Home / Romansa / (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN / BAB 07. Pernikahan Dadakan

Share

BAB 07. Pernikahan Dadakan

Author: Sarana
last update Last Updated: 2024-05-07 03:02:00

Natasha merasa ada yang memanggil namanya. Dia berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Sontak, ia terkejut saat melihat sepupunya, Fadhil, berdiri di sana dengan senyuman lembut di wajahnya.

"Kak Fadhil?" ucap Natasha, suaranya penuh kegembiraan. "Kapan Kak Fadhil pulang? Aku tidak tahu kalau Kak Fadhil sudah kembali dari Kairo."

Fadhil tersenyum lembut seraya menjawab, "Kemarin." Ia menghamburkan pandangannya ke sekeliling, mencari teman Natasha yang mungkin ada di sana. Karena setahunya, Natasha jarang sekali menghabiskan waktunya di luar jika tidak ada kepentingan.

"Sedang apa kamu di sini?" tanya Fadhil dengan wajah bingung.

"Aku.." Natasha menggantungkan ucapannya seraya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, saat ia tidak bisa menjawab pertanyaan sepupunya itu. Dia merasa sedikit canggung karena tidak bisa memberikan alasan yang jelas.

Fadhil tersenyum lembut, ia tahu jika Natasha enggan menjawab pertanyaannya. "Kamu masih saja sama seperti dulu," ucapnya dengan penuh pengertian.

Setelah mengatakan itu, Fadhil mengangkat ke atas satu kantong plastik di tangannya, menunjukkan adanya sesuatu yang ingin dia berikan kepada orang tua Natasha. 

"Oh, ya. Aku ingin mengantarkan ini untuk Bibi Asiyah dan Paman Adam. Mereka ada di rumah, kan?" tanya Fadhil kepada Natasha.

Natasha menjawab dengan pasti, "Ya, Kak. Mereka ada di rumah."

"Kalau begitu, kita pergi bersama saja," ajak Fadhil dengan ramah.

Natasha mengangguk setuju, melupakan keberadaan Edgar yang sedang berada di rumah Adam. 

***

Suara ketukan pintu memecah keheningan yang melingkupi ruang tamu. Adam, yang sedang terduduk dalam lamunan, tersentak dan buru-buru beranjak dari posisinya. Ia berharap Natasha, putri tunggalnya, yang datang pulang setelah pergi sejak tadi.

"Natasha, dari mana saja kamu? Apa kamu tidak tahu jika Bapak dan Ibu mengkhawatirkan–," ucap Adam saat membuka pintu, dengan harapan yang datang adalah Natasha. Namun, saat ia melihat Edgar berdiri di depannya, ekspresi wajahnya berubah drastis.

"Selamat sore, Om," sapa Edgar dengan lembut, mencoba menunjukkan sikap sopan meskipun suasana sedang tegang.

Namun, Adam tidak merespon dengan baik. Sejak dia mengira Edgar menghamili Natasha, senyuman di wajahnya menghilang dan digantikan oleh kekhawatiran yang mendalam.

"Siapa dia, Pak?" tanya Asiyah pada Adam, yang muncul di belakang suaminya dengan tatapan tajam.

Namun, sebelum Adam menjawab pertanyaan Asiyah, Edgar sudah menyapa wanita paruh baya itu lebih dulu.

"Halo, Tante. Kenalkan, saya Edgar Pradipta," sapanya dengan suara lembut.

Asiyah merasa ledakan emosi dalam dirinya ketika mendengar nama "Edgar". Tanpa berkata sepatah kata pun, ia bergegas masuk dan segera kembali dengan membawa sapu di tangannya. Wajahnya dipenuhi dengan ekspresi kemarahan yang sulit untuk disembunyikan.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Jadi, kamu orangnya? Pria yang berani menghamili Natasha?!" seru Asiyah, meluapkan emosinya pada setiap pukulan yang ia berikan pada Edgar.

Namun, saat Asiyah hendak memukulkan kembali sapu pada tubuh Edgar, pria tersebut menahannya kuat.

"Kalian salah paham!" ucap Edgar dengan tegas. 

Sontak, Asiyah menjatuhkan sapu di tangannya, lalu menatap ke arah Adam yang ada di sisinya. 

