"Bagaimana kabarnya Pak? " tanya Lingga lembut sambil menggiring Pak Ageng untuk duduk di sebuah kursi yang terbuat dari bambu. Kursi itu tidak terlihat bagus, orang membuatnya sembarangan, mungkin hanya untuk duduk sementara.
"Baik Pak Lingga," jawab laki - laki paruh baya tersebut.
"Bagaimana kabar Ibu Pak? " tanya Lingga lagi sambil terus tersenyum dan memegang tangan Pak Ageng. Aku terheran melihat Lingga yang ini. Sungguh seperti sosok yang berbeda.
"Ibu kabarnya juga baik Pak, monggo mampir kerumah untuk melihat Ibu!" jawab laki - laki itu dengan santun juga.
"Lain kali aja ya Pak, saya masih harus bertemu orang setelah ini," jawab Lingga.
"Lain kali mampir ya Pak, Ibu juga tanya Pak Lingga ko lama tidak kerumah?" ucap laki - laki itu yang berarti Lingga sudah pernah kerumahnya.
"Iya, saya pasti kesana!" sahutnya.
"Ini saya ada sedikit rezeki buat Pak Ageng sama Ibu, semoga bermanfaat yaa," ucap Lingga sambil memberi sebua
"Karena kamu adalah anjingku dan aku ini Tuan yang baik, jadi aku memperlakukanmu dengan baik juga!" jawabnya terakhir.Hatiku sedikit sakit dan sesak mendengarnya. Rasa sakit yang berbeda dari saat pertama Lingga menyentuhku atau saat aku terpaksa harus menandatangani kontrak hidupku itu. Isi kontrak itu adalah melakukan apa pun yang Lingga inginkan. Saat dia ingin menyentuhku, saat dia ingin berbuat baik padaku, apa pun keinginan dia terhadapku, aku harus siap. Itu lah pekerjaanku, dan hakku adalah tidak berharap lebih apa pun atas itu.Kurasakan tangan Lingga yang sudah mulai dingin. Wajahku juga sudah terasa kaku. Pemandangan ini dan kenyataan hidupku membuatku lupa akan waktu. Lingga membalik tubuhku, memegang kedua wajahku dengan tangannya seperti biasanya. Selanjutnya adalah hal yang sudah berulang kali dia lakukan.Ya, dia mencium dan melumat bibirku dengan lembut di awal dan semakin kuat hingga akhir. Tangan dinginnya yang menyentuh wajahku terasa
Lingga melihatiku yang saat ini sedang melihatinya juga."Azalea cepat mandi, kotor sekali, minyak di wajahmu itu sudah satu liter!" hinanya.Manusia ini kenapa cepat sekali berubah, kadang seperti ini kadang seperti itu. Ingin sekali rasanya aku berubah menjadi Pak Ageng agar tidak mendapat cacian lagi darinya. Untung saja dia ganteng, gak ganteng udah kugetok pake sapu aja tuh mulut."Yasudah minggir, minyak satu liter mau lewat!" balasku sambil melihatinya sinis."Awas aja nanti!" sambungku berbicara.Maksud dari ucapanku adalah awas nanti kalau sudah mandi pegang - pegang. Mulut ko jahat banget. Tapi aku gak melanjutkan kalimatnya. Aku tidak ingin memprovokasi dia. Biarlah malam ini tubuh ini bermanja - manja dengan kasur yang empuk.Ini kota dengan udara yang dingin. Berada di kamar mandi, membiarkan tubuh ini di guyur oleh siraman air hangat dari shower membuat rasa lelah di sekujur tubuhku mengelupas perlahan.Sungguh segar sek
Aku tidak menyangka bahwa Lingga benar - benar mengikuti keinginanku. Sesaat tadi kupikir aku akan kehilangan segalanya malam ini. Aku terus melihat wajahnya yang sekarang menjadi sayu. Lingga menyadari bahwa aku melihatnya tapi dia tidak melihat ke arahku. Entah apa yang dia pikirkan sekarang.Tiba - tiba saja Lingga menghampiriku dan memelukku dari belakang. Sekarang posisi kita adalah aku menghadap depan melihat langit sedangkan Lingga memelukku dari belakang. Menempelkan dagunya di atas kepalaku."Apakah sangat sakit? " tanyanya yang belum aku mengerti sepenuhnya."Di hatimu apakah itu sangat sakit? Karena yang aku lakukan tadi," sambungnya.Aku terheran. Sudah berapa kali dia seperti ini. Ada apa gerangan dengan laki - laki ini."Sakit itu seperti apa? " tanyanya lagi semakin membuatku terheran. Laki - laki ini apakah benar - benar tidak tahu."Sakit itu ya sakit, seperti terluka karena jatuh tapi itu lebih sakit, sakitnya d
