Share

Bab 6

Author: Yola
Ginos tertegun ketika mendengar ini, "Aku suruh kalian pergi, itu hanya omelan saja, tempat itu selalu menjadi rumah kalian."

Tidak, itu rumahnya.

Bukan rumah mereka.

Susan tidak ingin melanjutkan topik ini, "Apa ada urusan lain?"

"Ya. Masalah tadi pagi itu salahku, aku datang untuk meminta maaf. Tapi, hidup mereka juga sulit. Lagi pula, mereka itu anak dan cucunya penyelamatku, aku tidak rela salahkan mereka."

Susan sudah banyak kali mendengar kata-kata serupa.

Ginos infin membalas budi, apa dia dan Julian harus menderita selamanya?

Mereka tidak berutang apa pun pada Wenny dan putrinya!

Melihat Susan tidak menjawab, Ginos berjongkok, mengeluarkan boneka dari punggungnya dan menghibur Julian.

"Jangan sedih, Nak. Ayah belikan boneka baru. Lihat, apa kamu suka?"

Mata Julian masih bengkak, "Nggak, aku hanya mau yang dijahit Nenek!"

Ginos kesal, "Sama-sama boneka, apa bedanya ini sama itu?"

Susan berkata dengan sabar, "Ginos, beginikah cara kamu meminta maaf pada Julian?"

Ginos berdiri, "Kamu kira aku ingin memarahinya? Sebagai anak cowok, kamu mendidiknya menjadi begitu manja. Menurutku, kamu harus belajar mendidik anak dari Wenny, Nana..."

"Julian masih demam, dia harus istirahat setelah minum obat. Kalau nggak ada urusan lain, silakan pergi."

Susan tidak tahan lagi dan menghentikannya, lalu mencoba menutup pintu.

Namun, pintunya ditahan Ginos.

Dia berdeham canggung, "Wenny menyukai rancangan pernikahanmu. Dia pertama kali menikah dan sangat mementingkannya. Dia berharap bisa mengundangmu untuk mengurus perencanaan pernikahannya."

Saat itu, Susan ragu apa dia salah dengar.

Kalau tidak, mana mungkin Ginos berani mengajukan permintaan yang begitu tidak tahu malu?

Susan mengepalkan tangannya erat-erat, "Ginos, apa kamu tidak merasa sangat keterlaluan?"

Mata Ginos berkilat, "Aku akan memberimu tiga kali lipat... Nggak, sepuluh kali lipat bayarannya, oke? Wenny tidak bermaksud apa-apa, jangan terlalu banyak berpikir. Dia hanya menyukai perencanaan pernikahan yang kamu lakukan."

"Maaf, aku tidak bisa melakukannya!"

Susan mundur dua langkah, menggertakkan gigi dan menutup pintu dengan keras.

Ginos mengetuk pintu cukup lama, tetapi Susan tidak membukanya. Dia hanya bersandar di pintu dan bernapas berat.

Ginos tahu betapa keterlaluan dirinya, tetapi masih juga menindasnya.

Mentang-mentang Susan mencintainya.

Namun, Susan tidak menginginkannya lagi.

Susan kira masalah ini sudah berakhir.

Siapa sangka Ginos mengancamnya untuk menjual perusahaan jasa pernikahan tempat dia bekerja.

Asisten menghubungi Susan dan memberitahunya, "Pak Ginos bilang, kamu harus terima perencanaan pernikahan untuk Wenny. Kalau tak, dia bakal menjual perusahaan ini!"

Susan pernah beri tahu Ginos kalau perusahaan jaga pernikahan ini didirikan oleh ayahnya.

Kemudian, ayahnya sakit parah, ibunya harus merawat ayahnya, karena tidak tahu cara menjalankan bisnis, ibunya menjual perusahaan itu.

Saat mengejarnya, Ginos membeli perusahaan jaga pernikahan ini untuk menyenangkannya.

Sekarang, dia malah ingin menjualnya demi memaksanya merencanakan pernikahan untuk Wenny!

Susan mengajak Ginos bertemu, tetapi ditolak.

[Aku mau foto pernikahan dengan Wenny hari ini.]

[Ginos, apa kamu harus sekejam itu? Kamu tahu betapa aku peduli dengan perusahaan ini!]

Ginos ingin bercerai, Susan menyetujuinya.

Lalu, memintanya untuk menyerahkan rumah pernikahan, dia juga setuju.

Kenapa Ginos terus memaksanya?

Ginos langsung menelepon, suaranya terdengar tak berdaya.

"Susan, nggak ada yang memaksamu. Aku hanya memintamu mengurus perencanaan pernikahan, ini pekerjaanmu. Anggap saja Wenny seperti pelanggan biasa, oke?"

Susan menjawab, "Aku tidak bisa melakukannya."

