Hari telah berganti begitu cepat, padahal baru sejenak Lynelle memejamkan matanya. Satu per satu pakaian yang ada di lemari ia ambil dan masukan kedalam koper. Sedari ia bangun sampai sekarang, ia sama sekali tidak berbicara sepatah katapun dengan Ashton. Ia lelah dengan semua sikap tertutup Ashton. Pria tersebut membuat semuanya rumit.Ashton yang baru selesai mandi, hanya terdiam depan kamar memperhatikan Lynelle yang tengah mengepak barang-barangnya. Sungguh, ia bukan ingin mengusir Lynelle.Kini Lynelle menyeret kopernya menuju mobil Ashton. Keheningan masih meliputi mereka.Ashton tahu itu kesalahannya karena menutupi semua hal dari Lynelle. Tanpa banyak kata, mobil bewarna hitam tersebut melaju, membelah jalanan kota Chicago yang padat...."Akhirnya kau pulang.. dan kau masih hidup!" seru Lyvi kala retinanya menangkap sosok sang kakak dan pacarnya di depan pintu rumah.Lynelle menghunuskan tatapan tajamnya pada Lyvi, gadis itu...sungguh!Secepat mungkin kaki mungil Lyvi berlar
Kini Ashton duduk didepan tuan Ainsley, suasana yang ada terasa dingin dan mencekam. Pria setengah baya tersebut menatap Ashton menyelidik. Belum sampai satu bulan lebih Ashton datang kemari dan mengambil Lynelle untuk tinggal bersamanya. Tiba-tiba ia mendapat kabar bahwa Lynelle akan pulang. Selain itu permasalahan dengan tuan Ferland sudah ia tangani, pria muda didepannya hanya tinggal menunggu panggilan wawancara dan menghadiri sidang. Semua sudah terkendali dan aman, jadi... dengan alasan apa lagi Ashton ingin memulangkan putrinya?"Mengapa kau memulangkan putriku? Kau tidak ingin bertanggungjawab terhadapnya setelah semua yang terjadi?"Ashton menghembuskan nafasnya kasar, pertanyaan tuan Ainsley membuat kepalanya semakin pening, bukan ia tidak ingin bertanggungjawab, hanya... keadaan tidak memungkinkan. "Dari awal kau menginjakkan kakimu disini dan dengan enteng mengaku bahwa kau yang menghamili Lynelle, terlihat jelas bahwa kau tipe lelakinya yang tidak dapat dipercaya. Kau ba
~Dari awal kita memang tidak mungkin~...Hiruk pikuk kota Chicago dimalam hari tak dihiraukan oleh Lynelle Ainsley, dengan brutalnya ia mencium Jay yang kala itu mengemudikan mobilnya dengan satu tangan sedangkan tangan yang lainnya ia gunakan untuk menahan tengkuknya."Oh Lyn, aku tidak tahan lagi. Sial!" Umpat Jay melepas ciuman mereka dan mulai merapikan bajunya yang terlihat kusut. Saat ini mereka dalam perjalanan menuju bar yang disewa Ben, untuk menghadiri pesta kecil-kecilan dalam rangka merayakan ulangtahunnya.Lynelle, wanita itu hanya tertawa menanggapi."Kita tidak akan bisa melakukannya." ujarnya mengerling nakal pada Jay yang mencoba untuk terlihat fokus pada jalanan didepan sana."Wow Lyn, kau cukup nakal girl." balasnya mencium sekilas bibir wanita itu.Tak sadar mereka telah sampai didepan bar yang dimaksud. Dengan cepat mereka keluar dari dalam mobil dan menghampiri sang tuan pesta yang telah menunggu kedatangan mereka."Ohh, happy birthday bro! Apa aku terlambat?" t
~ Dari awal kita memang sama-sama buruk~......Di sela rasa pusing yang terus menderanya, Ashton bangkit berdiri dan melepaskan kukungannya pada Lynelle."Akhh.." ringis Lynelle.Mengabaikan ringisan Lynelle, Ashton segera memungut pakaiannya dan memakainya asal. Di batas sisa kesadarannya yang sangat menipis, ia berjalan keluar meninggalkan Lynelle dengan tubuh nakednya diatas sofa....."Auchh sial!" umpat Lynelle disela-sela ringisannya begitu sinar matahari pagi merembas masuk mengusik tidurnya.Dengan rasa pegal yang mendominasi seluruh tubuhnya ia pun tersadar namun seketika matanya membelalak lebar begitu mendapati tubuhnya yang dalam keadaan naked lengkap dengan seberkas darah dipangkal pahanya.Dengan cepat otaknya dipaksa untuk mengingat kejadian semalam."OUCHH B*STARD, SH*T!" umpatnya meraung begitu kilas-kilasan kejadian semalam menghampirinya.Menahan rasa sakit ditubuh bagian bawahnya, Lynelle langsung memakai pakaiannya. Berjalan dengan sedikit hati-hati menuju mobiln
