Home / Romansa / Bad Boy Vs Playgirl / 03. Rahasia Malam Itu

Share

03. Rahasia Malam Itu

Author: Alara1004
last update Last Updated: 2022-05-07 18:42:05

~Dari awal kita memiliki rahasia masing-masing~

....

Lynelle melangkah pelan memasuki kamarnya, membuka pintu sepelan mungkin hingga menimbulkan derik nyaring.

"Kau sudah pulang? Ini baru jam sepuluh!" seru sang adik, Livy.

Lynelle berbalik sesaat. "Kau sendiri tidak sekolah?" tanyanya terkejut mendapati sang adik dengan segelas susu ditangannya.

"Aku sakit." balasnya acuh lalu meloncat keatas sofa, kembali melanjutkan tayangan spongebob-nya.

Lynelle menggeleng pelan lalu benar-benar masuk kedalam kamarnya. Membaringkan tubuhnya diatas ranjang seraya memandangi langit-langit kamarnya yang bewarna biru. Tanpa sadar tangannya terangkat menggambar pola-pola abstrak diatas angin.

"Huhh." ia menghela nafasnya kasar. Pikirannya sangat kacau sekarang, terganggu dengan hal-hal yang terjadi semalam.

Tidak ingin terlalu larut Lynelle pun bangkit, melepaskan pakaiannya dan masuk kedalam bathroom. Mencoba merilekskan diri sesaat, menutup matanya dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

...

"Ashton, apa kau akan ikut malam ini? Nola kembali menantang kita." Alex menatap Ashton, menunggu tanggapan lelaki itu.

"Tentu saja." sahutnya cepat.

"Baiklah, sebentar malam kita akan berkumpul di jalan xxxx, pastikan kau tak terlambat."

Ashton mengacungkan jempolnya bertanda ia mengerti. Saat ini mereka sedang berada di kafetaria kampus, menyantap makan siang mereka.

Rose yang  disaat bersamaan berada di kafetaria tersebut, terus mengamati Ashton.

"Hei, apa yang kau lihat?" tanya Britney seraya duduk dihadapannya.

"Ssst.. Aku sedang mengamati Ashton." balasnya tanpa mengalihkan perhatiannya.

"ASH-ton?" Pekik Britney tertahan.

"Ssst.. shut up."

"Ohh maaf, tapi mengapa?" tanya Britney lagi yang kali ini ikut mengamati Ashton dan dalam diam mengagumi lelaki itu.

"Aku penasaran, apa masalahnya dan Lynelle. Kau tahu? Pagi tadi mereka membuat keributan di fakultas teknik." jelas Rose.

"Benarkah? Lynelle melawan Ashton?" kejut Britney tak percaya.

Rose mengangguk yakin "Ya, kau tak dengar? Apa sekarang kau ketinggalan gosip?" cibir Rose seraya menyeruput caffelatte-nya.

Britney menendang kecil kaki Rose "Aku hanya ketinggalan sebentar. Lagi pula aku yakin Ashton akan menang." ujarnya mantap.

Rose terkekeh kecil lalu menyeringai samar "Kau sahabatnya Lynelle dan saat ini kau mendukung Ashton? Woahh apa ini yang namanya penghianatan?'" candanya mengerling.

Britney mengedikan bahunya "Kau juga sama, berhentilah membual. Kau juga mendukung Ashton bukan?"

Rose mengangguk pelan "Tentu saja, dilihat dari fisik. Lagian pula Lynelle wanita. Seperti yang kita semua tahu Ashton tidak pernah memandang gender jika ada yang mengusiknya, ia tidak akan segan membuat pengusiknya terluka."

Obrolan mereka terus berlanjut tanpa mereka sadari mereka juga sedang diamati.

"Hei Ashton, kau mengenal mereka? sedari tadi mereka terus menatap kita."

Ashton mengalihkan pandangannya menatap kearah tempat yang ditunjuk Alex.

Ashton mengerutkan keningnya sesaat berusaha mengingat kedua orang yang dimaksud.

"Kau tak tahu mereka? Wanita itu adalah Britney dan Rose sahabatnya Lynelle, si playgirl kampus kita." sambung Bernard menjelaskan.

Alex membuka mulutnya "Kenapa mereka menatap kita? apakah mereka sedang membuat perhitungan?"

Ashton memutar bola matanya malas "Sudahlah mereka bukan lawan yang sepadan, fokuslah pada Nola." ujarnya mengingati.  Dalam sekali teguk Ashton meneguk cola-nya lalu beranjak pergi.

....

Jarum jam telah menunjukan pukul tiga subuh. Lynelle terus membolak balikan tubuhnya, merasa tak nyaman dengan suara gaduh dibelakang rumahnya.

"Sial!" bangkitnya.

Disibaknya gorden jendelanya kasar, mencoba mencari tahu asal suara tersebut.

Ayolah, ia benar-benar terganggu ditambah lagi besok ada test dari Prof. Goard.

