Share

Bab 5

Author: Yola
"Itu cuma kuota murid. Apa kamu harus mempermasalahkannya? Semua harta Keluarga Salim nantinya bakal menjadi milik Julian. Apa lagi yang dia butuh?"

"Kalian berdua sama-sama picik!"

Ginos merasa salah karena merebut kuota itu. Awalnya, dia datang untuk meminta maaf dengan membawa lego dan kalung.

Namun, Susan merebut dengan Wenny dan putrinya, yang membuatnya kesal.

Dia menyerahkan dirinya dan seluruh Keluarga Salim kepada Susan. Dia hanya meminta Susan dan putranya untuk sesekali mengalah pada Wenny dan putrinya... Apa dia salah?

Ginos terlalu malas untuk berdebat dengannya dan pergi dengan wajah dingin.

Susan memperhatikan kepergiannya tanpa berusaha menahan atau mengalah seperti yang dia lakukan sebelumnya.

Dia memijat keningnya dengan lelah, lalu menutup pintu dan berbaring di ranjang.

Akan tetapi, Susan gelisah dan baru tertidur saat fajar.

Alhasil, dia terbangun oleh tangisan anak setelah tidak lama tidur.

"Julian!"

Susan tiba-tiba terbangun dan berlari keluar tanpa alas kaki.

Ginos sedang menggendong Nana dan membujuknya bersama Wenny di ruang mainan.

Julian berdiri di depan mereka, menangis tersedu-sedu dengan air mata di wajahnya, ada bekas tamparan di wajahnya, tetapi Ginos tampak mengabaikannya.

Hati Susan tercekat, dia berjongkok menyeka air matanya.

"Jangan nangis, ayo beri tahu Ibu apa yang terjadi?"

Sebelum Julian sempat menjawab, Wenny berkata dengan marah, "Aku yang menamparnya! Kakak Ipar, biasanya kamu berpikiran sempit, selalu cemburu padaku dan Kak Ginos, kamu menggunakan berbagai cara untuk menyakitiku. Aku murah hati dan tidak peduli."

"Tapi, putramu baru berusia lima tahun, kenapa kamu mengajarinya menindas Nana?"

Wajah Susan menegang, "Julian tidak akan menindas orang tanpa alasan! Kamu memukulnya, harus minta maaf padanya!"

Begitu selesai bicara, Ginos memarahinya dengan wajah muram, "Susan, cukup! Julian yang merebut mainan Nana dan mendorongnya, makanya Wenny menamparnya."

"Kamu terlalu memanjakan anak, Wenny berbaik hati bantu mendidiknya!"

Julian menangis dan menggelengkan kepalanya, "Ayah, aku tidak merebut mainan Nana, dia yang merebut bonekaku!"

Ginos tertegun sejenak, tetapi tetap memarahinya, "Kamu sebagai kakak, apa salahnya mengalah sama adik?"

Julian terisak, "Tapi, dia menggunting bonekaku. Boneka itu dijahit oleh Nenek!"

Susan datang tergesa-gesa. Setelah mendengar apa yang dikatakannya, dia mendapati boneka itu berserakan di lantai.

Boneka itu sudah hancur berkeping dan sulit untuk menjahitnya kembali.

Setelah mengetahui seluruh ceritanya, Susan kira Ginos menyadari kalau dia telah salah paham terhadap Julian dan bakal meminta maaf.

Namun, Wenny menarik lengan bajunya dan bergumam, "Nana baru berusia lima tahun, apa yang dia tahu? Dia kira menggunting boneka itu adalah bermain."

Ginos ragu sejenak, mengangguk dan berkata pada Julian, "Sudahlah, kamu anak cowok, jangan pelit."

Mendengar ini, mata Susan memerah dan air matanya hampir jatuh.

"Ginos, kenapa kamu berkata begini? Boneka ini dijahit oleh ibuku sebelum beliau meninggal!"

Nana menangis, "Bibi sangat galak dan menakutkan!"

Ginos menyeka air matanya dan memarahi Susan.

"Jangan menakuti Nana. Dia masih kecil, apa yang dia tahu? Haruskah kamu membesar-besarkannya? Sudahlah, masalah ini berakhir begitu saja, kalau terus membuat masalah, kalian jangan tinggal di sini lagi!"

Ginos menggendong Nana dan pergi bersama Wenny, tanpa bersikap baik pada Susan dan Julian.

Susan merasa sesak napas dan tidak nyaman.

Dulu, dia bakal mencari Ginos untuk berdebat dengannya.

Namun sekarang, dia benar-benar menyerah.