"Masuklah, kita bicara di dalam," titah Adam dengan dingin.

Sebelum melangkah masuk, Edgar menatap tajam ke arah Julian yang baru saja tiba di depan rumah Adam. Namun, Julian merespon dengan mengusap lengan kanan dan kirinya dengan raut wajah memelas, tidak dapat menahan untuk menjatuhkan komentar yang menusuk hati. "Pasti sakit, ya," ejeknya pada sahabatnya itu.

Tampaknya ucapan Julian telah memicu kemarahan dalam diri Edgar. Dengan suara yang penuh kekesalan, Edgar menggerutu, "Sialan!" Jika bukan karena rencananya, Edgar tidak akan pernah mau melibatkan diri dalam situasi yang rumit ini.

Tetapi saat ini, tidak ada jalan lain. Edgar memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam rumah Adam. Dia duduk di salah satu kursi yang tersedia di seberang Adam, diikuti oleh Julian yang setelahnya.

Tanpa basa-basi, Adam langsung menanyakan pertanyaan yang serius, "Katakan yang sebenarnya, apakah kamu telah menghamili Natasha?"

"Tidak," jawab Edgar dengan mantap, sambil menatap Adam dengan tegas.

Adam tidak puas dengan jawaban itu dan terus mencecar Edgar dengan pertanyaan lain, "Lalu, dari mana kamu mengenal Natasha?"

Edgar menjawab dengan tenang, "Aku bertemu dengannya saat sedang melakukan seminar di kampus Natasha. Sejak saat itu, aku mulai tertarik padanya dan ingin menikahinya."

Adam dan Asiyah saling bertukar pandang, tampak masih ragu dengan jawaban Edgar.

"Jika Om dan Tante masih mengira aku menghamili Natasha, kita bisa datangkan dokter kandungan kemari untuk mengeceknya," terang Edgar, berusaha membuat Adam dan Asiyah percaya.

Edgar memandang Julian yang duduk di sampingnya dan berkata, "Hubungi rumah sakit Melati, dan minta dokter obgyn datang ke sini." Julian mengangguk dan akan segera melaksanakan perintah tersebut, namun sebelum dia bergerak, Asiyah buru-buru mengambil sikap.

"Tidak perlu. Kami mempercayaimu," ujar Asiyah dengan cepat, suaranya penuh keyakinan.

Edgar menjulurkan tangannya ke arah Julian. Meskipun tidak mengucapkan sepatah kata pun, Julian langsung memahami apa yang Edgar ingin sampaikan. Julian memberikan sebuah kotak kecil berwarna merah beludru yang berisi cincin berlian pada sahabatnya itu.

Edgar menerima kotak tersebut dan meletakkannya di atas meja, membuat Adam dan Asiyah saling bertukar pandang dengan ekspresi bingung.

Tidak sampai di situ saja. Tiba-tiba, salah satu bodyguard Edgar yang baru saja datang bersama dengan seorang pria berusia setengah baya mengetuk pintu.

"Apa mereka boleh masuk?" tanya Edgar pada sang tuan rumah.

Karena pintu rumah Adam dibiarkan terbuka begitu saja, hingga orang-orang di dalam sana bisa melihat siapa yang datang.

Adam mengangguk dengan ragu, "Silahkan," jawabnya dengan bingung.

Salah satu bodyguard Edgar melangkah dengan mantap masuk ke dalam rumah Adam. Ia ditemani oleh seorang pria setengah baya yang tampak serius. Dengan langkah pasti, bodyguard tersebut meletakkan sebuah koper berisi uang di atas meja. "Saya sudah membawakan penghulu dan uang yang Anda minta, Tuan," ucapnya pada Edgar.

"Kerja bagus!"

Adam, yang sejak tadi bingung dengan kehadiran mereka, menatap Edgar dengan ekspresi campur aduk. "Ada apa ini sebenarnya?" tanyanya dengan nada penasaran.

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Edgar membuka koper di atas meja yang berisi tumpukan uang berwarna merah. "Aku ingin menikahi Natasha sekarang juga. Aku sudah membawa penghulu, dan uang satu milyar ini sebagai maharnya," jawab Edgar.

Sontak, Adam dan Asiyah terkejut saat mendengar ucapan tersebut. Keduanya diam bergeming dengan mata yang saling beradu pandang.

