Home / Romansa / BUKAN CINTA LOKASI / Dia Lagi Dia Lagi

Share

Dia Lagi Dia Lagi

Author: Lystania
last update Last Updated: 2022-10-26 04:22:06

Clara baru saja keluar dari salah satu toko pakaian branded dan berniat hendak membeli segelas kopi di lantai dua. Membawa beberapa paper bag di tangannya, Clara tiba di depan gerai kopi yang tak terlalu ramai itu.

"Caramel macchiato dingin satu, Mbak," ucap Clara sambil mengeluarkan kartu debitnya.

"Ditunggu sebentar, Mbak Clara. Silahkan duduk dulu," ucap barista itu ramah.

Memilih duduk tak jauh dari meja kasir, Clara menatap sekitar ruangan yang hanya ada beberapa pengunjung. Begitu Clara melemparkan senyum pada sekumpulan anak muda yang sedang nongkrong, salah satu dari mereka datang dan mendekat.

"Boleh selfie?"

Clara mengangguk dan memasang senyum manisnya. Beberapa detik kemudian temannya yang lain ikut datang dan meminta foto juga. Bergantian satu per satu mereka mengucap terima kasih setelah selesai berfoto.

"Makasih, Mas," ucap Clara menerima pesanan kopinya. Mengeluyur begitu saja, Clara lupa paper bag belanjaannya tertinggal. Untung saja sekumpulan anak muda tadi langsung mengantarkan sebelum Clara jauh.

Hampir sampai di apartemen, Clara tiba-tiba menerima pesan dari dari Lisa yang memberi tahu kalau Papa masuk rumah sakit.

"Papa gak ada bilang, Lis. Kamu tau dari mana?" tanya Clara yang langsung menghubungi Lisa. Memastikan ulang.

"Ini aku di bengkel Papa kamu, Cla. Karyawan Papa kamu yang bilang waktu aku tanya mana Om Wisnu," jawab Lisa.

"Aku langsung ke rumah sakit, Lis. Tolong kamu nanti ke apartemen, bawain baju ganti aku ke rumah sakit," pinta Clara.

"Oke, Cla. Kamu hati-hati," pesan Lisa.

Memacu mobilnya sedikit kencang, Clara menuju ke rumah sakit tempat Papa dirawat sesuai dengan isi pesan dari Lisa.

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Clara mencoba menghubungi ponsel Papa namun tak ada respon. Membuat Clara semakin cemas. Ia segera memarkirkan mobilnya dan menanyakan ruang rawat Papa pada petugas jaga.

"Makasih, Mbak," sahut Clara begitu mendapatkan informasi ruang rawat Papa. Tampak beberapa perawat tadi berbisik membicarakan Clara.

Tanpa basa basi, ia langsung masuk ke ruangan tempat Papa dirawat.

"Papa, gak bilang kalau sakit!" seru Clara membuat Papa yang sedang menatap jendela kamar menoleh ke arah sumber suara.

"Cuma capek biasa, Cla. Papa gak mau ganggu aktivitas kamu," sahut Papa. Meski wajahnya pucat, Papa masih memaksakan diri untuk tersenyum.

Rasa bersalah perlahan melingkupi hati Clara. Ia merasa tak berguna menjadi anak. Tak bisa merawat dan berbakti pada Papa.

"Gak usah sedih, Clara. Papa baik-baik aja. Cuma penyakit orang tua. Kamu gak usah khawatir," kata Papa lagi mencoba menenangkan Clara yang telah meneteskan air mata.

"Clara minta maaf belum bisa jadi anak yang Papa harapkan," tangis Clara mencium tangan Papa.

"Kamu tetap anak Papa yang paling Papa sayangi, Cla." Papa mengusap kepala Clara lembut. Anak semata wayangnya itu meski sempat memberontak dan kabur-kaburan di awal menjadi artis, tapi ia tetap sayang. Semua tindak tanduk Clara di luar sana, baik buruk Clara semua ia tahu. Ia simpan sendiri karena yakin Clara sudah berubah.

***

"Om," sapa Lisa yang datang membawakan baju ganti dan makanan untuk Clara.

Papa hanya tersenyum 

"Cepat sembuh ya, Om. Ini saya bawain buah," kata Lisa.

Papa mengangguk.

