~Dari awal kita memiliki rahasia masing-masing~
....Lynelle melangkah pelan memasuki kamarnya, membuka pintu sepelan mungkin hingga menimbulkan derik nyaring."Kau sudah pulang? Ini baru jam sepuluh!" seru sang adik, Livy.Lynelle berbalik sesaat. "Kau sendiri tidak sekolah?" tanyanya terkejut mendapati sang adik dengan segelas susu ditangannya."Aku sakit." balasnya acuh lalu meloncat keatas sofa, kembali melanjutkan tayangan spongebob-nya.Lynelle menggeleng pelan lalu benar-benar masuk kedalam kamarnya. Membaringkan tubuhnya diatas ranjang seraya memandangi langit-langit kamarnya yang bewarna biru. Tanpa sadar tangannya terangkat menggambar pola-pola abstrak diatas angin."Huhh." ia menghela nafasnya kasar. Pikirannya sangat kacau sekarang, terganggu dengan hal-hal yang terjadi semalam.Tidak ingin terlalu larut Lynelle pun bangkit, melepaskan pakaiannya dan masuk kedalam bathroom. Mencoba merilekskan diri sesaat, menutup matanya dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja...."Ashton, apa kau akan ikut malam ini? Nola kembali menantang kita." Alex menatap Ashton, menunggu tanggapan lelaki itu."Tentu saja." sahutnya cepat."Baiklah, sebentar malam kita akan berkumpul di jalan xxxx, pastikan kau tak terlambat."Ashton mengacungkan jempolnya bertanda ia mengerti. Saat ini mereka sedang berada di kafetaria kampus, menyantap makan siang mereka.Rose yang disaat bersamaan berada di kafetaria tersebut, terus mengamati Ashton."Hei, apa yang kau lihat?" tanya Britney seraya duduk dihadapannya."Ssst.. Aku sedang mengamati Ashton." balasnya tanpa mengalihkan perhatiannya."ASH-ton?" Pekik Britney tertahan."Ssst.. shut up.""Ohh maaf, tapi mengapa?" tanya Britney lagi yang kali ini ikut mengamati Ashton dan dalam diam mengagumi lelaki itu."Aku penasaran, apa masalahnya dan Lynelle. Kau tahu? Pagi tadi mereka membuat keributan di fakultas teknik." jelas Rose."Benarkah? Lynelle melawan Ashton?" kejut Britney tak percaya.Rose mengangguk yakin "Ya, kau tak dengar? Apa sekarang kau ketinggalan gosip?" cibir Rose seraya menyeruput caffelatte-nya.Britney menendang kecil kaki Rose "Aku hanya ketinggalan sebentar. Lagi pula aku yakin Ashton akan menang." ujarnya mantap.Rose terkekeh kecil lalu menyeringai samar "Kau sahabatnya Lynelle dan saat ini kau mendukung Ashton? Woahh apa ini yang namanya penghianatan?'" candanya mengerling.Britney mengedikan bahunya "Kau juga sama, berhentilah membual. Kau juga mendukung Ashton bukan?"Rose mengangguk pelan "Tentu saja, dilihat dari fisik. Lagian pula Lynelle wanita. Seperti yang kita semua tahu Ashton tidak pernah memandang gender jika ada yang mengusiknya, ia tidak akan segan membuat pengusiknya terluka."Obrolan mereka terus berlanjut tanpa mereka sadari mereka juga sedang diamati."Hei Ashton, kau mengenal mereka? sedari tadi mereka terus menatap kita."Ashton mengalihkan pandangannya menatap kearah tempat yang ditunjuk Alex.Ashton mengerutkan keningnya sesaat berusaha mengingat kedua orang yang dimaksud."Kau tak tahu mereka? Wanita itu adalah Britney dan Rose sahabatnya Lynelle, si playgirl kampus kita." sambung Bernard menjelaskan.Alex membuka mulutnya "Kenapa mereka