"Oh yaa.. Azalea, telfon Pak Hendry katakan padanya bahwa di lembah ada aliran sungai yang cukup deras, bangun air terjun buatan disana dan buat pusat listrik tenaga air, kita buat sendiri listriknya jadi kita tidak harus memakai listrik negara untuk real estate kita, karena kebutuhan listrik untuk real estate begitu besar dan sangat tidak efisien memasang kabel dan tiang listrik di jalan sepanjang itu!" perintah Lingga kepadaku."Baik Pak!" jawabku lalu segera aku menelepon Pak Hendry untuk menjelaskan apa yang Lingga katakan barusan."Azalea bekerja dengan baik ya, " puji Pak Pram."Ya begitulah Paman, lembah yang kita beli tempatnya begitu indah, aku sangat tenang berada disana, tapi wajah Azalea merusak pemandangannya, sungguh -sungguh membuat ketenanganku hilang, untung saja aku tidak menendangnya ke lembah!" sahut Lingga.Ada apa gerangan dengan manusia ini. Sekarang aku tidak harus melakukan kesalahan untuk dia mencaciku lagi. Beda disana bed
Azalea berbaring di kasur putihnya yang empuk. Memakai kaos dan celana pendek. Di rambutnya terpasang bando besar untuk menghalangi rambut mengenai wajahnya."Kenapa aku terus memikirkan Lingga?" gumamnya sendirian di dalam kamar.Kenapa dia begitu, kadang begitu baik kadang begitu jahat. Kenapa harus bersikap baik. Kenapa tidak jahat terus saja biar aku gak seperti ini. Benciku jadi nanggung - nanggung. Sukaku juga gak bisa seluruhnya. Dia menyentuhku tapi tidak berbuat yang lebih intim. Tadi malam dia juga berhenti saat aku memohon untuk berhenti. Tapi kenapa juga dia mengikatku dengan kontrak itu.Yaahhh... tentang mimpi mencuri ciuman, aku harus menyelidikinya, tapi mulai besok hari akan sangat sibuk karena proyek real estate. Biarlah, malam ini aku ingin tidur saja. Terlalu pusing memikirkan itu semua. Di rumah tubuhku ini milikku, di kantor tubuh ini milik Lingga.Kringg.. Kring.. Kring..Pagi telah tiba, saatnya memulai aktifitas. Azalea seger
"Duduk di sofa!" perintahnya lagi.Ternyata ini masih belum berakhir. Aku duduk di sofa seperti perintahnya. Lingga berjalan menghampiriku tidak berbicara apapun, menarik kuncir rambutku hingga terlepas dan langsung mendorongku hingga berbaring di sofa. Tangannya dengan cepat membuka kancing dressku yang berada di depan hingga memperlihatkan bagian atas gundukan indah yang ada disana."Apa seperti ini akan membuatmu sakit? " ucapnya kemudian mencium dan menggigit gundukan itu."Pak, jangan!" tangisku pecah seketika.Tanganku berusaha mendorongnya tapi tidak bisa."Jangan berusaha melawan, itu akan sia-sia!"Lingga menahan tubuhku dan terus menghisap dan sesekali menggigit kedua aset indahku itu hingga menghasilkan beberapa tanda merah."Jika aku menambah seperti ini, apakah disini akan lebih sakit? " ucapnya lagi sambil menunjuk dadaku. Kemudian tangannya masuk di dalam dress, meraba pahaku perlahan dan semakin lama semakin ke atas.
Memang benar tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan manusia paling sempurna seperti Lingga ternyata juga memiliki hal seperti ini. Tidak terduga, selama ini dia dikenal begitu tersohornya akan ketampanan, kewibawaan, kecerdasan dan kekayaan ditambah dengan perbuatan baiknya yang selalu membantu orang lain, siapa sangka dia memiliki penyakit ini. Baru pertama ini aku melihat ada pasien gangguan kepribadian tapi melakukan hal baik seperti ini. Lingga itu manusia seperti apa? Pikiranku terbang semalaman hingga tidak terasa aku sudah tertidur lagi.Setelah siang hari.Perasaan buruk apa ini? Kenapa aku merasa tidak nyaman. Sesuatu yang gelap seolah terus melihatku. Hmmhh.. aku jadi merinding. Mulai aku membuka mata pelan - pelan."Astaga setan ganteng dari mana? " ucapku spontan saat melihat Lingga berbaring di sampingku.Untung saja Lingga tidak marah mendengar apa ya
Sudah aku siapkan makanan dan minuman di meja rapat. Setelah itu aku berdiri di dekat Lingga tanpa menghalangi layar proyektor. Membawa kertas - kertas berisi kajian yang akan di bahas dalam rapat.Lingga memulai dengan bentuk vila yang akan di bangun. Setelah selesai dengan vila aku merubah gambar menjadi restaurant dan seterusnya begitu hingga selesai.Pak Hendry sepertinya mengerti apa yang Lingga mau, kulihat dia sesekali mencoret - coret kertas dan sesekali bertanya."Bagaimana Pak? Apa ada yang perlu di koreksi dari arsitektur yang saya siapkan?" tanya Lingga."Tidak ada Pak Lingga, ini sungguh bagus, bagus vilanya di bangun seperti itu, tapi memang akan rumit membangun pusat listrik tenang air, untuk membangun itu akan sangat menghabiskan banyak biaya," jawab Pak Hendry."Kita sudah siap dengan biayanya, atur saja bangunanya selesai cepat dan kokoh, dan utamakan keselamatan pengunjung dan nanti siapkan alat save