"Cla, aku letakan di sini ya," kata Lisa pada Clara yang baru saja selesai menyuapi Papa makan. Lisa duduk di sofa sambil serius menatap layar ponselnya.

"Papa mau Clara kupasin buah?" tanya Clara.

"Nanti aja, Cla," sahut Papa singkat.

"Clara sama Lisa dulu ya, Pa." Clara menghampiri dan duduk di samping Lisa.

Menunjukkan layar ponselnya pada Clara, Lisa memperlihatkan beberapa pilihan rumah yang nantinya akan Clara kontrak.

"Kalau bisa kamu cari yang dekat rumah Papa, Lis," pinta Clara.

"Oke," sahut Lisa singkat. Ia menahan diri untuk tidak menanyakan alasan Clara, mengapa harus rumah yang dekat dengan rumah Papa, meski sebenarnya ia penasaran.

Menemani Clara hingga pukul setengah sepuluh malam, Lisa pamit pulang pada Papa dan Clara.

"Gak usah, Cla. Kamu temenin Papa aja," ucap Lisa menolak Clara yang berniat untuk mengantarkannya sampai bawah.

"Gapapa, Lis. Aku pengen sekalian ketemu perawat," sahut Clara beralasan.

Menutup pintu secara perlahan karena Papa telah tidur, mereka berdua menuju lift dan turun ke bawah.

"Kamu fokus sama Papa dulu, Cla. Biar aku atur ulang jadwal kamu," kata Lisa sebelum masuk ke dalam mobil.

"Iya, Lis. Makasih ya. Kamu hati-hati di jalan," pesan Clara.

Kembali masuk ke dalam rumah sakit, Clara berhenti di dekat ruang jaga perawat karena melihat dan mendengar suara tivi yang sedang menanyakan infotainment. Clara menatap seksama pada layar tivi.

'Itu kan waktu di restoran kemarin. Hah, sepupu? Cewek itu saudara sepupu dia' gumam Clara dalam hati. Siapa lagi kalau bukan Azka yang sedang berada di layar kaca.

"Selamat malam ada yang bisa dibantu, Mbak?" Seorang perawat menyapa Clara.

"Eh, malam. Saya mau tanya dokter yang merawat pasien atas nama Wisnu Prayogo siapa ya?" Clara mendekat.

"Pak Wisnu Prayogo?" ulang perawat itu.

"Iya, saya anaknya." Clara mempertegas.

"Dokter Halim, Mbak. Pak Wisnu ada sedikit masalah dengan lambung," kata pertama itu lagi.

"Lalu sekarang kondisinya gimana?"

"Besok bisa langsung ditanyakan dengan dokter saat visit di pagi hari, Mbak. Biar lebih jelas."

"Terima kasih." Clara melirik ke arah layar kaca yang masih menayangkan Azka, sebelum kembali ke kamar Papa.

Setibanya di kamar Papa, Clara berganti pakaian dan membaringkan diri di sofa. Sambil memainkan ponselnya, Clara sesekali melihat ke arah Papa yang terlihat sangat nyenyak tidur.

"Kenapa semua berita isinya dia sih?" rutuk Clara dalam hati saat membuka explore di media sosialnya, hanya pemberitaan Azka yang muncul. Menjauhkan ponselnya, Clara memejamkan mata mencoba untuk tidur. Baru beberapa menit, rasa kantuk datang menyerang hingga membuat Clara akhirnya tertidur. 

Tiba-tiba saja Clara terbangun dan mendapati dirinya berada di dalam hutan dengan pohon-pohon yang sangat tinggi dan semak belukar. Merasa bingung dan aneh, Clara berjalan perlahan dan sangat hati-hati melewati jalan yang penuh semak belukar itu. Terdengar suara begitu berisik yang membuat langkah Clara terhenti. Suara berisik yang menyamarkan suara desisan ular yang secara tiba-tiba telah melilit dan dengan cepat menggigit kakinya. Tak perlu waktu lama, Clara langsung terkulai lemah dan jatuh tak sadarkan diri.

"Cla, Clara." Membawa selang infus, Papa menghampiri dan mencoba membangunkan Clara.

"Clara," panggil Papa lagi. Setelah menggoyangkan badan Clara cukup lama, anaknya itu akhirnya bangun juga.