menatap kita? apakah mereka sedang membuat perhitungan?"Ashton memutar bola matanya malas "Sudahlah mereka bukan lawan yang sepadan, fokuslah pada Nola." ujarnya mengingati. Dalam sekali teguk Ashton meneguk cola-nya lalu beranjak pergi.....Jarum jam telah menunjukan pukul tiga subuh. Lynelle terus membolak balikan tubuhnya, merasa tak nyaman dengan suara gaduh dibelakang rumahnya."Sial!" bangkitnya.Disibaknya gorden jendelanya kasar, mencoba mencari tahu asal suara tersebut.Ayolah, ia benar-benar terganggu ditambah lagi besok ada test dari Prof. Goard."Br*ngsek siapa yang malam-malam begini sangat menganggu?" makinya seraya menggunakan jaket lalu beranjak keluar. Ia sungguh tidak bisa tidur lagi sekarang.Mungkin membeli camilan di supermarket 24 jam di ujung kompleksnya adalah pilihan yang tepat.Dengan langkah pelan dan setengah mengantuk ia menelusuri jalanan yang tampak sepi. Kawasan rumahnya berada di kawasan elit yang menjamin ketenangan.Bruk.."Oh bast-"Lynelle hampir saja mengumpat namun segera ditahannya, pria yang barusan menyenggolnya terus berlari.Sesaat Lynelle berbalik dan menatap pria tersebut pasalnya cara berjalannya terlihat aneh, seperti orang kesakitan. Tidak ingin ambil pusing, Lynelle mengedikan bahunya tak acuh dan terus melangkah. Semakin lama ia melangkah suara gaduh yang tadi ia dengar semakin terdengar jelas."Siapa mereka?" kejutnya begitu menatap segerombolan pria di balik ujung gang tepat di belakang rumahnya.Perlahan ia melangkah mundur. Bukan! Bukan karena ia takut, hanya saja karena benda-benda yang di pegang gerombolan tersebut.Matanya semakin menyipit tajam begitu menyadari siluet salah seorang pria disana.Sh*t! Dalam diam dikeluarkannya benda persegi empat dari dalam jaketnya. Berusaha merekam hal yang terjadi.Smirknya terbentuk dibalik gelapnya malam. 'Yeah.. I got you bastard!'Setelah puas dengan hasil rekamannya, ia pun menyimpan benda persegi itu, kembali mengamati situasi yang ada.Oh My! Lynelle nyaris menjerit begitu mendongakan kepalanya. Matanya membelalak lebar begitu hazel-nya menubruk obsidian tersebut.'W-what the hell!' Dengan sekuat tenaga ia berbalik dan berlari menjauh."SIAPA DISANA? "...~Dari awal kita memang musuh~.....Lynelle melangkahkan kakinya memasuki gedung fakultas kedokteran. Namun pagi ini sedikit ada yang berbeda, entah mengapa koridor fakultasnya terasa begitu penuh dengan obrolan. "Sial, hey Lyn! Apa kau mendengar sesuatu tentang Nola?" tarik Rose tiba-tiba. Merasa bingung, Lynelle menggelengkan kepalanya. "Tidak, memangnya kenapa? ""Oh My, kau benar-benar parah girl. Kau tahu, Nola baru saja dilarikan ke rumah sakit pagi ini, ia kedapatan tak sadarkan diri dengan kondisi babak belur tak jauh dari rumahmu. Kau sungguh tak tahu hal itu? " sembur Rose tak habis pikir. Ayolah kejadian itu bahkan tidak jauh dari rumahnya. Dengan sendirinya Lynelle membelalakan matanya, jadi semalam Nola.."Hey Lyn, Apa kau mendengarku? " tepuk Rose menyadarkannya. "Ah yeah.. Ashton.. Fakultas teknik." Bisik Lynelle."Apa maksudmu? " "Dia yang melakukannya."Uhuk.."Benarkah? Kau tidak sedang bercanda bukan?""Hmm."Angguk Lynelle sembari mengeluarkan handphone-nya.