"Kenapa tidak bisa? Aku tahu kamu keberatan dengan hubunganku dan Wenny. Tapi bagaimanapun juga, ayahnya menyelamatkanku, gimana aku mengabaikannya?"

Wenny memanggilnya untuk mengambil foto pernikahan.

Ginos segera mengancam Susan, "Kalau kamu tidak mengurus perencanaan pernikahan untuk Wenny, aku bakal menjual perusahaan jasa pernikahan ini," lalu buru-buru menutup telepon.

Namun, sebelum telepon ditutup, terdengar suara fotografer.

"Pengantin pria memeluk pinggang pengantin wanita dan menciumnya dengan lebih mesra."

"Ya, itu dia!"

Susan menggenggam ponselnya erat-erat, tatapan matanya tampak kosong.

Dia sudah cukup kecewa padanya.

Akan tetapi, Ginos selalu punya cara untuk membuatnya semakin membencinya!

Malam itu, Wenny mengiriminya pesan.

Awalnya, Wennya mengirim beberapa foto.

[Barang-barangmu dan si anak haram terlalu makan tempat, jadi aku membuangnya, Ginos juga setuju!]

[Oh ya, aku sengaja merebut kuota si anak haram, Nana tidak suka main piano.]

[Aku juga meminta Nana untuk menggunting boneka itu, barang-barang orang mati terlalu sial!]

[Apa kamu marah? Jaga dirimu, jangan sampai mati, nanti aku malah kehilangan mainanku!]

[Hari ini, Ginos tidur denganku, apa kamu kira dia baik sama aku cuma untuk membalas budi?]

[Aku sudah hamil, tapi dia masih begitu kasar setiap hari, aku nggak tahan]

Foto lainnya.

Ginos telanjang, membelakangi ranjang, sambil membuka ikat pinggangnya.

Tak perlu menjelaskan secara gamblang antar orang dewasa, hanya dengan melihatnya saja, bakal bisa tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 22

    "Ingat, jangan biarkan Susan dan Julian masuk, mengganggu pernikahanku dengan Wenny."Ginos teringat apa yang pernah dikatakannya sebelumnya, dia merasa menyesal.Dia berusaha sekuat tenaga untuk masuk, tetapi gagal. Kemudian, dia mabuk dan jatuh ke air dalam perjalanan pulang.Saat hampir tenggelam, dia diselamatkan.Ginos tidak mati, tetapi ketika sekarat, dia teringat akan hal-hal di kehidupan sebelumnya.Dia terbaring di bangsal dengan penuh penyesalan dan rasa bersalah, dengan air mata mengalir di wajahnya."Ternyata di kehidupan sebelumnya, keegoisanku membunuh Susan dan Julian. Bahkan sepuluh tahun setelah kematian mereka, aku baru sadar kalau diriku tertipu oleh Wenny."Apa Susan juga terlahir kembali?Pantasan dia tiba-tiba setuju untuk bercerai dan sangat membencinya!Ginos menyangka putranya masih hidup, jadi dia masih bisa mendapatkan pengampunan dari mereka.Bagaimana dia menghadapi Susan dan Julian?Kenapa dia begitu bodoh hingga tertipu oleh Wenny?Kenapa dia begitu sok

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 21

    Ayah Ginos hanya peduli pada Jefry dan tidak memperlakukannya dengan baik. Orang terdekatnya adalah ibunya.Kini ibunya bunuh diri dan ingin putus hubungan dengannya. Hatinya terasa sakit.Namun, Ginos bahkan tidak sempat menghibur ibunya, dia dimarahi oleh para pemegang saham yang mendukungnya."Apa otakmu bermasalah! Kenapa proyek yang sudah diatur bisa jatuh ke tangan Jefry?""CEO macam apa kamu ini? Sampai dipermainkan oleh wanita!"Ada juga pengacara yang menelepon, "Pak Ginos, aku dipercayakan oleh Nona Wenny untuk mengurus perceraiannya denganmu. Dia memintamu untuk meninggalkan seluruh hartamu."Ginos merasa konyol ketika mendengar ini, dia bahkan mengira pengacara itu hanya omong kosong.Dia pergi menemui Wenny di pusat penahanan.Namun, sikap Wenny berubah sepenuhnya, dia terus memarahi Ginos. "Ayahku mati demi menyelamatkanmu. Aku hanya ingin menjadi istrimu, apa aku keterlaluan?""Dasar bajingan yang tidak tahu berterima kasih. Kamu bahkan melapor polisi untuk menangkapku.

