Share

Tamu tak diharapkan

Malam ini kuputuskan menginap di rumah Uwak Piah. Aku sedang malas berdebat. Sedangkan jika pulang ke rumah Mamah, sudah dipastikan bendera perang akan berkibar. Ditambah lagi Khalid lebih betah di sini. Di sini dia tak rewel seperti di rumah Mamah.

Hanya ada kami bertiga di rumah Uwak Piah. Uwak Ayi ada undangan mendadak, mengisi pengajian di daerah Cianjur Selatan. Sebelum tidur kami bercerita banyak hal termasuk kondisi Bapak dan sawah yang akan dijual. Uwak Piah sampai geleng-geleng kepala saat kuceritakan Hadi yang enggan menemui Bapak dengan alasan tak enak perut.

“Kang Yusup--Bapak mertuaku--beruntung punya Hasan sama kamu. Setahu Uwak, emang Hadi, Haikal sama Ningrum memang cuek. Teh Aas ... jangan ditanya. Mana mau dia layani Kang Yusup. Uwak Ayi sudah sering nasihatin adiknya itu, tapi cuma masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.“ Uwak Piah mengomentari.

“Padahal sudah renta begini, ya harusnya mengayomi. Istri harus lebih ngertiin suami, jangan lagi nuntut lebih,“ lanjutnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status