Crystal berbaring manja di pelukan pria yang jauh lebih tua darinya. Namun, penampilan sang CEO sangat tampan dengan tubuh tinggi proposional. Itu membuat Crystal bergairah. Ya, biasanya pria kaya memiliki tampang dan tubuh yang biasa saja, sangat jarang yang seperti ini.
Jejak karirnya sungguh cemerlang dan target berikutnya adalah perusahaan Knight. Ya, perusahaan itu sangat besar dengan berbagai bidang usaha. Yang menarik perhatiannya adalah produk fashion premium mereka. Crystal akan mencari jalan ke perusahaan itu. Dirinya akan menggunakan semua koneksi miliknya.
Lagipula Crystal memang menunggu 5 tahun sampai Bella selesai menjalani hukumannya. Ya, Crystal tahu kekasih simpanan pria itu yang meninggal dalam kecelakaan. Jadi, Crystal berharap pria itu lupa dan walaupun mengungkitnya, bukankah itu salah saudarinya dan juga telah menyelesaikan hukuman itu.
Crystal selalu mengikuti perkembangan Benedict Knight. Pewaris kaya raya yang memiliki ke
Benedict Knight kembali melewatkan rapat penting, untuk kembali ke rumah sakit ini. Saat tiba di rumah sakit, Ben bertemu dengan Maya yang berdiri di depan ruangan VVIP, di mana Isabella Swan dirawat."Selama siang, Tuan," sapa Maya sopan.Ben mengangguk."Wanita itu menolak bantuanku," jelas Maya.Ben kembali mengangguk dan saat itulah seorang perawat berlari ke arah ruangan itu."Ada apa?" tanya Ben menghentikan langkah sang perawat."Ah, Tuan. Pasien menekan tombol untuk memanggil!" jelas perawat itu."Jangan masuk!" perintah Ben, sebelum melangkah masuk ke dalam kamar.Dan di sinilah dirinya berakhir. Memeluk Isabella Swan dan menyaksikan bagaimana terkejutnya wanita itu.Bella yang seakan membeku sejenak, buru-buru mendorong tubuh pria itu menjauh. Bella mundur dua langkah dan menatap tidak percaya ke arah pria itu. Sudah bertahun-tahun, tetapi Bella ingat jelas sosok ter
Bella berlari keluar dan tempat pertama yang didatanginya adalah bank, menarik uang tunai. Ya, dirinya tidak sudi berhutang dengan pria itu.Setelah itu, Bella pulang ke rumah, menyusun pakaiannya. Ya, dirinya harus berkemas dan baru memikirkan hendak pergi ke mana. Orang pertama yang muncul dalam benaknya adalah saudarinya. Ya, Crystal. Ya, Bella akan mencoba menemukan saudarinya itu. Setidaknya Crystal berhutang penjelasan padanya mengenai ayah dan saudarinya itu juga perlu tahu tentang kepergian ayah mereka.Namun, dirinya begitu lelah dan setelah bertukar pakaian, Bella tertidur di lantai ruang tamu. Ya, dirinya lelah.Di bandara kota.Crystal baru tiba dan berjalan keluar dari bandara. Dengan mengenakan kacamata hitam dan setelan kulit, hentakan sepatu Stiletto nya sesuai dengan goyangan pinggulnya.Namun, raut wajahnya berubah buruk, saat melihat Nicholas datang menjemputnya.Nicholas memeluk dan mengecup
Pintu di tutup dan tinggal mereka berdua. Ruangan ini begitu luas, tetapi mengapa udara terasa begitu pengap dan panas.Ben bersandar di kursi, masih menatap tajam ke arah Bella. Lalu, pria itu menunjuk ke arah kursi yang ada di hadapannya dan berkata, "Duduklah!"Bella masih mematung. Entah mengapa saat berada dekat ataupun berduaan dengan pria itu, selalu membuat dirinya ingin melarikan diri.Bella maju beberapa langkah dan berdiri di hadapan pria itu."Tidak perlu repot. Aku hanya datang untuk mengembalikan pakaian ini dan uang Anda," ujar Bella sambil meletakkan kantongan dan amplop berisi uang di atas meja. Bella hanya mengembalikan gaun dan sepatu, pakaian dalam disimpannya. Namun, Bella juga menambahkan uang untuk mengganti harga pakaian dalam itu ke dalam amplop."Apakah kamu hendak pergi?" tanya Ben menatap tas usang yang ditenteng wanita itu."Ah ya, aku akan pindah. Jadi, Anda dapat melakukan apapun dengan
Saat Bella tiba di depan ruangan tadi, pintu ganda itu terbuka lebar. Terdengar orang-orang berbicara di dalam, ya terdengar juga suara Crystal yang tertawa dengan begitu manja. Kembali Bella merasa mual. Pintu terbuka itu artinya dirinya boleh masuk bukan? batinnya.Menarik napas dalam, Bella melangkah masuk dan itu menarik perhatian Ben yang duduk di sofa. Ya, pertemuan dilakukan santai. Ben bersama seorang staff, duduk berhadapan dengan Yan dan Crystal. Mengikuti tatapan Ben, Crystal berhenti berbicara dan menatap Bella. Semua mata kemudian menatap dirinya.Bella tidak menemukan tas yang diletakkan di lantai tadi dan dirinya juga tidak ingin bertanya. Jadi, Bella berkata, "Maaf, aku akan pergi."Lalu, Bella berbalik dan berjalan cepat keluar dari ruangan itu. Ben tahu, wanita itu pasti kembali untuk mengambil tas miliknya. Ya, tas wanita itu diambil Ben dan diletakkan dibalik meja kerjanya."Kalian lanjutkan!" ujar Ben dan berdiri. La