"Pa. Papa ngapain?" tanya Clara bingung melihat Papa yang sudah berdiri di sampingnya.

"Kamu yang kenapa? Ngigau gak jelas, keringatan kayak gini," kata Papa yang juga bingung.

Clara duduk dan mengikat rambutnya. Ia meraih tisu dan mengelap keringat di jidatnya.

"Clara mimpi digigit ular, Pa," ucap Clara.

"Berarti jodoh kamu sudah dekat, Cla," celetuk Papa santai.

"Ngomong apa sih, Papa?" Clara seolah tak Terima dengan ucapan Papa barusan. Ia berdiri dan mengajak Papa kembali ke tempat tidur karena dokter dan perawat telah datang untuk mengecek keadaan Papa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BUKAN CINTA LOKASI   Restu Hari Bahagia

    Hampir setiap hari melihat kemesraan Clara dan Azka di media sosial dan media elektronik, membuat mood Ibu jadi naik turun. Tak bisa salah sedikit, ia akan langsung marah. Seperti saat ini, ia baru saja menyaksikan liputan keseharian Clara dan Azka."Ret, serius amat?" Suara dari arah pintu mengalihkan pandangannya. Beberapa saudaranya datang.Wajah Ibu masih tak berubah."Kenapa sih, Mbak? Azka udah mau nikah tapi Mbak Retno masih diam-diam aja," ucap Wulan, adiknya paling kecil."Mau nikah apa?" tanya Ibu dengan wajah kesal."Itu di tivi, setiap hari isi beritanya tentang Azka sama pacarnya," timpal yang lain."Iya, Mbak. Udah fitting baju pengantin juga. Jadi nikahnya di Jakarta atau di Yogyakarta, Mbak?" tanya Wulan lagi."Kalian kalau kesini cuma mau ngomong gak jelas, lebih baik gak usah," sahut Ibu ketus."Loh? Kenapa Mbak marah? Kita ke sini kan mau dukung rencana pernikahannya Azka. Wong pacar Azka itu artis baik kok. Prestasinya gak kalah dari Azka. Kena berita negatif juga

  • BUKAN CINTA LOKASI   Saran Ayu

    Mengikuti apa kata Ayu, Azka dan Clara makin sering terlihat bersama di ruang publik. Melayani setiap permintaan wawancara dari wartawan. Mereka juga tak segan terlihat mesra, apalagi Azka. Ia sangat memperlihatkan kecintaannya pada Clara."Apa tadi itu gak terlalu berlebihan, Az? Bilang dalam waktu dekat ini kita akan menggelar acara pernikahan," tukas Clara begitu mereka meninggalkan tempat ulang tahun salah satu anak artis."Berlebihan? Gak dong. Apa yang aku katakan itu adalah doa. Aku berharap bisa secepatnya menikah dengan kamu, Cla," ucap Azka meraih tangan Clara. Menggenggamnya begitu erat kemudian melepaskannya.Clara menatap Azka. Semakin hari ia merasa Azka semakin menunjukkan perubahan sikap. Ia menjadi sangat perhatian dan romantis. Meski merasa tak biasa, Clara juga tak bisa menolak kalau hati kecilnya begitu bahagia dengan perlakuan yang diberikan oleh Azka.Semua itu Azka lakukan memang dari hatinya dan atas saran dari Ayu. Adik perempuannya itu memberi saran pada Azka

  • BUKAN CINTA LOKASI   Temu Kangen

    Azka tak membiarkan Clara lepas dari pelukan meski Clara telah mengatakan kalau ia sulit bernafas karena eratnya pelukan Azka."Kamu harus tau rasanya jadi aku yang kangen banget sama kamu, Cla," ucap Azka dengan mata berkaca-kaca."Iya aku juga kangen sama kamu, Az. Tapi ini aku gak bisa nafas," kata Clara lagi.Perlahan Azka melepaskan pelukannya dan mengajaknya untuk bicara di ruang tamu."Astaga, Bima," decak Azka melihat ruang tamunya yang berantakan."Kamu duduk aja. Sebentar aku beresin," ucap Clara langsung meraih bungkus camilan dan gelas kopi yang berserakan."Biar aku yang beresin," kata Azka mengambil apa yang sudah ada di tangan Clara."Sudah aku aja. Kenapa sih gak nurut?" Clara melotot.Melihat mata Clara yang melotot, Azka memilih untuk menurut saja. Tak mau merusak suasana pertemuan mereka."Kamu tega banget sih?" Azka menarik tangan Clara.Clara terdiam."Aku sudah ketemu solusi buat hubungan kita, Cla.""Solusi apa?" Kening Clara berkerut."Kita nikah aja. Papa kamu

