Share

BAB 9

Author: awaaasky
last update Last Updated: 2025-06-08 16:46:03

Langkah kaki Riven terasa berat saat menyusuri jalan setapak yang terbuka dari altar. Udara di sekitarnya dingin menusuk, dan kabut mulai turun dari pepohonan yang seperti mencibir kepergiannya. Buku tua itu kini berada di genggamannya. Tapi tidak ada rasa bangga. Tidak ada rasa lega.

Hanya… kekosongan.

Dan rasa bersalah yang menghantui setiap detik.

Celine telah mengorbankan dirinya. Dia memilih menjadi penjaga gerbang itu. Menjadi kunci terakhir agar buku itu bisa dibuka sepenuhnya. Tapi untuk apa? Untuk pengetahuan? Untuk kebenaran?

Riven menunduk. Dalam pikirannya hanya ada satu suara.

“Lo harus bawa buku ini keluar, Riv.”

Suara Celine.

Tapi sekarang dunia rasanya terlalu hening tanpa celetukan sarkas-nya, tanpa tatapannya yang kuat walau penuh ketakutan. Dia satu-satunya yang percaya sama Riven sejak awal. Dan sekarang dia sudah gak ada…

Riven berhenti di tepi jurang. Di bawah sana, hutan tampak seperti lukisan hitam yang terus bergerak. Di balik kabut, tampak rumah lamanya—tempa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BUKU TERLARANG   BAB 11

    hujan turun deras malam itu. riven duduk di pojok kamarnya, tubuhnya gemetar setelah apa yang terjadi di depan cermin.pantulan dirinya itu… bukan ilusi. bukan mimpi. itu nyata.dia mencoba tidur, tapi suara-suara dalam kepalanya tak memberi ampun. akir tertawa, pantulan di cermin terus berbicara, dan detak jam terasa seperti suara langkah seseorang yang makin mendekat.hingga akhirnya…BRUKK!suara keras dari arah jendela membuat riven tersentak. dia berdiri cepat dan mengambil tongkat bisbol yang selalu disimpan di bawah meja.perlahan, dia mendekati jendela… membuka sedikit tirai.dan di luar sana, ada seseorang berdiri di tengah hujan.rambut panjangnya menempel basah di wajahnya. topi lebar menutupi matanya. dia tak bergerak sedikit pun meski petir menyambar tak jauh dari sana.riven membuka jendela. “lo siapa?”“namaku kaela.” suaranya datar, nyaris tanpa emosi.“ngapain lo di sana? tengah malam ujan-ujanan?”“karena akhirnya… kamu membuka buku itu.”riven membeku.kaela melangk

  • BUKU TERLARANG   BAB 10

    Langkah kaki Riven menginjak tanah basah yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Di sekelilingnya hanya kabut dan pohon-pohon tinggi tak bernyawa. Tapi hati kecilnya tahu—dia sedang berada di dalam "antara", tempat yang berada di batas antara realitas dan kegelapan."Kalau ini semacam... dunia lain, kenapa gue ngerasa kayak pernah ke sini?" bisiknya.Tiba-tiba, muncul suara gemerisik dari balik pepohonan. Riven reflek membuat lingkaran pelindung dengan simbol yang kini terpatri di tangannya. Bayangan berkelebat.Namun saat sosok itu muncul dari balik kabut, Riven mengerutkan alis.Bukan monster. Tapi… seorang pria tua.Berjubah abu-abu, rambutnya panjang beruban, sorot matanya tajam seperti menembus jiwa. Tapi wajahnya… asing, dan anehnya terasa familiar.“Riven Akaran,” ucap pria itu. Suaranya berat, tapi berwibawa.“Lo siapa?” tanya Riven, waspada.“Aku adalah bagian dari sejarah keluargamu. Leluhurmu yang dulu pernah menyegel buku itu.”Deg. Jantung Riven berdetak cepat.“Gak mungk

  • BUKU TERLARANG   BAB 9

    Langkah kaki Riven terasa berat saat menyusuri jalan setapak yang terbuka dari altar. Udara di sekitarnya dingin menusuk, dan kabut mulai turun dari pepohonan yang seperti mencibir kepergiannya. Buku tua itu kini berada di genggamannya. Tapi tidak ada rasa bangga. Tidak ada rasa lega.Hanya… kekosongan.Dan rasa bersalah yang menghantui setiap detik.Celine telah mengorbankan dirinya. Dia memilih menjadi penjaga gerbang itu. Menjadi kunci terakhir agar buku itu bisa dibuka sepenuhnya. Tapi untuk apa? Untuk pengetahuan? Untuk kebenaran?Riven menunduk. Dalam pikirannya hanya ada satu suara.“Lo harus bawa buku ini keluar, Riv.”Suara Celine.Tapi sekarang dunia rasanya terlalu hening tanpa celetukan sarkas-nya, tanpa tatapannya yang kuat walau penuh ketakutan. Dia satu-satunya yang percaya sama Riven sejak awal. Dan sekarang dia sudah gak ada…Riven berhenti di tepi jurang. Di bawah sana, hutan tampak seperti lukisan hitam yang terus bergerak. Di balik kabut, tampak rumah lamanya—tempa

