Di kehidupan yang lalu, aku merelakan kedua kakiku dilindas hingga hancur demi melindungi suamiku. Mertuaku menganggapku sebagai pembawa sial, beban keluarga, dan menunjukkan kebencian yang mendalam padaku. Orang tuaku sendiri merasa aku tak berguna dan menyusahkan, sehingga memilih untuk memutus hubungan denganku. Hanya suamiku yang tetap berada di sisiku dan aku selalu mengira bahwa dia mencintaiku. Namun menjelang kematianku, aku mendengar dia berkata, "Kalau kamu benar-benar mencintaiku, kamu seharusnya nggak bertahan hidup dan membuatku malu." Kemudian, dia membunuhku secara perlahan-lahan dengan membekapku sampai napasku habis. Setelah kematianku, dia menikah lagi. Saat itulah aku baru tahu, ternyata selama ini dia menjual kisah hidupnya yang menyedihkan di internet hingga menghasilkan puluhan miliar. Ketika membuka mata lagi, aku kembali ke saat ketika mobil itu hampir menabrakku. Namun kali ini, aku memilih untuk menyaksikan semua itu dengan ekspresi dingin.
Lihat lebih banyakDahulu, berabad-abad yang lalu, jauh sebelum Nusantara bersatu menjadi sebuah negara kesatuan, pulau-pulau yang terbentang dari ujung barat hingga ke timur negeri ini terbagi menjadi banyak wilayah kerajaan, tak terkecuali Pulau Jawa. Sudah banyak kerajaan Jawa yang telah berhasil mengukir tinta emas, tak sedikit pula yang pada akhirnya harus tumbang sebelum sampai mencatatkan diri dalam sejarah peradaban negeri ini. Hal itu akibat peperangan demi peperangan perebutan wilayah untuk memperluas daerah kekuasaan. Tanah yang subur serta kekayaan alam yang berlimpah menjadikan tanah Jawa bak gula yang selalu diperebutkan para semut. Adu gengsi dan ambisi juga menjadi salah satu alasan yang tak bisa dikesampingkan. Hal itu membuat kerajaan-kerajaan kecil tak memiliki banyak pilihan kecuali tunduk di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan besar agar tetap bisa bertahan, alih-alih mencatatkan diri dalam sejarah.
Sementara itu di sebuah desa kecil yang asri dan damai jauh dari hiruk pikuk aktifitas warga di pusat kuta raja,
Hantaman gada terdengar silih berganti di sebuah rumah berpekarangan luas di pinggiran desa. Teriknya sinar matahari serta panasnya tungku pembakaran besi tak menghalangi semangat para pekerja untuk terus menempa besi-besi itu guna mendapatkan senjata dengan kualitas terbaik. Kualitas senjata yang mereka buat memang telah tersohor di khalayak luas, bahkan istana. Senjata-senjata buatan Mpu Geger membuat Kerajaan Welirang cukup disegani di tanah Jawa. Gagahnya prajurit di medan perang, kecerdasan para panglima perangnya, ditambah dengan senjata-senjata hebat yang mereka gunakan sudah cukup membuat ciut nyali musuh meski sebenarnya Welirang bukanlah kerajaan besar.
"Hei, Parwan," kata seorang pria berambut putih dengan jenggot panjang berwarna senada di antara suara hantaman palu.
"Iya, Mpu," jawab lelaki yang bernama Parwan.
"Kemana sahabatmu yang satu itu ? kenapa belum kembali juga setelah pamit makan siang ?" tanya Mpu Geger.
"Entahlah, Mpu. Saya belum menjumpainya."
"Carilah dia. Aku khawatir telah terjadi sesuatu dengannya."
"Baik, Mpu," jawab Parwan lalu segera pergi mencari sahabatnya.
Setelah mencari ke sana ke mari, akhirnya Parwan menemukan sahabatnya. Saat itu ia melihat sahabatnya sedang tidur dengan nyaman di atas dahan pohon. Rupanya semilir angin, ditambah perut yang kenyang membuat pria itu terlena lalu tertidur disana hingga lupa untuk kembali ke pekerjaannya. Parwan berjalan pelan-pelan mendekati pria itu. Parwan yang memang jahil, lalu menusuk pantat pria itu dengan ranting hingga ia terjatuh dari dahan pohon. Untungnya dahan itu tidak terlalu tinggi.