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 20

    Susan mencibir, "Kamu mengaku salah dan ingin menebusnya padaku dan Julian, tapi mana kompensasimu? Kenapa aku tidak melihatnya?"Ginos meraih tangannya dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Aku tidak bisa membalas dendam pada Wenny dan Nana, tapi aku bakal memperlakukanmu dan Julian dengan sangat baik di masa depan!""Kamu menyebut tanggung jawab yang memang menjadi milik seorang suami dan ayah sebagai kompensasi... Ginos, kamu sungguh nggak tahu malu!"Susan menarik tangannya dengan paksa, "Aku tidak akan menikah lagi denganmu, kamu menyerah saja!"Ginos melakukan hal-hal dengan tidak jelas, dia dan putranya bakal dirugikan.Federik khawatir dan meneleponnya.Susan hendak menghampiri, tetapi dipeluk erat dari belakang oleh Ginos.Air matanya jatuh di lehernya."Aku hanya tertipu dan melakukan beberapa kesalahan. Lagi pula, tidak terjadi konsekuensi serius. Aku sudah mengakui kesalahan, jadi tolong maafkan aku!"Akan lebih baik kalau Ginos tidak mengatakan ini. Begitu mendengar kata

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 19

    Mereka terlalu cerewet, Julian sudah mulai makan."Argh uhh, lumpianya enak!""Kunyah, kunyah... siomainya enak. Ayah, aku sayang padamu!"Federik mencondongkan tubuh dan mencium wajah Julian, "Nak, Ayah juga sayang padamu!"Susan sudah lama tidak melihat Julian sebahagia ini.Saat itu, dia merasa mereka seperti sekeluarga.Setelah makan malam, Federik mengantar Susan dan Julian ke taman kanak-kanak.Hari ini ada acara di sekolah, si kecil mengajak mereka berdua.Di perjalanan, Julian berceloteh dengan gembira."Kali ini, aku juga ditemani Ibu dan Ayah. Siapa lagi yang berani menertawakanku tidak punya Ayah, hmph!""Ibu, Ayah, di taman kanak-kanak yang baru tidak ada Nana, tidak ada yang menindasku, aku sangat bahagia setiap harinya.""Kali ini, aku tak perlu iri pada orang lain yang punya ayah, aku juga punya ayah yang sangat hebat!"Julian sangat senang.Makin mendengar, Susan merasa makin tidak nyaman.Putranya sangat pengertian.Selain kuota kelas pianonya dirampas, Julian tak pern

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 18

    "Ehem!"Susan tersedak air liurnya sendiri.Putranya baru berusia lima tahun, tapi cukup pintar!Wajah tampan Federik memerah.Suasananya sangat canggung."Anakku sayang, jangan asal ngomong. Meskipun menjadi selingkuhan, aku juga selingkuhan yang baik," kata Federik panik.Si kecil bingung, "Oh, ternyata ada selingkuhan baik dan jahat?"Susan memelototi Federik, "Tidak, semua selingkuhan itu jahat!"Dia tidak tahu ternyata Federik pernah berpikir untuk menjadi selingkuhannya!Federik tersenyum, "Ya, ibumu benar. Ayo, Nak. Mainan transformers dua meter yang kubelikan untukmu sudah sampai, coba lihat apa kamu menyukainya?""Aku menyukai semua pemberian Ayah.""Penggombal.""Aku mempelajarinya dari Ayah, hehe."Tak lama setelah mereka berdua keluar, terdengar teriakan si kecil, "Bu, bolehkah fotokan aku dan Ayah?""Iya."Susan berjalan keluar.Federik menggendong Julian di lehernya dan bergaya.Susan mengambil beberapa foto mereka.Setelah makan malam, hujan mulai turun di luar.Julian b

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 17

    Wenny mendengar suara di luar dan menoleh.Ketika melihat Ginos, dia terkejut dan keluar dengan panik, "Ginos, aku..."Ginos berdiri, menggertakkan gigi dan berkata, "Wenny, aku menganggapmu seperti adikku sendiri, aku merawatmu, bahkan menceraikan orang yang paling kusayangi demi dirimu. Kenapa kamu melakukan ini padaku?"Ginos menatapnya dengan mata merah.Wenny ketakutan dan tergagap, "Ginos, dengarkan aku, bukan seperti yang kamu pikirkan, aku..."Wenny meraih tangannya dan ingin menjelaskan.Ginos mendorongnya dengan keras.Wenny menjerit dan jatuh ke lantai.Dulu, kalau melihatnya seperti ini, Ginos paling khawatir.Sekarang melihatnya seperti ini, Ginos hanya ingat gimana Wenny menipunya dengan penampilannya yang lemah dan menyedihkan ini!Ginos menatapnya dengan marah, "Kamu sendiri yang mengakuinya, sekarang malah mengubah kata-katamu, apa kamu mencoba berbohong padaku lagi?"Kemarin melihatnya mengirim kata-kata provokatif itu kepada Susan, seharusnya Ginos menyadari kemunafi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status