  • BUKAN CINTA LOKASI   Akhirnya Pulang Setelah Berhari-hari

    Hari demi hari Azka lewati begitu saja. Rutinitas syutingnya ia lewati tanpa semangat. Mengobrol dengan orang di lokasi syuting saja hanya seadanya, pikirannya tak bisa lepas memikirkan Clara. Untung ia masih bisa fokus saat syuting hingga tak perlu take berulang kali. Bima juga selalu standby di lokasi siap mengamankan Azka."Tumben, biasanya kamu bareng Clara terus," ucap lawan mainnya yang menyadari ada yang beda dengan Azka beberapa hari ini."Lagi pada sibuk," sahut Azka singkat."Tuh wartawan juga pada nanyain kamu," ucapnya lagi menunjukkan ke arah luar lokasi."Biarin aja lah, sekali-kali buat mereka penasaran," kata Azka asal. Padahal sebenarnya ia sedang menghindar.Selesai syuting Bima langsung mengantarkan Azka ke apartemen."Aku balik dulu ya, Mas. Jangan lupa makan, Mas," pesan Bima. Beberapa hari kemarin Bima melihat makanan yang dibeli tak habis dimakan oleh Azka."Iya," kata Azka seraya masuk ke dalam lift.Setibanya di apartemen, Azka langsung menjatuhkan diri ke ata

  • BUKAN CINTA LOKASI   Pergi Sementara

    Mengirimkan pesan pada Lisa, Clara meminta izin untuk cuti beberapa hari kedepan. Namun Lisa kembali harus mengurut dada karena Clara sudah tak bisa dihubungi lagi. Ia juga tak mungkin bertanya pada Papanya Clara karena takut akan membuat khawatir. Lisa yakin, Clara juga tak memberi tahu hal ini pada Papanya."Aduh, Azka nelpon lagi," gumam Lisa melihat layar ponselnya,Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, Lisa mengangkat telepon dari Azka itu."Lis, Clara sama kamu? Dari tadi aku chat, aku telepon gak ada respon," ucap Azka di ujung teleponnya."Dia minta izin cuti beberapa hari ke depan sama aku," ucap Lisa."Cuti? Emang gak ada syuting? Terus kenapa gak bisa dihubungi?""Itu dia. Aku juga gak bisa ngehubungin Clara.""Ck. Clara," desah Azka bingung, "kamu dimana, Lis. Aku samperin ya. Sekalian aku mau keluar," lanjut Azka."Oke. Kita ketemu di rumah Clara aja," kata Lisa.***Bu Iin membukakan pintu untuk Lisa dan Azka yang datang secara bersamaan."Clara pergi jam bera

  • BUKAN CINTA LOKASI   Break

    Setelah lama menghindar dari wartawan, sore ini akhirnya mereka berdua tampil di depan wartawan. Keputusan untuk menghindar ini mereka ambil untuk meredam emosi Ibu. Ia tak ingin Ibu semakin marah bila mereka langsung melakukan klarifikasi."Jadi gimana foto-foto yang beredar itu, Mbak?""Benar wanita itu yang mendekati Azka?""Menurut Mbak Clara gimana?"Pernyataan yang terlontar semua mengenai foto-foto itu."Jadi foto itu diambil oleh siapa aku juga gak tau, itu dokter yang menangani orang tua aku waktu opname di rumah sakit. Aku cuma minta penjelasan. Memang dokter itu anak dari teman orang tua aku," kata Azka menjelaskan sambil erat memegang tangan Clara yang hanya memasang senyum."Apa itu wanita yang dijodohkan sama Azka?" tanya wartawan yang lain."Jodoh aku ada di samping, ini," sahut Azka serius tapi santai merangkul Clara."Jadi berita yang beredar itu gak benar?" Wartawan-wartawan itu masih saja mencecar Clara dan Azka dengan pertanyaan meski mereka sudah berpamitan."Kita

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status