"Br*ngsek siapa yang malam-malam begini sangat menganggu?" makinya seraya menggunakan jaket lalu beranjak keluar. Ia sungguh tidak bisa tidur lagi sekarang.

Mungkin membeli camilan di supermarket 24 jam di ujung kompleksnya adalah pilihan yang tepat.

Dengan langkah pelan dan setengah mengantuk ia menelusuri jalanan yang tampak sepi. Kawasan rumahnya berada di kawasan elit yang menjamin ketenangan.

Bruk..

"Oh bast-"

Lynelle hampir saja mengumpat namun segera ditahannya, pria yang barusan menyenggolnya terus berlari.

Sesaat Lynelle berbalik dan menatap pria tersebut pasalnya cara berjalannya terlihat aneh, seperti orang kesakitan. Tidak ingin ambil pusing, Lynelle mengedikan bahunya tak acuh dan terus melangkah. Semakin lama ia melangkah suara gaduh yang tadi ia dengar semakin terdengar jelas.

"Siapa mereka?" kejutnya begitu menatap segerombolan pria di balik ujung gang tepat di belakang rumahnya.

Perlahan ia melangkah mundur. Bukan! Bukan karena ia takut, hanya saja karena benda-benda yang di pegang gerombolan tersebut.

Matanya semakin menyipit tajam begitu menyadari siluet salah seorang pria disana.

Sh*t!  Dalam diam dikeluarkannya benda persegi empat dari dalam jaketnya. Berusaha merekam hal yang terjadi.

Smirknya terbentuk dibalik gelapnya malam.  'Yeah.. I got you bastard!'

Setelah puas dengan hasil rekamannya, ia pun menyimpan benda persegi itu, kembali mengamati situasi yang ada.

Oh My!  Lynelle nyaris menjerit begitu mendongakan kepalanya.  Matanya membelalak lebar begitu hazel-nya menubruk obsidian tersebut.

'W-what the hell!' Dengan sekuat tenaga ia berbalik dan berlari menjauh.

"SIAPA DISANA? "

...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bad Boy Vs Playgirl   25. Tentang Kita

    Kini Ashton duduk didepan tuan Ainsley, suasana yang ada terasa dingin dan mencekam. Pria setengah baya tersebut menatap Ashton menyelidik. Belum sampai satu bulan lebih Ashton datang kemari dan mengambil Lynelle untuk tinggal bersamanya. Tiba-tiba ia mendapat kabar bahwa Lynelle akan pulang. Selain itu permasalahan dengan tuan Ferland sudah ia tangani, pria muda didepannya hanya tinggal menunggu panggilan wawancara dan menghadiri sidang. Semua sudah terkendali dan aman, jadi... dengan alasan apa lagi Ashton ingin memulangkan putrinya?"Mengapa kau memulangkan putriku? Kau tidak ingin bertanggungjawab terhadapnya setelah semua yang terjadi?"Ashton menghembuskan nafasnya kasar, pertanyaan tuan Ainsley membuat kepalanya semakin pening, bukan ia tidak ingin bertanggungjawab, hanya... keadaan tidak memungkinkan. "Dari awal kau menginjakkan kakimu disini dan dengan enteng mengaku bahwa kau yang menghamili Lynelle, terlihat jelas bahwa kau tipe lelakinya yang tidak dapat dipercaya. Kau ba

  • Bad Boy Vs Playgirl   24. Pisah Rumah

    Hari telah berganti begitu cepat, padahal baru sejenak Lynelle memejamkan matanya. Satu per satu pakaian yang ada di lemari ia ambil dan masukan kedalam koper. Sedari ia bangun sampai sekarang, ia sama sekali tidak berbicara sepatah katapun dengan Ashton. Ia lelah dengan semua sikap tertutup Ashton. Pria tersebut membuat semuanya rumit.Ashton yang baru selesai mandi, hanya terdiam depan kamar memperhatikan Lynelle yang tengah mengepak barang-barangnya. Sungguh, ia bukan ingin mengusir Lynelle.Kini Lynelle menyeret kopernya menuju mobil Ashton. Keheningan masih meliputi mereka.Ashton tahu itu kesalahannya karena menutupi semua hal dari Lynelle. Tanpa banyak kata, mobil bewarna hitam tersebut melaju, membelah jalanan kota Chicago yang padat...."Akhirnya kau pulang.. dan kau masih hidup!" seru Lyvi kala retinanya menangkap sosok sang kakak dan pacarnya di depan pintu rumah.Lynelle menghunuskan tatapan tajamnya pada Lyvi, gadis itu...sungguh!Secepat mungkin kaki mungil Lyvi berlar