~Dari awal takdir sudah menentang kita~...."Lyn, ada apa denganmu? Tatapanmu seakan ingin membunuhku." celetuk Rose."Ya. Aku sangat ingin membunuhmu!" balas Lynelle.Saat ini suasana hatinya sedang buruk ditambah lagi dengan Rose yang tiba-tiba datang memberitahukannya untuk mengumpulkan tugas Mr. Zerc minggu ini."Bukankah aku sudah bilang? kerjakan juga punyaku bodoh!" rutuk Lynelle.Rose menggaruk tengkuknya sambil cengengesan."Maaf, aku lupa. Lagian pula saat itu kau mengatakannya dengan suara ciuman pria disampingmu, bagaimana bisa aku menangkap ucapanmu dengan baik." bela Rose.Lynelle melirik Rose membunuh."Ahh, beruntunglah kau temanku!"Rose mengedikan bahunya, matanya memicing sesaat ketika melihat Jay berjalan menghampiri mereka."Priamu datang." komentarnya.Lynelle menoleh kearah pandangan Jay. Sh*t! Pria itu semakin menggoda saja, ada apa dengan pakaiannya hari ini? Sangat panas.Lynelle menjilat bibirnya seduktif saat Jay tiba dihadapannya.Tanpa banyak kata ia lan
~Kadang takdir sebercanda itu~.....Ashton berjalan pelan di lorong sebuah gedung tua sambil membopong Lynelle di punggungnya.Hentakan demi hentakan langkahnya menggelegar di seluruh gedung.Gedung tua nan kosong ini adalah bekas pabrik tekstil tak terpakai lagi akibat kebakaran beberapa tahun yang lalu.Sedikit berhat-hati Ashton meletakan tubuh Lynelle yang tak sadarkan diri di lantai mermar penuh debu tersebut. Dan dengan cekatan ia membuka tasnya, mengambil masker dan topi serta sarung tangan. Bagaimana pun ia harus berjaga dalam situasi ini, apapun bisa saja terjadi mungkin wanita itu akan tersadar. Saat ini keadaan darurat. Suatu kesempatan yang tidak ia duga dan rencanakan, sialnya ia tak membawa bius maupun suntik sianida dalam tasnya, jadi ia harus menyelesaikannya secepat mungkin. Ini adalah kesempatan satu-satunya.Setelah menggunakan perlengkapannya, pada akhirnya ia mengeluarkan sepaket peralatan dari kantong tasnya yang paling terakhir. Ia harus membedah dan membawa or
~Dari awal kita salah, ini permainan takdir~....Ashton menggeram pelan, sudah terhitung lebih dari beberapa kali ia berusaha membangunkan Lynelle namun hasilnya tetap sama. "Sebenarnya dia pingsan atau tertidur?" jengah Ashton.Saat ini mereka berada di depan apartemennya, dengan terpaksa ia harus membawa Lynelle kesini. Semula ia sempat menghubungi Ben untuk menanyakan alamat Lynelle namun sama saja, lelaki itu juga tak tahu dimana tepatnya alamat rumah Lynelle. Setelah memasukan password, pintu pun terbuka. Sambil membopong Lynelle, Ashton melangkah masuk kedalam apartemennya tersebut. Dihempasnya tubuh Lynelle diatas ranjang."Ahh sial!" umpatnya seraya merenggangkan otot tubuhnya. C'mon berat badan Lynelle bisa di katakan lumayan. Ashton beranjak merapikan apartemennya menyembunyikan beberapa alat berbahaya yang berserakan begitu saja, memasukan semuanya kedalam brankas miliknya. Helaan nafas panjang terdengar memenuhi ruangan, setelah semuanya selesai. Ia melirik Lynelle se
