"Duduk di sofa!" perintahnya lagi.
Ternyata ini masih belum berakhir. Aku duduk di sofa seperti perintahnya. Lingga berjalan menghampiriku tidak berbicara apapun, menarik kuncir rambutku hingga terlepas dan langsung mendorongku hingga berbaring di sofa. Tangannya dengan cepat membuka kancing dressku yang berada di depan hingga memperlihatkan bagian atas gundukan indah yang ada disana.
"Apa seperti ini akan membuatmu sakit? " ucapnya kemudian mencium dan menggigit gundukan itu.
"Pak, jangan!" tangisku pecah seketika.
Tanganku berusaha mendorongnya tapi tidak bisa.
"Jangan berusaha melawan, itu akan sia-sia!"
Lingga menahan tubuhku dan terus menghisap dan sesekali menggigit kedua aset indahku itu hingga menghasilkan beberapa tanda merah.
"Jika aku menambah seperti ini, apakah disini akan lebih sakit? " ucapnya lagi sambil menunjuk dadaku. Kemudian tangannya masuk di dalam dress, meraba pahaku perlahan dan semakin lama semakin ke atas.
Memang benar tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan manusia paling sempurna seperti Lingga ternyata juga memiliki hal seperti ini. Tidak terduga, selama ini dia dikenal begitu tersohornya akan ketampanan, kewibawaan, kecerdasan dan kekayaan ditambah dengan perbuatan baiknya yang selalu membantu orang lain, siapa sangka dia memiliki penyakit ini. Baru pertama ini aku melihat ada pasien gangguan kepribadian tapi melakukan hal baik seperti ini. Lingga itu manusia seperti apa? Pikiranku terbang semalaman hingga tidak terasa aku sudah tertidur lagi.Setelah siang hari.Perasaan buruk apa ini? Kenapa aku merasa tidak nyaman. Sesuatu yang gelap seolah terus melihatku. Hmmhh.. aku jadi merinding. Mulai aku membuka mata pelan - pelan."Astaga setan ganteng dari mana? " ucapku spontan saat melihat Lingga berbaring di sampingku.Untung saja Lingga tidak marah mendengar apa ya
Sudah aku siapkan makanan dan minuman di meja rapat. Setelah itu aku berdiri di dekat Lingga tanpa menghalangi layar proyektor. Membawa kertas - kertas berisi kajian yang akan di bahas dalam rapat.Lingga memulai dengan bentuk vila yang akan di bangun. Setelah selesai dengan vila aku merubah gambar menjadi restaurant dan seterusnya begitu hingga selesai.Pak Hendry sepertinya mengerti apa yang Lingga mau, kulihat dia sesekali mencoret - coret kertas dan sesekali bertanya."Bagaimana Pak? Apa ada yang perlu di koreksi dari arsitektur yang saya siapkan?" tanya Lingga."Tidak ada Pak Lingga, ini sungguh bagus, bagus vilanya di bangun seperti itu, tapi memang akan rumit membangun pusat listrik tenang air, untuk membangun itu akan sangat menghabiskan banyak biaya," jawab Pak Hendry."Kita sudah siap dengan biayanya, atur saja bangunanya selesai cepat dan kokoh, dan utamakan keselamatan pengunjung dan nanti siapkan alat save
Satu minggu kemudian. Peletakan batu pertama untuk pembangunan real estate akan di lakukan, jadi aku dan Lingga akan ke lembah untuk melakukan peletakan batu pertana. Kali ini Pak Pram ikut bersama kami, karena Pak Pram adalah orang kedua di KARTANEGARA GROUP sekaligus kerabat dekat Lingga jadi ia dan Lingga menjadi simbol dari keluarga Kertanagara dalam pembangunan real estate tersebut.Tin.. Tin.. Klakson mobil Lingga sudah berbunyi memanggil - manggilku untuk segera keluar dari rumah. Karena sebelumnya aku sudah pernah kesana dan tahu bahwa udara disana dingin, kunjungan kali ini aku memakai baju yang sedikit hangat. Celana kain berwarna hitam dengan blazer berwarna putih, kubiarkan rambutku tergerai agar udara dingin tidak langsung mengenai tengkuk leherku."Pagi Pak Lingga, Pagi Pak Pram!" sapaku semangat sambil membawa sekotak bekal yang sudah aku siapkan sebelumnya.Udara disana dingin, tidak ada makan di lembah kare
