共有

Bab 49. Maaf!

作者: HaniHadi_LTF
last update 最終更新日: 2025-06-06 22:39:38
Nabil tersenyum getir, menyeka air matanya dengan punggung tangan.

"Nabil akan memperjuangkan anak Nabil, Ba. Keke boleh milik siapa saja menurut Aba, tapi anak itu... darah daging Nabil. Dia bukan anak Liam. Dan Nabil tidak akan membiarkannya tumbuh tanpa tahu siapa ayah kandungnya."

"Kamu jangan mempertaruhkan nama baik Abamu, Nabil!" bentak H. Darman lagi, kali ini lebih keras.

Namun Nabil sudah melangkah keluar. Tak menjawab. Tak menoleh. Ia hanya meninggalkan rumah, meninggalkan ayah yang dulu ia puja, karena kini ada hal yang lebih besar dari harga diri — tanggung jawab, cinta, dan keberanian untuk memperbaiki.

Langit malam di luar tampak kelam. Angin dingin menusuk tulang. Tapi Nabil tak peduli. Ia melangkah cepat ke arah garasi, mengambil kunci motor, lalu tancap gas ke jalan desa.

Sejenak dia singgah di warung di ujung desa. Di mana teman-teman sebayanya kumpul di sana.

"Bil, aku dengar kamu mau masuk AKPOL," ujar Nazir.

Nabil mengangguk. Matanya tak fokus, hanya menunduk pad
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 61. Salahkah harapanku?

    Sementara itu, di rumah keluarga Nabil, pagi terasa berat. Bu Aisyah duduk di ruang makan, matanya sembab. Ia belum sepenuhnya ikhlas melepas anak lelakinya. Meskipun ia bangga, tetap saja hati seorang ibu sulit menyembunyikan sedih."Nabil benar-benar berangkat hari ini?" guman Bu Aisyah pada suaminya.H Darman menatap istrinya dengan wajah datar. "Dia keras kepala seperti biasa. Sudah kutanya berapa kali, bahkan aku rela mengucurkan uang berapapun agar dia mengurungkan niatnya dan masuk universitas swasta saja, tetap pilih jadi polisi, karena katanya dia sudah mantap dengan pilihan masa kecilnya itu Dan apa yang terjadi katanya itu hanya jalan yang dipilihkan Allah untuknya.""Tapi dia mencintai Keya, Ba. Dia tak mungkin bisa membawa gadis itu ke rumah, kalau benar Liam menikahi Dania," suara Bu Aisyah lirih, nyaris tak terdengar. Matanya memandang bingkai foto Nabil yang masih tergantung di dinding."Memang siapa yang mau bawa gadis itu ke rumah kita? Apa kata tetangga, kata oran

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 60. Aku titipkan hatiku padamu

    "Titip jaga dia, Keke. Aku pergi dulu." Ucapan dengan panggilan kesayangan untuknya itu menggantung di kepala Keya. Ia berdiri mematung, masih tak percaya dengan kata-kata Nabil. Ia hanya bisa menatapnya saat lelaki itu membuka kaca helm teropongnya, menampakkan senyum manis yang selama ini menggetarkan hatinya. Lalu, Nabil melajukan motornya menjauh, membelah pagi yang masih berembun.Keya masih terpaku di depan rumah, menatap punggung Nabil yang makin mengecil. Ada rasa sesak di dadanya, semacam kehilangan yang tak bisa ditahan. Ia menggenggam ujung tuniknya erat-erat, warna hijau kering yang sengaja ia kenakan hari ini, warna kesukaan Nabil. Ia tak menyadari ada seseorang yang berdiri di belakangnya.Ketika Keya berbalik, tubuhnya menabrak dada Liam yang bersidekap. Pria itu berdiri tegak, dengan wajah tak bersahabat."Sudah selesai acara perpisahannya?" cibir Liam dengan nada tajam. Keya hanya menatapnya sejenak, tak berani menjawab. Ia melangkah masuk ke rumah, menuju kamarnya.