  • Bad Boy Vs Playgirl   23. Rencana Ashton

    ClekSuara pintu yang dibuka pada tengah malam, membuat Lynelle terjaga. Ia tidak tidur, meskipun matanya tertutup namun tidak dengan pikirannya. Sedari tadi ia menunggu Ashton, lelaki itu mengatakan akan pulang secepatnya, tapi...apa ini? Jarum jam yang ditampilkan layar handphone telah menunjukkan pukul empat subuh, sedikit lagi hari akan berganti. Masih pantaskah ini disebut tengah malam?"Kau pulang?" tanya Lynelle, berjalan perlahan menyalakan lampu ruang tengah.Ashton membeku. 'Mengapa Lynelle belum tidur?' "Kau bau alkohol dan rokok. Kau darimana saja? Kau bilang ada urusan penting yang mendadak harus kau urus. Apakah urusan penting itu adalah mabuk-mabukan sampai subuh bersama teman-temanmu?"Ashton berdehem, mencairkan suasana yang menegang. Dari nada bicara Lynelle, ia tahu wanita tersebut marah."Aku akan menjelaskannya nanti.""Mengapa harus nanti? Tidak bisakah sekarang? Kau selalu menyembunyikan semua hal dariku.""Aku tidak. Hanya... aku tidak ingin menganggu pemikira

  • Bad Boy Vs Playgirl   22. Markas

    Dalam perjalanan pulang, Ashton hanya diam. Pikirannya kalut memikirkan apa yang barusan dikatakan Ben di telfon beberapa menit lalu.Lynelle terus mengamati Ashton. Ia sadar ada yang berbeda dengan pria disampingnya. Ashton seketika menjadi pendiam saat keluar dari mall. Ingin sekali Lynelle menanyakan apa ada yang salah? Namun, pertanyaan itu tertahan di kerongkongannya. Lynelle takut semakin ia bertanya, semakin memperburuk keadaan yang ada."Kita sampai, turunlah."Ashton berujar dingin, dan langsung membuka bagasi mobilnya, mengambil barang-barang yang mereka beli dan meletakkannya di apartemen.Lynelle masih diam terpaku didepan pintu sembari menatap Ashton yang sibuk menata barang-barang. Gelagat Ashton yang dingin dan cuek membuat Lynelle gugup. Lynelle takut Ashton yang dulu kembali."Lynelle, maaf sepertinya hari ini aku tidak bisa menemanimu. Aku ada beberapa urusan diluar, jika kau tak bisa memasak, kau bisa pesan delivery, jangan tunggu aku."Sudah Lynelle duga ada sesuat

  • Bad Boy Vs Playgirl   21. Do you remember about Nola?

    Lynelle memutarkan tubuh berisinya di depan cermin dengan antusias. Kali ini, ia mengenakan gaun putih sebatas lutut yang agak longgar dipadukan dengan jaket mantel dan sepatu bots. Tidak lupa syal bewarna abu mengikat leher mungilnya.Ashton mengetuk pintu kamar Lynelle dan melongokan kepalanya, memastikan apakah Lynelle sudah selesai bersiap atau tidak."Sudah selesai?""Uhm...Sudah!" Angguk Lynelle setelah sedikit merapikan poninya yang menjuntai."Kita hanya akan ke mall, mengapa kau sangat lama bersiap? Seolah-olah kita akan menghadiri sebuah pesta. Dan satu lagi.. mengapa kau menggunakan gaun? Cuaca hari ini masih dingin. Ganti lah, gunakan celana panjang."Aku merasa sesak jika menggunakan celana. Lagian aku juga menggunakan jaket mantel, jangan khawatir, aku tidak akan mati kedinginan."Ashton hanya bisa menghela nafasnya kasar. Lynelle benar-benar keras kepala. "Yasudah, ayo pergi. Perhatikan langkahmu, awas jatuh.""Wow.. kau menjadi sangat posesif."Ashton tidak membalas

  • Bad Boy Vs Playgirl   20. Back to home

    Cium*n yang awalnya lembut itu perlahan menjadi panas dan berlanjut hingga ke tempat tidur Ashton.Dikukungnya Lynelle dengan kedua lengannya, bibir mereka bergerak liar, memagut dan menyecap satu sama lain, seolah menyampaikan betapa rindunya mereka akan sentuhan satu sama lain."Eungh...Ash!" desah Lynelle di sela-sela cium*n panas tersebut. "Apa aku menyakitimu?" Ashton melepaskan tautan bibir mereka dan menatap Lynelle dalam. Lynelle menggeleng kecil. "Tidak, tapi tolong pelan-pelan. Aku sedang hamil."Ashton merunduk sesaat, melihat perut Lynelle yang kelihatan mulai membesar di balik bush yang dikenakannya.Kejadian masa lalu, dimana dengan tegas ia menolak anak yang berada dalam kandungan tersebut dan menyuruh Lynelle menggugurkannya, kembali menyapa Ashton.Rasa bersalah itu muncul. Dia sangat kejam bukan? Baik pada Lynelle maupun calon bayi mereka.Jemari-jemari Ashton bergerak, mengelus perut Lynelle. Ia tersenyum sendu. Hatinya mencelos. "Jika kau tak nyaman, katakan! Aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status