Share

Bab 24. Apa?

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-05-25 04:22:29

Dania mondar mandir di teras. Sudah berkali-kali dia mengetuk pintu rumah itu, tapi tak ada orang yang keluar.

"Ini ke mana semua orang, terutama gadis licik itu?" tanyanya berguman. Dia lalu mengambil handphone di tas jinjitnya, menekan tombol panggil dengan inisial 'Beb' berkali-kali.

Namun tak ada jawaban.

Dia kembali menghampiri pintu. Kembali diketuknya pintu jati rumah itu. Dengan tak nyaman dia masih berdiri lama. Dania langsung menggerutu. "Sudah tau ibunya sudah tuli, rumah segede ini ngak dibeliin bel."

Dania sudah mau mengangkat tangannya kembali saat terlihat pintu dibuka. Seorang wanita setengah baya, tinggi namun krempeng, tersenyum.

"Dania," sapanya. "Baru juga nanti malam Liam mau ke rumahmu, Dhuk, kamu sudah datang."

"Assalamualaikum, Bu!" Tanpa senyum, Dania meraih tangan Maryam, lalu mencium punggung tangan wanita itu. Ucapan Maryam tak didengarnya.

"Mas Liam ada, Bu?" tanyanya dengan menengok ke dalam. Wajahnya nampak tegang.

"Lagi pergi. Kamu masuk duluh. Ibu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 29. Satu dari syarat Keya

    "Keya, Kakak antar kamu pulang, ya," tawar Liam saat sore menjelang, duduk di sisi bangsal rumah sakit sambil memandangi ibunya yang mulai tertidur lelap setelah obat bekerja dengan baik."Enggak, Kak. Aku di sini aja, nemenin Ibu. Lagian aku di rumah juga takut kalau sendirian," jawab Keya, merapatkan jaketnya, mencoba mengusir hawa dingin dari AC ruangan."Lho, nanti pasti ada yang nemenin," balas Liam sambil tersenyum. "Bu Yana.""Nanti Kamu capek, Dhuk, jagai Ibu," ucap Maryam begitu terbangun dengan napas yang sudah mulai ringan."Capek apanya, Bu? Ini juga cuma sambil pegang HP di sini," timpal Keya, yang memang sejak tadi sibuk berselancar."Oh, ya, Kak... waktu Ibu masuk rumah sakit dulu, Kak Dania juga jagain?" tanya Keya tiba-tiba. Pertanyaan itu membuat Liam dan Maryam saling menatap. Raut Liam sempat berubah sedikit, tapi dia tetap tenang."Kenapa tanya begitu?" "Enggak tahu, cuma mikir aja... kira-kira besok-besok Kak Dania juga jagain enggak, ya?" gumam Keya. "Soalnya k

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 28. Keke,...!

    Sepi merayap pelan ke sudut-sudut kamar kos yang diterangi cahaya remang dari lampu meja. Malam itu terasa panjang, seperti enggan berganti pagi. Di pojok kamar, Nabil terduduk diam, memeluk lutut dengan kedua tangannya setelah menjalankan sholat Tahajut tapi matanya tak dapat terpejam juga. Matanya menatap kosong ke layar ponsel yang menyala, menampilkan satu foto yang sejak tadi tak berpaling dari pandangannya: potret Keya, tersenyum dengan rambut indah bergelombangnya, mendekat dengan tersenyum bersama Nabil saat sebelum kejadian di puncak yang mengubah segalanya itu.Foto itu sudah entah berapa kali Nabil lihat malam ini. Tapi setiap kali menatapnya, hatinya seolah disayat ulang. Sakit. Sesak. Ada rindu yang tak bisa disuarakan, ada penyesalan yang tak tahu bagaimana harus dituntaskan. Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Nabil menghabiskan waktu hanya untuk memandangi Keya dari layar kecil itu, berharap bisa kembali ke masa ketika senyum itu masih untuknya. Setetes air ma