~ Permainan takdir kita sedikit kejam~.....Lynelle Pov...Awan mulai menggelap bertanda hujan musim dingin akan mengguyur kota Chicago yang padat. Aku masih bergelung di balik selimutku, padahal waktu setempat sudah menunjukan pukul tujuh sore. Sepulang dari rumah sakit, aku langsung ke rumah dan mengurung diri didalam kamar. Tok.. Tok.. "Lyn.. It's me, Lyvi."Suara pintu yang diketuk diikuti suara khas Lyvi membuatku beranjak sebentar. "Ada apa?" tanyaku bersandar pada pintu. "Semalam kau kemana? Dad pulang dan ia menanyakanmu." seru Lyvi sambil melenggang masuk, duduk di atas ranjangku. Aku mengikutinya lalu duduk di tepi ranjang "Aku menginap di rumah teman."Lyvi menaikan satu alasnya, menatapku tak percaya. "Teman yang mana? Dad bahkan menghubungi Rose."Aku memasang raut malas. Ayolah temanku bukan Rose seorang. "Please to the point.. Apa yang Dad katakan dan ingin kau sampaikan padaku?" jengahku. "Hmm.. Sepertinya Dad ingin kau memegang bisnisnya. Dad sempat murka saa
~ Kita bisa memilih, menantang takdir atau mengikutinya dan hancur bersama~Ashton Pov.... "Kau akan mati, j*lang! ""AKHHHH!! "PRANK.. Kaca mobil milik Lynelle dalam sekejap retak. Sayang tinjuanku melesat mengenainya. Aku tidak perduli dia wanita.Aku tertawa mengejek menatap telapak tanganku yang tergores. Jujur aku hendak melayangkan tanganku memukul Lynelle kala itu,namun beruntunglah dengan cepat ia menghindar. Lynelle merosot perlahan, meringkuk ketakutan di samping mobil. Hazelnya menatap obsidianku penuh akan kewaspadaan.Aku ikut merunduk, berjongkok dihadapannya. Aku mengamati Lynelle. sesaat dengan gigi bergemeletuk Kuangkat dagunya kasar dan memaksa hazelnya menatapku. Aku menyesal tidak membunuhnya malam itu.. Sungguh..! "Sejak kapan?" desisku menatapnya nyalang. "B-berapa hari yang lalu." suara Lynelle mengalun bergetar, hazelnya berkedip tak tenang mencoba menghindari tatapanku. Aku menatapnya tak percaya. Ini gila, tak masuk akal! Aku mendesah berbahaya, piki
~Dari awal takdir memang menargetkan kita, bahkan semesta membantunya~...Lynelle tahu ini akan terjadi cepat atau lambat namun ia tak sadari kalau akan secepat ini.Ia akui ini salahnya karena dengan bodohnya meletakan kertas pernyataan kehamilannya di meja belajar begitu saja. Seharusnya dia lebih berhati-hati. Mendengar suara Ayahnya yang sangat marah di seberang sana membuatnya berdetak ketakutan. Sepanjang perjalanan pikirannya penuh dengan kata-kata apa yang harus ia ucapkan ke Ayahnya.Tamparan tuan Ainsley menyambut Lynelle begitu wanita itu memasuki rumah. Dari sudut matanya, Lynelle bisa melihat surat pernyataan kehamilannya tergeletak diatas meja. Mengapa ia begitu ceroboh?"LYNELLE, BISA KAU JELASKAN INI?" Seru tuan Ainsley seraya melempar surat itu tepat didepan hazel Lynelle."Itu......"Lynelle hendak menjelaskan namun entahlah bibirnya mendadak kelu, ia tidak tahu harus memulai dari mana dan pada akhirnya ia hanya terdiam."Jadi apa yang dituliskan disitu benar adany
~Takdir kita lebih gila dari yang kita duga~...Seminggu telah berlalu dengan begitu cepat sama halnya dengan ujian akhir semester yang telah usai. Lynelle melangkah gontai keluar dari gedung, diikuti Rose disampingnya."Lyn, liburan kali ini apa yang kau rencanakan?" Rose mulai bertanya sambil sesekali melirik handphone-nya.Menanggapi hal tersebut, Lynelle bergumam tak acuh "Entahlah.""Apa kau punya masalah? Kau tampak kacau belakangan ini." Komentar Rose. Ia menyimpan handphone-nya sementara, memfokuskan pandangannya pada Lynelle yang terlihat berantakan."Aku baik-baik saja, mungkin ujian membuatku sedikit berantakan." kilah Lynelle.Rose memicingkan matanya tak percaya, namun sudahlah sepertinya Lynelle tidak ingin berbagi cerita. Baru beberapa langkah mereka menuju parkiran, sesuatu yang sedikit aneh menyambut Rose. Ayolah, siapa tak aneh melihat Ashton berada di fakultasnya, seperti menunggu seseorang.. tapi siapa?"Kau sudah tiba? Cepat sekali." Lynelle berujar menghampiri A