~Dari awal kita memiliki rahasia masing-masing~....Lynelle melangkah pelan memasuki kamarnya, membuka pintu sepelan mungkin hingga menimbulkan derik nyaring."Kau sudah pulang? Ini baru jam sepuluh!" seru sang adik, Livy.Lynelle berbalik sesaat. "Kau sendiri tidak sekolah?" tanyanya terkejut mendapati sang adik dengan segelas susu ditangannya."Aku sakit." balasnya acuh lalu meloncat keatas sofa, kembali melanjutkan tayangan spongebob-nya.Lynelle menggeleng pelan lalu benar-benar masuk kedalam kamarnya. Membaringkan tubuhnya diatas ranjang seraya memandangi langit-langit kamarnya yang bewarna biru. Tanpa sadar tangannya terangkat menggambar pola-pola abstrak diatas angin."Huhh." ia menghela nafasnya kasar. Pikirannya sangat kacau sekarang, terganggu dengan hal-hal yang terjadi semalam.Tidak ingin terlalu larut Lynelle pun bangkit, melepaskan pakaiannya dan masuk kedalam bathroom. Mencoba merilekskan diri sesaat, menutup matanya dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
~Dari awal kita memang musuh~.....Lynelle melangkahkan kakinya memasuki gedung fakultas kedokteran. Namun pagi ini sedikit ada yang berbeda, entah mengapa koridor fakultasnya terasa begitu penuh dengan obrolan. "Sial, hey Lyn! Apa kau mendengar sesuatu tentang Nola?" tarik Rose tiba-tiba. Merasa bingung, Lynelle menggelengkan kepalanya. "Tidak, memangnya kenapa? ""Oh My, kau benar-benar parah girl. Kau tahu, Nola baru saja dilarikan ke rumah sakit pagi ini, ia kedapatan tak sadarkan diri dengan kondisi babak belur tak jauh dari rumahmu. Kau sungguh tak tahu hal itu? " sembur Rose tak habis pikir. Ayolah kejadian itu bahkan tidak jauh dari rumahnya. Dengan sendirinya Lynelle membelalakan matanya, jadi semalam Nola.."Hey Lyn, Apa kau mendengarku? " tepuk Rose menyadarkannya. "Ah yeah.. Ashton.. Fakultas teknik." Bisik Lynelle."Apa maksudmu? " "Dia yang melakukannya."Uhuk.."Benarkah? Kau tidak sedang bercanda bukan?""Hmm."Angguk Lynelle sembari mengeluarkan handphone-nya.
~Dari awal takdir sudah menentang kita~...."Lyn, ada apa denganmu? Tatapanmu seakan ingin membunuhku." celetuk Rose."Ya. Aku sangat ingin membunuhmu!" balas Lynelle.Saat ini suasana hatinya sedang buruk ditambah lagi dengan Rose yang tiba-tiba datang memberitahukannya untuk mengumpulkan tugas Mr. Zerc minggu ini."Bukankah aku sudah bilang? kerjakan juga punyaku bodoh!" rutuk Lynelle.Rose menggaruk tengkuknya sambil cengengesan."Maaf, aku lupa. Lagian pula saat itu kau mengatakannya dengan suara ciuman pria disampingmu, bagaimana bisa aku menangkap ucapanmu dengan baik." bela Rose.Lynelle melirik Rose membunuh."Ahh, beruntunglah kau temanku!"Rose mengedikan bahunya, matanya memicing sesaat ketika melihat Jay berjalan menghampiri mereka."Priamu datang." komentarnya.Lynelle menoleh kearah pandangan Jay. Sh*t! Pria itu semakin menggoda saja, ada apa dengan pakaiannya hari ini? Sangat panas.Lynelle menjilat bibirnya seduktif saat Jay tiba dihadapannya.Tanpa banyak kata ia lan
~Kadang takdir sebercanda itu~.....Ashton berjalan pelan di lorong sebuah gedung tua sambil membopong Lynelle di punggungnya.Hentakan demi hentakan langkahnya menggelegar di seluruh gedung.Gedung tua nan kosong ini adalah bekas pabrik tekstil tak terpakai lagi akibat kebakaran beberapa tahun yang lalu.Sedikit berhat-hati Ashton meletakan tubuh Lynelle yang tak sadarkan diri di lantai mermar penuh debu tersebut. Dan dengan cekatan ia membuka tasnya, mengambil masker dan topi serta sarung tangan. Bagaimana pun ia harus berjaga dalam situasi ini, apapun bisa saja terjadi mungkin wanita itu akan tersadar. Saat ini keadaan darurat. Suatu kesempatan yang tidak ia duga dan rencanakan, sialnya ia tak membawa bius maupun suntik sianida dalam tasnya, jadi ia harus menyelesaikannya secepat mungkin. Ini adalah kesempatan satu-satunya.Setelah menggunakan perlengkapannya, pada akhirnya ia mengeluarkan sepaket peralatan dari kantong tasnya yang paling terakhir. Ia harus membedah dan membawa or