"Adam?""Fabian?"Seru keduanya terkejut. Tentu saja mereka sudah saling kenal dan pertemuan yang tanpa sengaja itu membuat keduanya sama-sama terkejut sekaligus bersemangat."Anjir, gue kira lu dah mati." Canda Fabian bersemangat.Adam sempat larut dengan perasaan yang sama, sebelum ia tersadar dengan situasi saat itu. Tentu saja, karena semua mata menatap heran ke arah mereka saat itu.Bagaimana mungkin seorang esksekutif seperti Fabian bisa kenal dengan seorang OB? Apalagi cara mereka menyapa satu sama lain, terlihat begitu akrab.Termasuk Gira yang berdiri di dekat Adam, rahangnya sampai menganga lebar. Bahkan jika dimasukkan dua kepalan tangan akan cukup untuk masuk ke sana.Tidak ingin timbul gosip yang aneh-aneh nantinya, Adam dengan cepat bereaksi, "Hahaha, anda pasti bercanda, pak Fabian."Lalu, diikuti dengan kerlingan mata untuk memberi kode pada Fabian agar mengikuti rencananya, "Pak Fabian, bisa bicara dengan anda sebentar?"Fabian tentu saja mengerti dengan gestur yang d
Nadya sudah berusaha move on dan coba melupakan cinta masa kecilnya dan hanya menjadikannya sebagai bagian dari cerita masa lalu, sesuai sarannya Adam. Bagaimanapun, Nadya tidak ingin menjadi pelakor dan perusak rumah tangga orang lain.Nadya meyakinkan dirinya berulang kali, agar ia tidak baper dengan masa lalunya. Karena itu, ia berencana untuk mengurangi interaksinya dengan Fabian.Hanya saja, rencana hanya tinggal rencana. Karena pada kenyataannya, Nadya justru harus sering berinteraksi dengan Fabian. Karena Fabian merupakan PM langsung Nadya. Sehingga, ia pasti perlu berinteraksi dengannya untuk setiap pekerjaan yang ditanganinya. Belum lagi, saat ini mereka harus mengebut pengerjaan sebuah proyek bangunan salah satu pabrik semen yang ada di Gresik. Perusahaan mereka berhasil memenangkan tender untuk pembangunan pabrik serta perumahan karyawan. Mau tidak mau, Nadya bersama yang lainnya akan lebih sering bertemu dengan Fabian."Aku tidak menyangka, kamu ternyata beneran mengambil
Witing tresno jalaran soko kulino, sepengal kalimat ini tanpa sengaja terbaca oleh Adam dalam sebuah koran yang terletak di atas meja dalam ruangan rawat rumah sakit. 'Cinta hadir karena terbiasa.'Kalimat sederhana itu, cukup untuk menggambarkan bagaimana harusnya usaha Adam untuk mendapatkan cintanya Nadya. Dua hari terakhir ini, ada perubahan yang tampak dari sikap Nadya. Nadya seakan sedang menjaga jarak dengan dirinya.Siapa lagi penyebabnya, jika bukan karena kehadiran Fabian. Atasan Nadya sekaligus juga sahabatnya Adam.Situasi ini begitu rumit.Di satu sisi, Nadya adalah wanita yang ditaksir Adam. Di sisi lain, Fabian adalah sahabatnya. Adam percaya, jika Nadya saat ini sedang larut dengan bayang-bayang cinta masa kecilnya. Hanya saja, hubungan mereka tidak mungkin bisa untuk diteruskan. Bagaimanapun, Fabian adalah seorang pria yang sudah berkeluarga.Adam sudah memperingatkan hal ini pada Nadya sebelumnya. Meski Nadya berkilah, jika hubungan mereka hanyalah sebatas atasan da
"Adam, kamu ke mana aja? Dari tadi dicariin, tau!" Sambut Susan dengan wajah kesal begitu melihat Adam baru saja datang. Sebenarnya, Adam tidak pergi lama, hanya satu jam saja. Tapi sudah terjadi dua hari terakhir secara berturut-turut. "Kenapa?" Tanya Adam bingung melihat sambutan aneh rekan OBnya tersebut. "Malah tanya kenapa? Tadi mbak Nadya nyariin, terus ada mbak Gira dan mbak Ririn juga. Setelah itu, ada beberapa lagi. Tapi ketemunya sama Ayu." Jelas Susan dengan bibir kembang kempis, sambil melepaskan kekesalannya. Masalahnya, semua nama yang ia sebutkan, hanya mencari Adam.Seolah hanya Adam yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Saat Susan menawarkan bantuan, ia malah kena semprot. Kata mereka, yang cuma mengerti kebutuhan mereka, hanya Adam. Bagaimana Susan tidak gondok dibuatnya?Adam menepuk jidatnya.Dia baru ingat, jika jam segini adalah waktu mereka memesan kopi dan sejenisnya. Memang, Adam yang biasanya tahu takaran minuman mereka. Kalau sama OB yang lain, sering kem