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 59. Punggung yang menjauh

    Pagi itu, Keya keluar dari rumah mengenakan tunik warna hijau kering—warna yang entah kenapa, sejak dulu selalu membuatnya merasa dekat dengan seseorang: Nabil. Tunik itu menggantung longgar, menutupi tubuhnya yang mulai membesar. Ia tak tahu kenapa hari ini ia merasa gugup. Mungkin karena semalam, tidurnya diganggu mimpi yang tak ia mengerti—mimpi tentang perpisahan.Di seberang jalan, di depan warung sawah, Nabil berdiri bersandar pada motornya. Seolah-olah sudah menunggu sejak subuh. Wajahnya mendung, seolah ini adalah perpisahan panjang saat dia harus empat tahun digembleng di AKPOL.Kemeja warna hijau keringnya menyembul di balik jaket kulit hitam favoritnya. Celana jeans gelap membingkai kakinya yang tegap. Tas rangsel hitam yang dikenalnya sejak SMA masih menempel di punggung.Keya mematung. Bahkan sekadar melambaikan tangan pun ia ragu. Ingin bertanya, “Mau ke mana, Nabil?” tapi yang keluar hanya napas yang tak utuh.Agak jauh, Keya melihat Nabil melangkah pelan menghampiri m

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 58. Terlanjur

    "Kak, lepaskan aku! Keya mendorong tubuh Liam hinggah lelaki bertubuh tinggi besar yang tak siap itu hampir membentur almari di belakangnya."Kamu pikir aku buta? Kamu pikir aku enggak lihat gimana kamu mandang dia barusan?" suara Liam parau, nadanya tinggi, tapi tak meledak. Ada luka dalam nadanya.Keya mendongak. "Kak, kita ini cuma... kita nikah karena keadaan. Kamu sendiri memiliki Dania.""Jangan kausebur wanita itu di dekatku lagi. Aku mencintaimu. Aku hanya mencintaimu.""Kak, ini tidak benar. Kamu,.""Kamu pikir aku enggak lihat, ya?""Tadi kamu senyum ke dia. Ke Nabil. Masih juga kamu kayak gitu meskipun udah jadi istri orang?"Keya memalingkan wajahnya. Wajahnya letih, tapi tatapannya tegas. "Jangan mulai lagi, Kak Kita ini cuma nikah karena keadaan. Kamu sendiri yang bilang mau bantu nutupin semuanya. Jadi jangan sok jadi pengatur hidupku."Liam menatap Keya lembut, nadanya tak lagi tinggi. "Aku memang bilang gitu. Tapi waktu berjalan, Key. Aku... berubah."Keya menunduk.

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 57. Pandang aku!

    Keya masih mengisi acara paginya di halaman depan, dengan menyapu halaman yang tak pernah bersih oleh sampah pohon mangga dan jambu air yang berada di depan halaman rumah Liam, terlebih jambu air yang tengah berbuah lebat dan jatuh berserakan karena ada ulatnya.Keya masih melongokkan mukannya ke barat, ke arah warung yang tadi Nabil pamit ke sana. Dengan celana jeans pendek selutut dan berkaos hitam, Nabil nampak mempesona dengan tinggi badan dan bentuk tubuhnya yang proporsional. Dia masih memakai kaos hitam padahal kulitnya juga nggak putih, walau tidak hitam juga. Entah kenapa dia menyukai warna itu, selain warna hijau kering. Keya hafal betul, entah berapa banyak kaos hitam yang dia punya.Lama mereka salin menatap, padahal tadi juga telah ngobrol sekilas soal Nabil yang masih menunggu hasil tes di AKPOL, seolah mereka berusaha mengatakan banyak kerinduan hinggah akhirnya Keya menyadari bahwa itu tak boleh dia lakukan, karena Nabil bukan muhrim bagi dia, demikian yang pernah

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 56. Berdebar

    "Ayo, Surya! Pake sandalmu, Om Nabil udah dateng tuh!" teriak Shanti dari ruang tengah sambil menahan tawa.Anak kecil berkaos hijau dengan celana pendek bermotif dinosaurus berlari-lari kecil dari dalam kamar. Rambutnya masih sedikit basah, mungkin baru saja selesai disisir pakai air. Ia menenteng mainan mobil-mobilan di tangan kanan, sambil tertawa riang."Om Nabil mau ngajak aku jalan ke warung sawah lagi ya?"Nabil yang berdiri di ambang pintu sambil menenteng tas kecil, tersenyum lebar."Iyalah. Tapi kali ini kamu yang traktir ya. Om Nabil lagi bokek."Surya langsung tertawa ngakak."Aku kan belum punya dompet!"Dari arah dapur, Hanafi muncul sambil membawa gelas teh panas."Eh, Nabil... masih betah di kampung? Nggak balik-balik ke asrama lagi?"Nabil mengangguk pelan. Topi hitam yang menutupi rambut cepaknya agak digeser ke belakang."Lagi nunggu hasil tes. Sambil nyantai dulu aja.""Kamu sih, belum jelas diterima apa enggak, sudah keluar duluh dari iTS. Seharusnya kamu beta-bet

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status