Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 19. Berbakti padanya?

Share

Bab 19. Berbakti padanya?

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-05-22 11:59:15

"Teman, seperti juga saya, Bu," jawab Rifki segera melihat wajah Liam dan Dania yang kebingungan menjawab.

"Aku pikir tadi adiknya Liam. Kok tiap ada kesempatan selalu dekat Liam." Chandra berkomentar.

"Hanya kebetulan tadi dekat, Pak." kata Rifki lagi meyakinkan.

Maryam dan Liam saling menatap bingung. Mereka tak mungkin menjelaskan siapa Dania dalam lingkup keluarga ini. Maryam kemudian pergi ke belakang, memberi arahan pada orang yang membantunya.

Tak lama dia kembali lagi, kemudian ikut bergabung. "Maaf rencananya mendadak saja, jadi ya, begini. Yang penting nikah saja."

"Bu, kami sudah berterima kasih sekali kepada Liam yang mau menerima Keya dengan kondisi seperti ini," kata Neina.

"Bagi kami, apa yang telah Liam berikan itu lebih dari cukup. Dia menyelamatkan harga diri Keya. Juga harga diri keluarga Chandra Darmawan. Untunglah kandungan Keya masih satu bulan, saat lahir nanti tidak terlalu jauh dari hari nikah ini."

"Ini Ibu, cuma berdua dengan Liam?" tanya Chandra. Pertanyaa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 158. Terkejut

    Tiba di rumah orangtua Dania, Liam mengetuk. Hari sudah malam, hampir jam 02.00."Dania!" Bu Marya segera memeluk putrinya yang berurai air mata.Pak Bagus hanya menatap Liam. Melihat putrinya dalam keadaan seperti itu, tentunya bukan hal baik yang telah terjadi."Sekali lagi saya minta maaf. Saya ke sini kapan hari saya rasa saya sudah mengatakan yang sejelas-jelasnya, bahwa saya akan mengirimkan surat gugatan cerai dari pengadilan. Tapi kenapa tiba-tiba saja Dania sudah di rumah saya, di kamar saya, dengan mengusir Keya dari rumah.""Bukan aku yang mengusir. Keya sendiri yang ingin pergi." Dania masih menyangkal."Aku yakin kamu telah mengatakan sesuatu sampai dia memutuskan untuk pergi."Dania menunduk."Sekali lagi saya tanya, di mana Keya?""Tanya pada Nabil!" kata Dania, masih berusaha memancing emosi Liam dengan mengatakan hubungan Nabil dengan Keya. Lalu Dania berlalu melangkahkan kakinya ke dalam kamar."Maafkan saya, Nak Liam. Saya tidak bisa mendidik anak saya dengan baik.

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 157. Sesal

    "Pak Haji! Astaghfirullah, Pak Haji!"Suara itu membelah subuh yang belum sempurna tiba. Seorang lelaki berlari dari serambi masjid, tubuhnya gemetar melihat Haji Darman terbujur dengan nafas tersengal. Beberapa jamaah yang baru tiba berhenti di tempat."Angkat ke dalam! Jangan dibiarkan di lantai dingin!" seru seorang bapak, buru-buru menggelar sajadah sebagai alas.Langkah-langkah pelan orang ke masjid, menjadi dipercepat, melihat kondisi H Darman. Di antara mereka, terdengar suara sandal terburu-buru. Bu Aisyah yang datang ke masjid hendak Subuhan dengan mukena terpasang sempurna, mendekat."Aba!" jeritnya. Ia langsung menjatuhkan diri di sisi tubuh suaminya. "Apa yang terjadi? Tadi masih semangat wudhu di rumah!""Baru saja sampai serambi, Bu. Tiba-tiba jatuh. Nafasnya berat.""Panggil Hanafi! Cepat!""Tapi orang itu susah dibangunkan, Bu.""Bentak saja dia kalau perlu!" Wajah Bu Aisyah tegang. "Itu abanya, bukan kambing!"Seorang pemuda langsung berlari ke arah rumah Hanafi. Nafas