"Adam, aku mau minta maaf soal kejadian siang tadi." Telpon Nadya malam harinya.Setelah selesai dengan pekerjaannya pada sore harinya, Nadya baru memikirkannya. Apalagi setelah ia meneriaki Adam siang tadi, Adam tidak lagi kembali ke ruangannya. Setelah merenung beberapa saat lamanya, Nadya merasa bersalah. Bagaimanapun, bukan salah Adam karena tidak berada di tempatnya saat Nadya membutuhkannya. Adam juga butuh refreshing biar tidak stres dengan pekerjaannya. Sama halnya dengan dirinya ataupun karyawan lainnya. Seseorang tidak bisa terus-terusan bekerja tanpa diselingi hiburan. Bagaimanapun, Adam masih seorang manusia, bukan robot.Setelah mengingatnya kembali, Nadya merasa bersalah karena telah membentak Adam siang tadi. Memang bukan maksudnya untuk bicara sekasar itu pada Adam. Hanya saja, ia sedang stres karena tuntutan pekerjaan, membuat Nadya menjadi emosional.Nadya berinisiatif untuk menghubungi Adam karena menyesali tindakannya siang tadi. Ia tidak mau, persahabatannya deng
Saat Fabian sedang makan bersama Nadya dan yang lainnya, mereka tampak cair dan santai. Fabian orangnya supel dan cukup cepat membaur dengan kelompok karyawan wanitanya ini. Hanya saja, saat mereka sedang asik menikmati makanan seperti itu, dari arah pintu kantin, dua orang wanita berpakaian modis masuk dan langsung berjalan ke meja Fabian. Keduanya berdiri tepat di belakang Fabian dengan ekspresi gelap.Fabian duduk memunggungi arah pintu, sehingga tidak menyadari siapa wanita yang sedang berjalan ke tempatnya."Hmn, hmn." Wanita cantik tersebut mendehem sebanyak dua kali dan seketika membuat para karyawan wanita yang semula masih tampak santai menikmati makan dan juga obrolan mereka, langsung terdiam.Mereka menjadi salah tingkah, itu karena ekspresi wanita tersebut begitu dingin. Seperti sedang menahan amarah dan siap untuk meledak setiap saat. Terlebih, mereka sadar jika wanita tersebut merupakan istri dari PM baru mereka.Melihat semua wanita di dekatnya terpaku dan terpana ke
Adam terkejut dengan kehadiran mendadak Nadya. Namun, ia dengan cepat bereaksi dan berkata pada Fabian, "Baiklah, pak Fabian. Nanti akan saya kerjakan dan kalau bapak mau pesan kopi lagi, bisa langsung hubungi bagian pantry."Adam memberi kode Fabian."Ah iya, terimakasih yah, Dam! Hmn, kopi buatan kamu ternyata memang sangat enak." Ujar Fabian dengan cepat menyesuaikan sikapnya.Adam bangkit dari tempat duduknya dan menyapa Nadya, "Pak Fabian tadi meminta kopi dan beliau memberi wejangan untuk karirku di sini.""Hmn, begitu, kah?" Kerutan halus tampak di kening Nadya, menandakan kalau ia meragukan jawaban Adam. Ia merasa tidak salah lihat, kalau sebelumnya Adam terlihat begitu akrab ketika bicara dengan Fabian.Seolah mereka sangat dekat."Iya, Adam ini ternyata orangnya sangat berbakat dan memiliki pengetahuan yang luas. Kalau ia bekerja dengan lebih giat, saya berencana untuk merekomendasikannya di posisi yang lebih baik, sesuai dengan keahliannya." "Tuh, kan, kamu dengar sendiri
Adam terkejut, begitu mendapati Nadya masuk ke dalam ruang kerjanya dalam keadaan berantakan. Ada juga jejak merah bekas tamparan di kedua pipi putihnya. Saat itu, Adam baru saja kembali setelah mengantar pesanan minuman karyawan dan hendak beristirahat sebentar."Nad, kamu kenapa?" Tanya Adam heran. Saat jam makan siang, ia masih melihat kalau Nadya masih baik-baik saja. Lalu, kenapa ia bisa berakhir seperti ini?Saat itu Nadya tidak menjawab, ia sudah menahan tangisnya sedari tadi. Saat bertemu Adam, ia segera berlari membenamkan dirinya dalam pelukan Adam dan menangis di sana, menumpahkan segala kecamuk perasaannya. Adam tercengang dan tidak bisa berbuat apa-apa, Susan dan Ayu yang saat itu juga berada di dalam ruangan, ikut menjadi bingung dengan apa yang sedang mereka lihat. Mereka akhirnya dengan sadar diri, berjalan keluar ruangan secara perlahan untuk memberi privasi pada Adam dan Nadya."Nad?" Panggil Adam lagi dengan lebih lembut. Adam bisa melihat kalau Nadya saat ini se