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 27. Tak seharusnya

    "Kamu tetap di sini atau ikut?" tanya Liam setelah mengunci pintu rumahnya. Melihat raut muka Dania, dia tak menunggu jawaban, dia langsung masuk ke mobilnya dan melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi, melihat ibunya masih belum sadar.Sementara itu, Dania yang belum beranjak dari rumah itu tersenyum. Saat Liam mencari Keya dia menelisik hidung Maryam dan mendapati tak bernafas. Disunggingkannya senyum, bahwa setelah ini, dia pasti tiada. Dania lalu memandangi rumah itu, dan membuang nafas ringan. Tidak akan lama lagi aku pasti berada di rumah ini, dengan segala yang dimiliki Liam, pikirnya."Ibu, sadarlah! Jangan tinggalin Keya seperti ini. Keya masih butuh Ibu untuk ngajarin Keya ngaji. SAdarlah, Ibu!" Air mata Keya deras menetes. Dia masih tak berhenti menggosok kaki dan tengkuknya. Di depan Liam yang menyupir kebingungan. Mobil melaju dengan kecepatan dia tas rata-rata.Sampai hampir di ujung jalan menuju rumah sakit, Maryam bergerak-gerak. Keya memeluknya, "Ibu, Alhamdulill

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 26. Rasa itu

    Liam melototkan matanya "Kita menikah?" Bagaimana tidak kaget? Baru saja kemarin dia dan Keya menikah, sekarang masa iya dia akan kembali mengajukan pernikahan? Apa mungkin bisa? bagaimana juga dengan pandangan orang tentang semua itu, bagaimanapun Liam di sekitarnya menjadi orang yang kerap jadi panutan, bahkan kebanggaan dengan dedikasi di bidang pendidikan, juga kemasyarakatan."Kenapa tiba-tiba saja kamu mengajak Liam menikah, Dhuk?" Maryam yang tak kalah kagetnya bertanya.Dania tampak tak bisa mengatakan sesuaatu apapun selain kejengkelan dari sorot matanya. Sejak mengunggah status WA, banyak yang melihatnya dan berkomentar. Salah satunya adalah sahabatnya yang kemudian membuat Dania bercerita. Tidak taunya dari mulut manis itu tersebar berita di masyarakat yang membuat orang tua Dania geram, hinggah Dania yang sudah tak sabar, segera ke rumah Liam."Ibu, saat sakit keras, tiga bulan yang lalu memanggilmu dengan harapan kalian bisa menikah, tapi katamu waktu itu, masih ingin m

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 25. Harus!

    Nabil duduk di bangku panjang halte kampus. Kepalanya bersandar ke dinding kaca, mata menghadap langit yang tanpak redup karena hujan yang mau turun. Untunglah aku sudah sampai di sini sebelum hujan datang, pikirnya.Dia seolah mendapatkan firasat saat bersimpangan dengan sebuah Expander merah dengan jantungnya berdegup kencang."Aku melihat Keya, aku seolah melihatnya. Hanya dia yang bisa membuat dadaku seperti ini," guman Nabil lagi. Wajah Keya makin muncul di pelupuk mata. Ia bahkan lupa sudah berapa kali air matanya jatuh diam-diam. Motornya tadi nyaris menabrak kucing yang tiba-tiba melintas. Dia lalu menginjak rem mendadak, nyaris menubruk tiang lampu."Astaghfirullah," katanya pelan.Sejak semalam di desanya, perasaannya tak menentu. Ia tak bisa memaafkan dirinya. Peristiwa sial itu masih membekas, dan yang lebih menyiksa, Keya... kini tak bisa dia hubungi. Handdpone-nya tak pernah lagi aktif.Karena tak fokus, Nabil meninggalkan kampus dan pergi ke tempat kosnya. Dia pikir ma

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 24. Apa?

    Dania mondar mandir di teras. Sudah berkali-kali dia mengetuk pintu rumah itu, tapi tak ada orang yang keluar. "Ini ke mana semua orang, terutama gadis licik itu?" tanyanya berguman. Dia lalu mengambil handphone di tas jinjitnya, menekan tombol panggil dengan inisial 'Beb' berkali-kali. Namun tak ada jawaban.Dia kembali menghampiri pintu. Kembali diketuknya pintu jati rumah itu. Dengan tak nyaman dia masih berdiri lama. Dania langsung menggerutu. "Sudah tau ibunya sudah tuli, rumah segede ini ngak dibeliin bel."Dania sudah mau mengangkat tangannya kembali saat terlihat pintu dibuka. Seorang wanita setengah baya, tinggi namun krempeng, tersenyum."Dania," sapanya. "Baru juga nanti malam Liam mau ke rumahmu, Dhuk, kamu sudah datang.""Assalamualaikum, Bu!" Tanpa senyum, Dania meraih tangan Maryam, lalu mencium punggung tangan wanita itu. Ucapan Maryam tak didengarnya."Mas Liam ada, Bu?" tanyanya dengan menengok ke dalam. Wajahnya nampak tegang."Lagi pergi. Kamu masuk duluh. Ibu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status