Setelah keluar dari lift, Bella berjalan begitu cepat agar segera dapat meninggalkan gedung itu. Jantungnya masih berdebar liar dan itu begitu menakutkan baginya.Bella kembali ke rumahnya menggunakan bus. Dirinya tidak dapat menghadapi Agatha dalam suasana hati seperti ini. Ya, Bella akan tinggal di rumah ini, satu atau dua hari lagi. Setelah itu, Bella akan pergi, ya pergi.Sampai di rumah, Bella berdiri membeku di ruang tamu selama beberapa menit. Dirinya sulit menerima kenyataan ini. Kenyataan Nicholas meninggalkannya, Crystal mengancamnya dan pria itu, ya pria kaya itu mempermainkan dirinya.Mengapa kehidupannya sendiri yang terpuruk? Sedangkan kehidupan Nicholas dan Crystal begitu baik? Ini tidaklah adil? Tidak adil. Ya, sia-sia selama ini dirinya bersikap baik dan penuh pengertian, tetapi nasibnya begitu buruk. Bukankah, sebaiknya dirinya sejahat Crystal saja? Bukankah itu lebih baik? batinnya.Tubuhnya gemetar dan air mata mengal
Tidak lama ada 3 orang staff yang masuk ke ruangan itu. Dua orang pria dan satu wanita. Kedua pria adalah supir dan perawat, sedangkan wanita itu adalah dokter.Mereka menjelaskan butuh sekitar waktu 20 menit untuk tiba ke alamat itu dari rumah sakit. Kedua pria itu tidak begitu memiliki gambaran, tetapi sang dokter ingat jelas akan apa yang terjadi."Aku ingat, karena putrinya amatlah cantik. Saat kami tiba, dirinya menangis histeris dan begitu ketakutan. Menurut apa yang dikatakannya, bahwa dirinya mandi dan saat selesai, susah menemukan ibunya tergeletak tidak sadarkan diri. Dari ciri-ciri yang dialami pasien, itu semua menunjukkan ke arah serangan jantung dan tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik. Jadi, pasien meninggal murni karena penyakit. Jadi tidak perlu dilakukan otopsi!" jelas sang dokter."Setelah kejadian itu, wajah cantik putrinya mulai sering muncul di majalah. Maka dari itu, aku masih mengingat apa yang terjadi dengan jela
"Itu! Lihat pelat mobil itu!" seru Agatha saat sebuah mobil MPV premium berwarna hitam. Ya, itu mobil mewah yang mahal, biasanya para artis suka menggunakan mobil besar seperti itu."Ayo!" ujar Bella, memberi instruksi kepada Agatha.Agatha menyalakan mesin mobil dan memasukkan persneling minibus miliknya, lalu menginjak pedal gas dalam. Mobil mereka melaju kencang dan berhenti paku, tepat di depan mobil MPV mewah itu, yang hendak berbelok masuk ke lantai parkir gedung itu. Tidak tertabrak, mereka hanya ingin menghentikan mobil itu.Segera Bella melompat turun. Dirinya perlu menunjukkan wajahnya, sebelum mobil MPV mewah itu putar balik.Crystal duduk di kursi penumpang bagian belakang, dengan Yan duduk di kursi pengemudi."Nona, itu wanita tadi! Wanita yang berada di ruangan Benedict Knight!" seru Yan, saat melihat Bella yang sudah berdiri di depan mobil mereka."Apa?" tanya Crystal murka. Lalu, tanpa berp
Tanpa ragu, Bella melangkah ke dalam ruangan itu dan berhenti saat jarak mereka hanya tersisa 3 langkah.Ben meletakkan gelasnya ke meja yang ada tepat di sampingnya. Dirinya tinggal di hotel ini dan jarang menerima tamu. Dapat dikatakan, Isabella Swan adalah wanita pertama yang melangkah masuk ke dalam kamar ini, area pribadinya.Bella menatap pria itu. Begitu sempurna, tubuh tinggi dengan otot yang tepat di setiap bagian tubuhnya itu. Wajah begitu tampan dan terkesan angkuh, tidak pernah tersenyum, hanya menatap dengan dingin. Rambut yang biasanya tersisir rapi, sedikit kusut. Jas sudah dilepaskan, begitu juga dengan dasi. Kancing kemeja putih terbuka beberapa di bagian atas, menampilkan dadanya bidang dan kecoklatan. Lengan kemeja sudah digulung mencapai siku dan menampilkan lengannya yang kokoh.Semua keindahan itu, disempurnakan dengan kekuasaan dan kekayaannya. Ya, pria itu sempurna. Namun, tidak bagi dirinya."Apa yang ingin