Share

03. Rahasia Malam Itu

~Dari awal kita memiliki rahasia masing-masing~

....

Lynelle melangkah pelan memasuki kamarnya, membuka pintu sepelan mungkin hingga menimbulkan derik nyaring.

"Kau sudah pulang? Ini baru jam sepuluh!" seru sang adik, Livy.

Lynelle berbalik sesaat. "Kau sendiri tidak sekolah?" tanyanya terkejut mendapati sang adik dengan segelas susu ditangannya.

"Aku sakit." balasnya acuh lalu meloncat keatas sofa, kembali melanjutkan tayangan spongebob-nya.

Lynelle menggeleng pelan lalu benar-benar masuk kedalam kamarnya. Membaringkan tubuhnya diatas ranjang seraya memandangi langit-langit kamarnya yang bewarna biru. Tanpa sadar tangannya terangkat menggambar pola-pola abstrak diatas angin.

"Huhh." ia menghela nafasnya kasar. Pikirannya sangat kacau sekarang, terganggu dengan hal-hal yang terjadi semalam.

Tidak ingin terlalu larut Lynelle pun bangkit, melepaskan pakaiannya dan masuk kedalam bathroom. Mencoba merilekskan diri sesaat, menutup matanya dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

...

"Ashton, apa kau akan ikut malam ini? Nola kembali menantang kita." Alex menatap Ashton, menunggu tanggapan lelaki itu.

"Tentu saja." sahutnya cepat.

"Baiklah, sebentar malam kita akan berkumpul di jalan xxxx, pastikan kau tak terlambat."

Ashton mengacungkan jempolnya bertanda ia mengerti. Saat ini mereka sedang berada di kafetaria kampus, menyantap makan siang mereka.

Rose yang  disaat bersamaan berada di kafetaria tersebut, terus mengamati Ashton.

"Hei, apa yang kau lihat?" tanya Britney seraya duduk dihadapannya.

"Ssst.. Aku sedang mengamati Ashton." balasnya tanpa mengalihkan perhatiannya.

"ASH-ton?" Pekik Britney tertahan.

"Ssst.. shut up."

"Ohh maaf, tapi mengapa?" tanya Britney lagi yang kali ini ikut mengamati Ashton dan dalam diam mengagumi lelaki itu.

"Aku penasaran, apa masalahnya dan Lynelle. Kau tahu? Pagi tadi mereka membuat keributan di fakultas teknik." jelas Rose.

"Benarkah? Lynelle melawan Ashton?" kejut Britney tak percaya.

Rose mengangguk yakin "Ya, kau tak dengar? Apa sekarang kau ketinggalan gosip?" cibir Rose seraya menyeruput caffelatte-nya.

Britney menendang kecil kaki Rose "Aku hanya ketinggalan sebentar. Lagi pula aku yakin Ashton akan menang." ujarnya mantap.

Rose terkekeh kecil lalu menyeringai samar "Kau sahabatnya Lynelle dan saat ini kau mendukung Ashton? Woahh apa ini yang namanya penghianatan?'" candanya mengerling.

Britney mengedikan bahunya "Kau juga sama, berhentilah membual. Kau juga mendukung Ashton bukan?"

Rose mengangguk pelan "Tentu saja, dilihat dari fisik. Lagian pula Lynelle wanita. Seperti yang kita semua tahu Ashton tidak pernah memandang gender jika ada yang mengusiknya, ia tidak akan segan membuat pengusiknya terluka."

Obrolan mereka terus berlanjut tanpa mereka sadari mereka juga sedang diamati.

"Hei Ashton, kau mengenal mereka? sedari tadi mereka terus menatap kita."

Ashton mengalihkan pandangannya menatap kearah tempat yang ditunjuk Alex.

Ashton mengerutkan keningnya sesaat berusaha mengingat kedua orang yang dimaksud.

"Kau tak tahu mereka? Wanita itu adalah Britney dan Rose sahabatnya Lynelle, si playgirl kampus kita." sambung Bernard menjelaskan.

Alex membuka mulutnya "Kenapa mereka menatap kita? apakah mereka sedang membuat perhitungan?"

Ashton memutar bola matanya malas "Sudahlah mereka bukan lawan yang sepadan, fokuslah pada Nola." ujarnya mengingati.  Dalam sekali teguk Ashton meneguk cola-nya lalu beranjak pergi.

....

Jarum jam telah menunjukan pukul tiga subuh. Lynelle terus membolak balikan tubuhnya, merasa tak nyaman dengan suara gaduh dibelakang rumahnya.

"Sial!" bangkitnya.

Disibaknya gorden jendelanya kasar, mencoba mencari tahu asal suara tersebut.

Ayolah, ia benar-benar terganggu ditambah lagi besok ada test dari Prof. Goard.

"Br*ngsek siapa yang malam-malam begini sangat menganggu?" makinya seraya menggunakan jaket lalu beranjak keluar. Ia sungguh tidak bisa tidur lagi sekarang.

Mungkin membeli camilan di supermarket 24 jam di ujung kompleksnya adalah pilihan yang tepat.

Dengan langkah pelan dan setengah mengantuk ia menelusuri jalanan yang tampak sepi. Kawasan rumahnya berada di kawasan elit yang menjamin ketenangan.

Bruk..

"Oh bast-"

Lynelle hampir saja mengumpat namun segera ditahannya, pria yang barusan menyenggolnya terus berlari.

Sesaat Lynelle berbalik dan menatap pria tersebut pasalnya cara berjalannya terlihat aneh, seperti orang kesakitan. Tidak ingin ambil pusing, Lynelle mengedikan bahunya tak acuh dan terus melangkah. Semakin lama ia melangkah suara gaduh yang tadi ia dengar semakin terdengar jelas.

"Siapa mereka?" kejutnya begitu menatap segerombolan pria di balik ujung gang tepat di belakang rumahnya.

Perlahan ia melangkah mundur. Bukan! Bukan karena ia takut, hanya saja karena benda-benda yang di pegang gerombolan tersebut.

Matanya semakin menyipit tajam begitu menyadari siluet salah seorang pria disana.

Sh*t!  Dalam diam dikeluarkannya benda persegi empat dari dalam jaketnya. Berusaha merekam hal yang terjadi.

Smirknya terbentuk dibalik gelapnya malam.  'Yeah.. I got you bastard!'

Setelah puas dengan hasil rekamannya, ia pun menyimpan benda persegi itu, kembali mengamati situasi yang ada.

Oh My!  Lynelle nyaris menjerit begitu mendongakan kepalanya.  Matanya membelalak lebar begitu hazel-nya menubruk obsidian tersebut.

'W-what the hell!' Dengan sekuat tenaga ia berbalik dan berlari menjauh.

"SIAPA DISANA? "

...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status