"M-Menikah?!" pekik Natasha. Entah sejak kapan wanita bercadar itu ada di ambang pintu. 

Seketika, Edgar dan yang lainnya menoleh ke asal sumber suara. Namun, saat netra Edgar mendapati seorang pria yang berdiri di sisi Natasha, ia bergumam dengan pelan, "Apa pria itu pacar Natasha? Jika iya, aku harus buru-buru menikahi wanitaku."

"Apa baru saja kamu mengatakan sesuatu?" tanya Adam yang tak sengaja mendengar gumaman Edgar.

Edgar, yang terkejut dengan pertanyaan tersebut, dengan cepat berusaha mencari alasan agar Adam tidak mencurigainya. Ia ingin mengalihkan perhatian pria paruh baya tersebut dari kata yang baru saja ia ucapkan.

"Aku hanya penasaran, siapa lelaki yang berdiri di samping calon istriku, Om."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nur Hikmah
, ... bgt dgn alur ceritanya .........
goodnovel comment avatar
Koryati Karim
bgs tp hrs beli koin, bisa gak dgn nonton iklan utk melanjutka.n membaca
goodnovel comment avatar
Amar Channel
seneng bacanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 148. Menghilang di Jalan

    Edgar menepikan mobilnya di pinggir jalan dengan perasaan putus asa setelah berbicara dengan Barra. Hatinya terasa kosong, dan pikirannya dipenuhi pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Ia meremas kemudi mobil dengan erat, berusaha meredam emosi yang terus bergemuruh di dalam dirinya. "Apakah Natasha benar-benar membenciku?" gumamnya pelan, suaranya nyaris tertelan oleh keheningan mobil. Ia tidak bisa memahami mengapa semuanya berubah begitu cepat. Edgar menutup matanya sejenak, berharap menemukan kedamaian di tengah kekacauan pikirannya. Tapi, justru yang muncul adalah bayangan Natasha—wajahnya yang selalu tenang dan tatapannya yang dalam.Tiba-tiba, suara notifikasi pesan masuk memecah kesunyian. Edgar membuka matanya dan meraih ponselnya dengan lesu, mengira itu hanya pesan dari Julian yang mungkin ingin membahas urusan pekerjaan. Namun, saat melihat nama pengirim di layar, tubuh Edgar menegang. Nama yang tertera di sana bukan Julian, melainkan Barra.Dengan cepat, Edgar membuka pes

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 147. Gugatan Cerai

    Keesokan harinya, Edgar duduk di ruang kerjanya dengan tatapan kosong. Penampilannya jauh dari rapi seperti biasanya– dasi yang seharusnya terikat sempurna kini menggantung longgar di lehernya, dan rambutnya yang sedikit acak-acakan memperlihatkan betapa berantakannya kondisi Edgar. Ia menatap kosong ke arah jendela ruang kerjanya, tapi yang dilihatnya bukanlah pemandangan di luar sana, melainkan kekacauan yang ada di dalam pikirannya sendiri. "Natasha.. Di mana kamu sekarang?" gumamnya pelan, hampir tidak terdengar di tengah keheningan ruangan.Edgar menggenggam kepalanya, jari-jarinya mencengkeram rambutnya yang sudah kusut. Ia tidak pernah merasa sekacau ini sebelumnya. "Kenapa semalam kamu tidak pulang?" Pertanyaan itu terus bergema di kepalanya. Edgar merasa seolah-olah ia telah kehilangan kendali atas hidupnya. "Aku harus menemukannya, harus... tapi di mana harus memulai? Bagaimana jika semuanya sudah terlambat?" Keraguan itu terus menghantuinya, membuatnya semakin tenggelam