"Apa itu tadi ya? " pikir Azalea sembari berbaring di atas kasurnya yang empuk dan putih."Isshhh.. apa sebegitu sukanya aku sama Lingga, sampai - sampai muncul imajinasi aneh gitu di kepalaku, hahhh aku memang gila, suka pada orang yang begitu di luar jangkauan saja sudah gila apalagi ini ditambah suka pada orang yang memiliki gangguan kepribadian, apa coba yang aku pikirkan? Azaleaaaaa.. kenapa bisa? Kamu gila kamu gila!" gerutu Azalea pada dirinya sendiri."Sudahlah, sekarang tidur, besok kembali bekerja, perjalanan ke luar kota tadi sungguh melelahkan, belum lagi perubahan udara dari dingin ke panas, rasanya tubuhku pegal - pegal sampai ke tulang," gerutu Azalea sebelum akhirnya memejamkan matanya hingga terlelap.Di tempat lain, Lingga juga sedang memikirkan Azalea."Come on Lingga cepat tidur, besok akan ketemu Azalea lagi!" dalam pikiran Lingga."Haahhh.. kenapa setiap hari aku selalu ingin semakin dekat dengan Azalea? Lingga kam
Hari ini sangat tenang, tidak ada hal yang membuat jantungku berdetak kencang atau pun ketakutan. Sekarang sudah siang dan Lingga masih juga sibuk dengan pekerjaannya. Tidak berbicara denganku tidak pula melihatku."Pak, ini referensi vila yang Pak Lingga minta," ucapku pada Lingga."Oh ya taruh situ saja!" jawabnya singkat tanpa melihatku."Hmm.. Pak, ini sudah saatnya jam makan siang!" ingatku padanya."Ohh yaa??" jawabnya sambil melihat jam tangannya."Hmm.. aku akan pergi makan siang dengan Paman Pram, kamu bisa istirahat juga sampai aku kembali!" sambungnya kemudian pergi tanpa melihatku.Aku menatapnya aneh, ada apa dengan Lingga hari ini? Ada apa denganku hari ini? Aku berpikir seolah menunggu kapan Lingga menyentuhku. Haaisss.. bukan seperti itu, maksudnya tidak biasanya dia seperti ini. Apa aku melakukan kesalahan? Jika benar begitu pasti saat ini Lingga sudah menyiksaku, bukan membiarkanku tenang seperti ini.
Pagi yang cerah, hari ini Azalea sangat semangat karena istirahat yang cukup banyak."Iyaakkk.. ahh.. enak sekali, tidur yang cukup memang menyegarkan badan!" ucap Azalea sambil melenturkan tubuhnya yang kaku karena tidur semalaman."Sepertinya hari ini akan lebih santai, proyek berjalan lancar, tidak banyak yang harus di cek oleh Lingga, semua yang berhubungan dengannya selalu lancar, sangat mendapat restu Ilahi sekali dia," ucapku berbicara sendiri."Sudahlah yukk.. mandi, mumpung masih pagi!" lalu Azalea pun bergegas untuk mandi.Beberapa saat kemudian. Masih memakai handuk kimono, Azalea mulai mempersiapkan diri untuk berangkat ke kantor. Di awali dengan mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, setelah itu Azalea mengganti bajunya. Dress berwarna peach yellow dengan model bahu yang terbuka menjadi pilihan bajunya hari ini. Setelah selesai mengganti baju, Azalea kembali duduk di depan meja riasnya."Coba make up sedikit lah mumpung masih pagi!"
"Proyek real estatenya berjalan lancar," info Pak Pram sambil duduk di sofa."Dan.., " Pak Pram menghentikan ucapannya."Dan apa Paman? " tanya Lingga."Raden Bisma Kartanagara akan kembali!"Lingga terkejut mendengar ucapan Pak Pram. Siapa Raden Bisma itu? Apakah salah satu keluarga mereka. Kenapa mereka mengatakan nama itu seolah sebuah petaka?"Oh yaa.. kapan? " tanya Lingga."Beberapa bulan ke depan," jawab Pak Pram."Baiklah, berarti kita harus segera selesaikan proyek real estate ini!" ucap Lingga yang awalnya tegang sekarang mulai tersenyum."Azalea telpon Pak Hendry untuk segera menyelesaikan proyek ini!" perintah Lingga kepadaku yang langsung aku kerjakan.Lingga dan Pak Pram saling bertatapan tapi tidak berbicara apapun. Seolah ada hal besar yang mereka pikirkan, siapa Raden Bisma itu? Baru kali ini aku melihat wajah Lingga dan Pak Pram tegang seperti itu."Sudah saya sampaikan pada Pak Hendr
atu minggu kemudian.Tinn!! Tinn!!Suara klakson mobil Lingga di pagi hari. Membuatku berlari gugup untuk segera menemuinya."Iyyyaaa.. sebentarrrr..!! " teriakku dari dalam."Pagi semuanya hah hah," aku masih mengatur nafasku setelah terburu - buru untuk keluar rumah."Saya siapkan makanan lagi!" sapaku sambil menunjukkan kotak bekal sama seperti sebelumnya."Terima kasih Azalea," ucap Pak Pram dengan senyum khasnya yang berkharisma."Sudah ayo cepat masuk!" sahut Lingga."Baikkk! " sahutku lalu segera masuk ke dalam mobil.Dua jam kemudian. "Hahhh.., " aku merentangkan tangan saat keluar dari mobil.Tempat ini begitu indah. Hanya saja sebagian tempat sudah mulai terdapat bangunan - bangunan bagian dari real estate yang baru setengah jadi. Walaupun baru beberapa kali kesini, rasanya tempat ini sudah tidak asing. Udara yang dingin dan segar serasa membuatku lebih hidup.