Susan membujuk putranya, memunguti sobekan boneka di lantai dan mencoba memperbaikinya.

Namun, saat tangannya tertusuk dan berdarah, bonekanya masih tampak hancur.

Ketika memandangi luka di tangannya, Susan tiba-tiba teringat ibunya yang memegang tangannya sambil menangis dan berkata,

"Ibu tidak takut mati, tapi ibu khawatir tak seorang pun akan melindungimu dan Julian setelah aku meninggal."

"Ginos adalah pria yang setia, tapi dia tidak memahami situasi."

"Wenny adalah wanita licik."

"Ginos selalu membelanya. Apa yang harus kalian lakukan nantinya?"

Saat itu, Susan berkata dengan yakin, "Jangan khawatir, Bu, Ginos memperlakukan Wenny dengan baik hanya untuk membalas budi. Dia mencintaiku dan tidak akan menyakiti kami!"

Susan merasa sangat sedih ketika teringat dirinya yang saat itu sangat percaya kalau Ginos mencintainya.

Dia mengumpulkan sobekan boneka itu dan membawa Julian ke hotel terdekat, dia tidak ingin tinggal dan ditindas lagi.

Namun, tak lama setelah Susan tiba di hotel, Ginos datang.

"Barusan Wenny bilang dia melihatmu dan Julian. Kukira dia salah lihat, ternyata benar. Ngapain kamu datang ke hotel?"

Julian tidak menyapanya, dia bersembunyi ketakutan di belakang Susan.

Tatapan ketakutannya menyakiti hati Susan.

"Aku dan Julian pergi sendiri tanpa diusir kalian."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 22

    "Ingat, jangan biarkan Susan dan Julian masuk, mengganggu pernikahanku dengan Wenny."Ginos teringat apa yang pernah dikatakannya sebelumnya, dia merasa menyesal.Dia berusaha sekuat tenaga untuk masuk, tetapi gagal. Kemudian, dia mabuk dan jatuh ke air dalam perjalanan pulang.Saat hampir tenggelam, dia diselamatkan.Ginos tidak mati, tetapi ketika sekarat, dia teringat akan hal-hal di kehidupan sebelumnya.Dia terbaring di bangsal dengan penuh penyesalan dan rasa bersalah, dengan air mata mengalir di wajahnya."Ternyata di kehidupan sebelumnya, keegoisanku membunuh Susan dan Julian. Bahkan sepuluh tahun setelah kematian mereka, aku baru sadar kalau diriku tertipu oleh Wenny."Apa Susan juga terlahir kembali?Pantasan dia tiba-tiba setuju untuk bercerai dan sangat membencinya!Ginos menyangka putranya masih hidup, jadi dia masih bisa mendapatkan pengampunan dari mereka.Bagaimana dia menghadapi Susan dan Julian?Kenapa dia begitu bodoh hingga tertipu oleh Wenny?Kenapa dia begitu sok

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 21

    Ayah Ginos hanya peduli pada Jefry dan tidak memperlakukannya dengan baik. Orang terdekatnya adalah ibunya.Kini ibunya bunuh diri dan ingin putus hubungan dengannya. Hatinya terasa sakit.Namun, Ginos bahkan tidak sempat menghibur ibunya, dia dimarahi oleh para pemegang saham yang mendukungnya."Apa otakmu bermasalah! Kenapa proyek yang sudah diatur bisa jatuh ke tangan Jefry?""CEO macam apa kamu ini? Sampai dipermainkan oleh wanita!"Ada juga pengacara yang menelepon, "Pak Ginos, aku dipercayakan oleh Nona Wenny untuk mengurus perceraiannya denganmu. Dia memintamu untuk meninggalkan seluruh hartamu."Ginos merasa konyol ketika mendengar ini, dia bahkan mengira pengacara itu hanya omong kosong.Dia pergi menemui Wenny di pusat penahanan.Namun, sikap Wenny berubah sepenuhnya, dia terus memarahi Ginos. "Ayahku mati demi menyelamatkanmu. Aku hanya ingin menjadi istrimu, apa aku keterlaluan?""Dasar bajingan yang tidak tahu berterima kasih. Kamu bahkan melapor polisi untuk menangkapku.

