Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 235 Mau menikah?

Share

Bab 235 Mau menikah?

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-08-23 04:50:56

"Kamu besok nggak masuk, Naj?" tanya Arfan saat Najla sibuk merapikan map di meja kerjanya.

Najla menoleh pelan, rambutnya yang diikat sederhana jatuh ke bahu. "Iya, Mas. Besok aku izin. Ada bimbingan skripsi sama dosen pembimbing. Kayaknya seharian nggak bisa ke kantor."

"Seharian?" Arfan mendekat, suaranya pelan tapi sorot matanya penuh perhatian. Dia merasa, sehari saja nggak ketemu Najla rasanya setahun, bagaimana dia besuk nggak masuk?

"Jadi besuk jangan jemput saya lagi, Mas," canda Najla.

Arfan terkekeh pelan. "Aku tadi nggak jemput, cuma pingin jenguk kamu, nggak tahunya kamu udah nyiram bunga di halaman."

Najla tersenyum. "Terapi, Mas, pagi-pagi bicara dengan tanaman. Kasihan juga pekerjaan bu Yana banyak, ngurusi tanaman Mami yang banyak." Dia lalu menatap Arfan, "Maaf soal kemarin, saya sendiri nggak tahu kenapa saya selemah itu."

"Kamu nggak perlu minta maaf.. Pikiran kamu mungkin saat itu terlalu kacau sampai kamu nggak bisa berfikir logis." Sejenak Arfan merasa besarny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dwiindah Wahyuni
sma arfan aja uda jlas krja y
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 242. Cemas

    "Pi, sudah istirahat saja. Jangan terus gelisah begini," ucap Bu Neina lirih, melihat Pak Chandra yang mondar-mandir di ruang tamu."Lihat jam, sudah lebih tengah malam. Najla belum juga pulang." Tangan Pak Chandra menekan keningnya, gusar. "Teleponnya tak tersambung.""Pasti kehabisan baterai." Bu Neina mencoba menenangkan, walau sorot matanya sama-sama cemas.Pak Chandra berhenti melangkah, menatap istrinya lama. "Aku jadi teringat Keya waktu itu. Aku takut kejadian yang sama terulang."Bu Neina menghela napas, menunduk. "Aku juga kepikiran itu, Pi."Suara langkah terdengar dari arah kamar. "Pi, jangan terlalu khawatir. Kak Najla pasti aman," kata Liam sambil menghampiri. "Besok pagi kalau belum pulang, kita cari sama-sama.""Bagaimana bisa aku tenang? Aku ingat Keya, aku tak ingin anakku yang lain menanggung aib," ucap Pak Chandra keras.Keya muncul, berdiri ragu di samping suaminya. "Papi... jangan berpikir buruk dulu," katanya lirih. "Kak Najla itu selalu hati-hati.""Tapi kau t

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 241. Curiga

    Sunyi menggantung di koridor itu. Evan berdiri kaku. Begitu sosok Najla hilang dari pandangan, matanya berkaca-kaca. Tanpa bisa ditahan, setetes air mata jatuh di pipinya.Ia menunduk, menggenggam kuat tangannya. Suara hatinya pecah, namun bibirnya tetap terkatup."Maafkan aku, .." bisiknya lirih. "Aku cuma nggak sanggup kalau terus dekat sama kamu, Najla. Luka ini belum sembuh. Rindu ini menyesakkan aku.""Evan..." suara pelan itu menggantung dari balik lorong yang tak jauh dari Evan.Pemuda itu mengusap wajah, menahan sesak yang sudah lama ia simpan. Langkah pelan terdengar makin mnendekat. Kenna muncul dari arah kamar kecil. Wajahnya sedikit pucat, matanya sayu, namun masih menyisakan senyum lembut. Ia berjalan perlahan sambil menahan perutnya yang mulai berisi, walau belum begitu besar."Evan, kamu menangis?" tanya Kenna tenang. Dia sudah sering mengisi pengajian di acara itu hinggah dia kenal betul dengan Evan.Evan kembali buru-buru mengusap pipinya, takut masih ada sisa air ma