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 146. Keputusan Terberat

    Sesaat setelah mobil Edgar berhenti dengan keras di halaman mansionnya, ia keluar dengan tergesa-gesa. Hatinya berdebar kencang, seakan ada sesuatu yang mendesaknya untuk segera menemukan seseorang. Tanpa menunggu lebih lama, ia segera melangkah masuk ke dalam rumah."Natasha!"Nama itu terucap berkali-kali, berputar dalam pikirannya seperti mantra yang terus bergema. Dengan langkah cepat, Edgar menyusuri lorong-lorong yang panjang dan sepi, berharap menemukan istrinya di salah satu sudut rumah yang luas ini. Ketika ia tiba di ruang tamu, Bi Murni, pembantu setianya, muncul dari dapur, mendengar kegaduhan yang tak biasa dari majikannya."Tuan Edgar, ada apa?" tanya Bi Murni, sedikit khawatir melihat raut wajah pria itu yang tampak cemas.“Natasha di mana?” Edgar langsung memotong tanpa basa-basi, pandangannya tajam mencari jawaban dari wajah tua yang telah mengabdi di rumah itu selama bertahun-tahun.Bi Murni mengerutkan kening, sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba.“Sejak

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 145. Tertipu

    "Tidak. Aku tidak ingin meneruskan pernikahan kontrak ini."Barra dan Julian saling pandang, terkejut mendengar jawaban yang tak mereka sangka-sangka. Baru beberapa menit yang lalu Edgar mengatakan jika ia bahagia dengan pernikahannya, namun, kini dia dengan memutuskan untuk mengakhirinya. Barra dan Julian benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Edgar.Edgar melanjutkan, "Aku ingin menjadikan pernikahanku bersama Natasha sebagai pernikahan yang sesungguhnya."Barra hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Dengan alis terangkat dan suara yang sarat dengan ironi, dia berkata, "Hampir saja aku memakimu, Edgar. Aku kira kau sudah kehilangan akal."Namun, alih-alih marah atau tersinggung, Edgar hanya terkekeh pelan, sebuah senyum samar menghiasi wajahnya. Ketenangan itu hanya berlangsung sejenak, sebelum Julian tiba-tiba terpaku, pandangannya terarah pada pintu di sudut ruangan, seolah melihat sesuatu yang tak seharusnya ada di sana.Edgar, yang menangkap perubaha

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 144. Palsu

    "Jika kamu memang benar-benar menyukainya, maka nikahilah Dita."Barra terdiam, matanya bergerak gelisah seolah mencari jawaban yang tepat. Dia menyukai Dita, itu jelas. Namun, setiap kali berpikir tentang pernikahan, bayangan masa kecilnya tentang pertengkaran tanpa henti orang tuanya menghantui pikirannya. Trauma itu masih begitu nyata, membuatnya ragu untuk melangkah lebih jauh."Edgar, ini tidak semudah yang kamu pikirkan," Barra akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar goyah. "Aku... aku takut. Pernikahan bukan sekadar soal cinta. Aku melihat bagaimana orang tuaku berakhir, dan aku tidak ingin mengalami hal yang sama."Edgar mengangguk, memahami perasaan sahabatnya. "Aku mengerti ketakutanmu, Barra," Edgar menekankan, suaranya lebih lembut tapi tetap tegas. "Tapi kamu harus ingat, jika kamu tidak menikahi Dita, mungkin suatu hari nanti dia akan berubah pikiran dan menerima perjodohan yang diatur orang tuanya dengan pria lain."Barra menelan salivanya, perasaan tidak nyaman mul

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 143. Melawan Trauma

    Natasha mendadak terdiam, mengalihkan pandangannya sejenak dari perbincangan yang sedang berlangsung. Barra dan Julian, yang sedari tadi saling melirik, bisa merasakan ada sesuatu yang mengganggu pikiran Natasha. Edgar, yang duduk di sebelah Natasha, menangkap kegelisahan itu. Dengan lembut, ia meraih tangan Natasha dan mengusapnya, mencoba menenangkan istrinya yang terlihat mulai resah. "Sayang..." panggil Edgar dengan suara rendah, penuh perhatian.Natasha tersadar dari lamunannya dan menatap Edgar, lalu beralih pada Barra dan Julian yang masih memandanginya dengan penuh tanya. Senyum tipis terukir di balik cadarnya, meskipun matanya masih menyiratkan kekhawatiran. "Aku akan cari minum untuk kalian dulu," ucapnya tiba-tiba.Namun, sebelum Natasha sempat bangkit dari tempat duduknya, tangan Edgar sudah menahan lengannya. "Duduklah," katanya. "Biar aku minta mereka yang membelinya."Edgar melirik ke arah beberapa bodyguard yang tengah berjaga di sudut ruangan. Sinyal singkat dari Edg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status