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 156. Kaget

    Bangun, bangun, ada maling!" suara keras lelaki dari luar menggetarkan jendela kamar Keya.Lampu-lampu rumah tetangga menyala satu per satu. Suara langkah tergesa membelah kesunyian tengah malam. Terdengar pintu berderak, anak kecil menangis, dan orang-orang berbicara cepat, tumpang tindih.Sheryn terbangun. Matanya membesar, mulutnya bergetar. Tangis pun terdengar. "Non Key, itu suara apa?" Bi Ira sudah kebingungan.Keya segera bangun, memeluk putrinya. "Tenang, Sayang. Gak apa-apa. Cuma orang ramai."Bi Ira sudah berdiri di depan pintu, wajahnya panik. "Non, di luar ramai. Katanya rumah kita barusan dimasukin orang."Keya memeluk Sheryn lebih erat. Jantungnya berdetak cepat. "Masuk ke sini?""Iya. Tapi gak tahu lewat mana. Aku barusan dengar suara pintu geser dari belakang," jawab Bi Ira cepat.Suara langkah mendekat. Pintu diketuk. "Bu Keya, kami dari pos ronda!"Keya menggendong Sheryn keluar, lalu membuka pintu. Tiga lelaki berdiri dengan senter dan tongkat kayu. Di belakang mere

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 155. Sunyi?

    Liam masuk. Melihat rumah yang lenggang, Liam bingung. Sunyi. Tidak ada suara tawa Sheryn. Tidak ada aroma makanan dari dapur. Tidak ada suara Keya bersenandung di dapur seperti biasanya. Bahkan tak ada mainan Sheryn yang biasanya berserakan hampir memenuhi ruangan,.Yang lebih mengherankan, bahkan di meja ada rangkaian bunga melati dan mawar yang segar, baunya yang harum semerbak mengisi ruangan, sepertinya dari halaman depan dipindah ke pot kaca.Langkahnya melambat saat ia melihat pot kaca berisi melati dan mawar segar itu. Aromanya semerbak, tapi... bukankah mereka biasa menyingkirkan pot-pot seperti itu dari jangkauan Sheryn?Mungkinkah... Keya menaruhnya untuk menyambut kepulangannya? pikirnya. "Bagaimana mungkin dia tahu aku pulang?" pikir Liam lagi. "Yang waktunya pulang duluan bukannya Pak Miswan sama Rifki, sedangkan aku, belum waktunya pulang."Tapi Liam lalu tersenyum. "Mungkin insting dia aja ya? Atau tahu pas mereka pulang tadi dan dia pikir aku pulang juga?"Liam yang m

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 154. Dukungan

    "Keya! Keyaaa!" suara Lili terdengar lebih dulu dari balik pagar besi yang sudah mulai berkarat.Keya mengernyit. Ia menyembul lewat jendela, kaget melihat empat temannya berdiri berdempetan, masing-masing membawa plastik kresek dan wajah penuh semangat."Itu bukannya teman Non Key, ya?"Sheryn bahkan sudah sneyum-senyum sambil melambai."Kalian?" suara Keya hampir tercekat.Lesti melambaikan tangan. "Bukain dong! Berdiri di depan gang sempit kayak gini bikin pegel."Keya cepat-cepat ke luar. Gerbang rumahnya terbuka pelan. Wajahnya merah, entah karena matahari sore atau karena malu."Kalian gila," katanya setengah berbisik. "Ke sini tiba-tiba begini."Mila nyengir. "Kita udah curiga sejak WhatsApp kamu gak aktif-aktif. Makanya pulang kuliah tadi kita langsung cabut ke sini."Lesti mengangguk mantap. "Bener. Kita ngerasa aneh aja. Kamu tuh biasanya paling aktif. Apalagi pas aku share soal candaan kemarin, kamu gak kasih reaksi sama sekali.""Aku... cuma lagi pengen sendiri," Keya meng

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 153. Prasangka

    Keya terkejut dengan pertanyaan H Darman. "Saya sudah tidak tau arah, Ba." kata Keya lalu kembali makan."Kamu tak seharusnya tenggelam jika kamu merasa tak bahagia. Masih banyak jalan panjang bisa kamu gapai, Dhuk. Jangan menyerah dengan situasi yang membuatmu menderita." tambah H Darman."Kami sudah menganggapmu seperti anak sendiri, terlepas dari hubunganmu dengan Nabil, kami tak mengaitkannya.""Terimakasih, Ba. Keya sendiri telah merasa kalian seperti orangtua bagi Keya. Keya sangat berterimakasih."H Darman kemudian meraih cucunya yang sudah merangkak ke arahnya dan membawanya pergi keluar.Keya yang terlenguh, mencoba berdamai dengan dirinya. Tidak mungkinkah dia meninggalkan Liam? Pertanyaan H Darman itu terngiang di telinganya hingga tiba di rumah kontrakannya. Dia yang kini telah memiliki rasa yang tersimpan untuk Liam, jauh di lubuk hatinya tak ingin berpisah darinya. Tapi di saat mengingat Dania, dia bukanlah wanita yang menyukai keadaan bahwa dia bukanlah satu-satunya dala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status