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 240. Nggak nyangka

    Liam segera menarik Keya dengan mengalihkan pandangannya. Dia sendiri juga membalikkan badan agar memunggungi pandangan lelaki yang dimaksud."Kak, bukannya itu,...""Iya, bener, biar kamu sekarang bisa lihat kenapa aku bilang Kak Najla tidka boleh berhubungan dengannya.""Bisa-bisanya dia yang terlihat sederhana dan profesioanl itu ada di tempat ini, bersama cewek-cewek lagi. Nggak nyangka banget.""Sekarang baru nggak nyalahin suamimu yang keren ini kan?""Ih, PD amat ngomong kayak gitu.""Emang siapa dia, Key, sampai kalian sebegitunya?" tanya Mila."Dia pengacara yang ngurus perceraian Kak liam dengan Dania.""Oh, yang kapan hari kamu cerita di group itu?" sahut LiliKeya mengangguk. "Ngak nyangka banget," tambah Rina."Setidaknya dia bisa mengusir Mak Lampir dari rumah kalian."Keya tanpa aba-aba segera beranjak, sampai Liam kelabakan"Ey, kamu ngapain? Ayo, Key," bisik Liam cepat sambil menarik tangan istrinya.Keya sempat terhuyung, kaget. "Aku penasaran gimana reaksinya kalau

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 239. Refresing

    " Nak Arfan, maaf, ya..." uca Bu Neina pelan. Senyumnya terasa kaku, sorot matanya berusaha menutupi kecewa orang di depannya.Arfan mengangguk singkat, menahan getir yang tersisa di wajahnya. "Saya pamit, Bu. Ngak apa, mungkin lain kali."Tangannya sempat mengepal sebelum masuk mobil. Suara mesin terdengar lirih menjauh, meninggalkan halaman rumah yang mendadak lengang.Tak lama, deru kendaraan lain berhenti. Liam turun dengan langkah lebar, menyusul Keya yang menggendong Sheryn. Tawa kecil bocah itu memecah kesepian."Mami..." suara Keya riang, langsung disambut pelukan hangat ibunya.Sheryn meraih rambut sang nenek, tertawa renyah. "Mami... Mami..." Dia menirukan bundanya, membuat yang lain tergelak.Bersamaan dengan itu, seorang perempuan tua keluar tergopoh dari pintu samping. Raut wajahnya penuh haru."Bi Ira..." bisik Neina, lalu memeluk erat mantan pembantunya itu. "Aku kangen kamu."Mata Bi Ira mengaca tanpa bisa berkata-kata.Di dapur, sosok lain menoleh sambil menutup pint

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 238. Dingin

    "Mas, maaf..." ucap Najla lirih sambil menarik jilbab birunya lebih rapat. Dia mengenakan gamis senada dengan jaket almameternya berwarna abu-abu.Arfan yang berdiri tegap di teras rumah langsung murung, padahal wajahnya penuh harap. "Kamu mau pergi?Padahal aku udah nyiapin tempat makan, biar kita bisa ngobrol santai."Najla tersenyum kaku. "Aku... ada acara. Malam ini ada kajian rutin bulanan mahasiswa antar kampus."Arfan terdiam. Alisnya bergerak turun, senyum yang tadi penuh percaya diri kini runtuh. "Kajian? Kamu serius malam Minggu buat itu?"Najla menahan napas. "Maaf, Mas. Aku udah janji sama teman-teman. Semoga lain kali bisa."Tanpa menunggu jawaban, Najla segera masuk mobil sedan hitam milik ayahnya. Suara mesin meraung pelan, lalu roda berputar meninggalkan Arfan yang terpaku dengan tatapan kecewa.Jalanan sore itu lengang. Najla menggenggam erat setir, pikirannya bercampur ingat Evan yang pasti ada di tempat itu. Hampir satu jam perjalanan, akhirnya ia tiba di halaman luas

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 237. Alasan

    “Yah, usu... usu...”Sheryn menepuk-nepuk meja kecil di depannya dengan telapak mungil. Matanya berbinar menatap Liam yang sibuk di dapur.“Iya, sabar, Nak. Lagi dipanasin airnya biar nggak kembung,” sahut Liam sambil menuang susu ke dalam botol kecil. Ia menggoyangkan botol itu pelan, memastikan suhunya pas.Keya muncul dari ruang tengah, sambil mengelus rambut anaknya. “Kamu tuh, kalau minta sama Ayah, kayak bos aja.”Sheryn terkekeh. “Au os ecil. Yah uka kin usu.”Liam tertawa pendek. “Wah, enak aja. Ayah ini panglima rumah, tahu!”Sheryn bertepuk tangan, matanya makin bulat. “Au atu ecil.”Keya ikut tertawa, lalu duduk di kursi sambil menunggu Liam datang membawa susu. Begitu botol susu sudah di tangan, Liam menghampiri. “Nih, bos kecil. Minum pelan-pelan.”Sheryn langsung memeluk botol itu dengan girang. “Acih, Ayah!”Liam menghela napas lega. Ia duduk di samping Keya. Namun senyum di wajahnya perlahan pudar. Keya yang memperhatikan langsung menyadari.“Kamu kenapa kelihatan bera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status