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 20

    Susan mencibir, "Kamu mengaku salah dan ingin menebusnya padaku dan Julian, tapi mana kompensasimu? Kenapa aku tidak melihatnya?"Ginos meraih tangannya dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Aku tidak bisa membalas dendam pada Wenny dan Nana, tapi aku bakal memperlakukanmu dan Julian dengan sangat baik di masa depan!""Kamu menyebut tanggung jawab yang memang menjadi milik seorang suami dan ayah sebagai kompensasi... Ginos, kamu sungguh nggak tahu malu!"Susan menarik tangannya dengan paksa, "Aku tidak akan menikah lagi denganmu, kamu menyerah saja!"Ginos melakukan hal-hal dengan tidak jelas, dia dan putranya bakal dirugikan.Federik khawatir dan meneleponnya.Susan hendak menghampiri, tetapi dipeluk erat dari belakang oleh Ginos.Air matanya jatuh di lehernya."Aku hanya tertipu dan melakukan beberapa kesalahan. Lagi pula, tidak terjadi konsekuensi serius. Aku sudah mengakui kesalahan, jadi tolong maafkan aku!"Akan lebih baik kalau Ginos tidak mengatakan ini. Begitu mendengar kata

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 19

    Mereka terlalu cerewet, Julian sudah mulai makan."Argh uhh, lumpianya enak!""Kunyah, kunyah... siomainya enak. Ayah, aku sayang padamu!"Federik mencondongkan tubuh dan mencium wajah Julian, "Nak, Ayah juga sayang padamu!"Susan sudah lama tidak melihat Julian sebahagia ini.Saat itu, dia merasa mereka seperti sekeluarga.Setelah makan malam, Federik mengantar Susan dan Julian ke taman kanak-kanak.Hari ini ada acara di sekolah, si kecil mengajak mereka berdua.Di perjalanan, Julian berceloteh dengan gembira."Kali ini, aku juga ditemani Ibu dan Ayah. Siapa lagi yang berani menertawakanku tidak punya Ayah, hmph!""Ibu, Ayah, di taman kanak-kanak yang baru tidak ada Nana, tidak ada yang menindasku, aku sangat bahagia setiap harinya.""Kali ini, aku tak perlu iri pada orang lain yang punya ayah, aku juga punya ayah yang sangat hebat!"Julian sangat senang.Makin mendengar, Susan merasa makin tidak nyaman.Putranya sangat pengertian.Selain kuota kelas pianonya dirampas, Julian tak pern

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 18

    "Ehem!"Susan tersedak air liurnya sendiri.Putranya baru berusia lima tahun, tapi cukup pintar!Wajah tampan Federik memerah.Suasananya sangat canggung."Anakku sayang, jangan asal ngomong. Meskipun menjadi selingkuhan, aku juga selingkuhan yang baik," kata Federik panik.Si kecil bingung, "Oh, ternyata ada selingkuhan baik dan jahat?"Susan memelototi Federik, "Tidak, semua selingkuhan itu jahat!"Dia tidak tahu ternyata Federik pernah berpikir untuk menjadi selingkuhannya!Federik tersenyum, "Ya, ibumu benar. Ayo, Nak. Mainan transformers dua meter yang kubelikan untukmu sudah sampai, coba lihat apa kamu menyukainya?""Aku menyukai semua pemberian Ayah.""Penggombal.""Aku mempelajarinya dari Ayah, hehe."Tak lama setelah mereka berdua keluar, terdengar teriakan si kecil, "Bu, bolehkah fotokan aku dan Ayah?""Iya."Susan berjalan keluar.Federik menggendong Julian di lehernya dan bergaya.Susan mengambil beberapa foto mereka.Setelah makan malam, hujan mulai turun di luar.Julian b

  • Badai Telah Reda, Kau Pun Tiada   Bab 17

    Wenny mendengar suara di luar dan menoleh.Ketika melihat Ginos, dia terkejut dan keluar dengan panik, "Ginos, aku..."Ginos berdiri, menggertakkan gigi dan berkata, "Wenny, aku menganggapmu seperti adikku sendiri, aku merawatmu, bahkan menceraikan orang yang paling kusayangi demi dirimu. Kenapa kamu melakukan ini padaku?"Ginos menatapnya dengan mata merah.Wenny ketakutan dan tergagap, "Ginos, dengarkan aku, bukan seperti yang kamu pikirkan, aku..."Wenny meraih tangannya dan ingin menjelaskan.Ginos mendorongnya dengan keras.Wenny menjerit dan jatuh ke lantai.Dulu, kalau melihatnya seperti ini, Ginos paling khawatir.Sekarang melihatnya seperti ini, Ginos hanya ingat gimana Wenny menipunya dengan penampilannya yang lemah dan menyedihkan ini!Ginos menatapnya dengan marah, "Kamu sendiri yang mengakuinya, sekarang malah mengubah kata-katamu, apa kamu mencoba berbohong padaku lagi?"Kemarin melihatnya mengirim kata-kata provokatif itu kepada Susan, seharusnya Ginos menyadari kemunafi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status