mau pindah ke
Selesai membereskan barang-barangnya, Clara berniat untuk mandi. Tak seperti biasanya, ia malah melepas cincin berlian yang selalu ia pakai dan meletakkan di atas nakas di samping ponselnya.'Seger banget' gumam Clara dalam hati begitu air dari shower jatuh membasahinya. Rasa lelah setelah seharian beres-beres hilang begitu saja. Berada sepuluh menit di kamar mandi, Clara lantas menyudahi mandinya dan memilih untuk langsung tidur, karena besok pagi-pagi ia akan kembali sibuk dengan aktivitas pindah rumahnya.***Dengan dibantu oleh beberapa karyawan bengkel Papa, barang-barangnya milik Clara akhirnya selesai juga diturunkan dan masuk ke dalam mobil box."Sudah semuakan, Cla?" tanya Lisa pada Clara sebelum mereka keluar dari apartemen.Sejenak Clara melayangkan pandangannya, menyusuri setiap sudut ruangan."Udah semua, Yuk," anak Clara dengan tangan kanan yang terangkat dan meraih ponselnya dengan gerakan sedikit menggeser hingga menyebabkan cincin berliannya yang ada di samping ponsel
Selesai sarapan pagi, Clara dan Lisa bersiap untuk bertemu dengan Mas Bramana di kantor. Mengendarai mobil berwarna hitam mereka menyusuri jalan ibukota yang mulai lengang."Yuk, Cla." Lisa memarkirkan mobil begitu sampai di tujuan.Clara merapikan penampilannya terlebih dulu sebelum keluar dari mobil."Sudah cantik," celetuk Lisa."Emang aku cantik," sahut Clara mengembalikan cermin yang ia bawa ke dalam tasnya. Mendengar ucapan Clara, Lisa hanya bisa melengos sambil memutar kedua bola matanya. Sudah biasa dengan tingkah dan ucapan Clara.Beberapa orang yang ada di kantor Mas Bramana menegur ramah saat Clara masuk."Langsung masuk aja ke ruangan Mas Bram, sudah ditungguin dari tadi," kata seorang pria yang mengenakan topi hitam."Iya, Mas," sahut Lisa.Suara berat terdengar dari dalam, yang mempersilahkan mereka masuk saat Lisa mengetuk pintu."Pagi, Mas," sapa Clara dengan senyum khas yang memperlihatkan gigi gingsulnya."Hai selamat pagi, Cla," sapa Mas Bramana meletakkan segelas k
Duduk santai di bawah pohon, Clara melihat sepasang merpati tengah bertengger di dahan pohon yang berada tepat di depannya. Seolah sedang bermesraan, sepasang merpati itu kemudian terbang bersamaan.Drtt… . Drtt… . Drtt… . Perlahan kesadaran Clara mulai terkumpul. Dengan cepat ia membuka mata. Drtt… . Drtt… . Drtt… . Tangannya meraih ponsel yang dari tadi terus bergetar."Iya, Lis," sahut Clara seraya duduk dan bersandar."Cincinnya gimana? Sudah ketemu?""Belum, Lis," sahut Clara tak semangat. Ia benar-benar tak ingat pernah melepaskan cincinnya dimana."Mungkin di apartemen, Cla." Lisa mencoba menerka."Apartemen?" ulang Clara. Seingatnya ia sudah mengecek ulang setiap ruangan yang ada sebelum meninggalkan apartemen. Ia sedikit sangsi meninggalkan cincin berliannya di apartemen."Iya, Cla. Kemungkinan terbesar cuman ada di apartemen. Mau aku cek ke apartemen sekarang?""Gak usah, Lis. Kamu kan lagi izin. Ntar aku yang tanya langsung ke sana. Makasih ya, Lis," ucap Clara seraya me
Mengendarai mobilnya secara perlahan, Clara merasakan hal yang tak biasa dalam dirinya. Rasa yang susah ia jelaskan. Rasa berdebar namun juga rasa kesal. Mengingat apa yang dilakukan oleh Azka barusan."Clara. Sudah. Jangan ingat-ingat lagi. Urusan kamu sama dia sudah selesai," ucap Clara sendiri mencoba menenangkan hatinya.Setelah merasa tenang, Clara menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di bengkel Papa.Sementara itu masih di apartemen, saat melihat Azka berjalan mendekat, para pria berbaju hitam langsung menghampirinya."Apa yang terjadi, Mas? Semua amankan?""Iya. Kita pergi sekarang," ucap Azka seraya melempar senyum pada Bu Yanti yang sedang memperhatikannya."Unit apartemen gimana, Mas?""Nanti kita cek lagi," kata Azka kemudian berjalan lebih dulu.Bu Yanti dan beberapa petugas resepsionis saling berpandangan melihat Azka dan pengawalnya pergi meninggalkan tempat itu."Sshh.... Gak usah dibahas lagi, Balik kerja aja," ucap Bu Yanti dengan jari telunjuk menempel di b
Setelah mendengar masukan dari Lisa kemarin mengenai uang itu, pagi ini mereka berdua pergi ke panti asuhan untuk menyerahkan bantuan. Tentu saja dari uang Om Bastian dan sebagai dari penghasilan Clara. Berharap tak ada media yang mengetahui, nyata saat mereka baru tiba di panti asuhan yang letaknya cukup jauh dari kota, beberapa pencari berita langsung menghampiri."Biarin aja, Cla. Sekali-sekali. Lagian kasian juga mereka gak ada bahan buat dijadiin berita," bisik Lisa pada Clara saat mereka meminta izin untuk meliput kegiatan Clara."Terserah kamu aja deh, Lis," sahut Clara tak banyak protes. Walau sebenarnya ia tak suka dengan yang terjadi saat ini.Satu jam berkegiatan di panti asuhan tadi, Clara dan Lisa pamit pulang dengan pemilik panti asuhan itu."Makasih banyak ya, Mbak Clara," ucap para pencari berita itu."Sama-sama, Mas. Ini sedikit buat ongkos balik ke Jakarta ya," kata Clara seraya memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada mereka. Tentunya hal itu disambut bai