  • BUKU TERLARANG   BAB 8

    Riven menatap jam tua di atas perapian. Jarumnya tidak bergerak. Seolah waktu pun terperangkap bersama mereka. Sudah berapa lama Celine pergi? Lima menit? Sepuluh? Atau sudah lebih dari satu jam?Ia tidak tahu.Yang pasti, hatinya semakin sesak. Ada rasa tak enak, seperti napas yang tertahan terlalu lama.Tiba-tiba... suara pelan terdengar dari arah jendela.Suara… tawa?Riven berdiri. Langkahnya pelan. Ia mendekati jendela dengan hati-hati, lalu mengintip keluar.Tidak ada siapa pun.Tapi saat ia menoleh kembali ke dalam ruangan—semuanya berubah.Perapian padam. Jendela tertutup rapat dengan kayu disilang. Dinding yang tadinya polos, kini penuh dengan cermin—besar, kecil, retak, utuh, menggantung di seluruh sisi.Dan di dalam setiap cermin... bukan pantulan dirinya.Tapi pantulan Riven yang berbeda.Ada yang menangis. Ada yang tertawa seperti orang gila. Ada yang berdarah. Ada yang... tidak punya mata.Dia tersentak mundur. Kepalanya pening. Matanya menatap satu cermin paling besar d

  • BUKU TERLARANG   BAB 7

    Riven menatap kunci di tangannya. Rasanya dingin, seperti es batu yang tak pernah mencair. Tapi yang lebih mengganggunya bukan rasa dingin itu—melainkan suara bisikan yang masih terngiang jelas di dalam kepalanya."Sekarang, kalian sudah terikat dengan labirin ini."Celine berdiri di sampingnya, wajahnya pucat pasi. "Apa yang barusan lo ambil, Riv?"Riven membuka telapak tangannya perlahan, menunjukkan kunci logam hitam dengan ukiran rumit berbentuk seperti mata. Di tengahnya, ada simbol aneh yang berdenyut samar dengan cahaya merah."Gue rasa ini... kunci buat keluar dari sini," jawab Riven, suaranya terdengar ragu. "Tapi gue juga ngerasa kayak... kita makin terjebak."Celine menatap kunci itu dengan ngeri. "Gue nggak suka bentuknya. Lo ngerasa kayak... kita udah dibawa lebih dalam ke permainan mereka?""Banget," desis Riven.Tiba-tiba, suara langkah berat kembali terdengar di luar ruangan. Bayangan-bayangan dari makhluk-makhluk itu merayap ke dalam dari segala sudut."Riv, kita haru

  • BUKU TERLARANG   BAB 6 - PINTU MENUJU KEGELAPAN

    Kilatan cahaya yang muncul dari buku itu begitu menyilaukan hingga Riven harus memejamkan mata. Suara-suara jeritan dari dalam buku menggema di seluruh perpustakaan, membuat udara terasa berat dan menekan.Celine berteriak di sampingnya, "Riven! Tutup bukunya!"Tapi sebelum dia bisa melakukan apa pun, sesuatu menarik tubuhnya ke dalam cahaya itu.Seketika, dunia di sekelilingnya berubah.Saat Riven membuka mata, dia tidak lagi berada di perpustakaan.Udara di sekelilingnya dingin dan lembap. Langit di atasnya berwarna merah gelap, tanpa matahari, tanpa bulan. Di kejauhan, bangunan-bangunan kuno menjulang tinggi, seperti reruntuhan peradaban yang telah lama ditinggalkan.Dia menoleh ke samping. Celine ada di sana, terjatuh di tanah dengan wajah pucat."Celine! Lo nggak apa-apa?"Celine mengerang pelan sebelum membuka matanya. "Dimana kita?"Riven menggeleng. "Gue nggak tahu… Tapi ini jelas bukan perpustakaan."Celine duduk dan memandang sekeliling. "Jangan bilang kita masuk ke dalam bu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status