"Ahh, aduh," pekik pria itu sambil memegangi pinggangnya.
"Hahahaha ..."
Bukannya menolong Parwan malah menertawai sahabatnya yang sedang meringis kesakitan di tanah.
"Sial kau," hardik pria itu sambil melemparkan ranting kering ke arah Parwan. Parwan tak bergeming, ia masih terus menertawakan pria itu.
"Hei Damar, teman-temanmu sedang sibuk bekerja dan kau malah enak-enakan tidur di sini," kata Parwan setelah puas menertawakan Damar.
"Kau ini merusak mimpi indahku saja," jawab Damar kesal.
"Kau masih memimpikan gadis itu ?"
"Hari ini ia menunggangi kuda dengan pedang di tangannya."
"Ohh, mungkin dia ingin membunuhmu."
"Ngawur ..." jawab Damar sambil memukul Parwan.
"Sakit, Mar," pekik Parwan. "Secantik apa sih gadis itu ?" tanya Parwan lagi, penasaran.
"Aku tak bisa menggambarkannya. Bak dewi yang jatuh dari kahyangan."
"Putri Sekar Ayu, lewat ?"
"Hmm, aku belum pernah bertemu Putri Sekar Ayu, tapi aku yakin gadisku jauh lebih cantik darinya," jawab Damar dengan penuh keyakinan.
"Jangan-jangan dia lelembut yang menyukaimu, lalu diam-diam menemuimu di alam mimpi."
"Huss. Jangan menakutiku !!"
"Habisnya mimpimu itu aneh."
"Sudahlah. Susah bicara dengan orang yang tak paham sepertimu."
"Loh, kok aku ? kau itu yang aneh," kata Parwan kesal.
Damar dan Parwan berjalan menuju tempat mereka bekerja. Sepanjang jalan Damar lebih banyak diam, ia memikirkan kembali perkataan Parwan. Benar juga kata Parwan, mana mungkin gadis secantik itu hidup di dunia nyata. Ada banyak gadis cantik di desanya, namun tak pernah ia menjumpai yang secantik gadis yang sering muncul di dalam mimpinya. Bagaimana jika memang ia bangsa lelembut yang sengaja mengganggunya di alam mimpi ? Damar jadi merinding saat membayangkan hal itu.
Selama beberapa bulan belakangan, Damar selalu bermimpi melihat seorang gadis yang belum pernah ia temui sebelumnya. Kecantikannya membuat Damar susah menjalani hidup di dunia nyata karena dunia mimpi jauh lebih menyenangkan. Gadis itu bak seorang putri, memakai selendang hijau dan bermahkotakan emas di kepalanya. Jika biasanya seorang putri bangsawan menaiki kereta emas, gadis ini justru gemar menunggang kuda. Rambut panjangnya hitam berkilau diterpa sinar matahari, terurai diterpa angin di atas kuda yang ia tunggangi. Sorot matanya tajam namun tetap tersirat keanggunanan pada dirinya.
"Kau tak mendengarkanku ?" tanya Parwan membuyarkan lamunan Damar.
"Iya iya aku dengar," jawab Damar pura-pura. Padahal dari tadi ia tak paham apa yang dikatakan Parwan.
"Permisi anak muda," kata seorang kakek tua yang entah darimana asalnya tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Damar dan Parwan.
"Kau ini mengagetkanku saja, Ki," kata parwan spontan, lalu Damar memelototinya agar ia lebih sopan pada orang tua.
"Maafkan aku anak muda," jawab kakek tua itu.
"Ada yang bisa kami bantu, Ki ?" tanya Damar.
"Begini anak muda ..."
Kakek tua itu mengaku datang dari jauh untuk mengunjungi candi suci yang berada di atas Bukit Pujon, namun karena usianya yang tak lagi muda ia tak sanggup lagi untuk berjalan. Ia juga mengaku telah kehabisan bekal. Jangankan untuk menyewa kereta kuda, untuk perbekalan selama perjalanan saja sudah tak ada lagi. Jadi kakek tua itu bermaksud meminta bantuan Damar dan Parwan untuk mengantarkannya ke Bukit Pujon.
"Baiklah, Ki, tunggulah di sini aku akan menjemputmu dengan kuda milik majikanku," kata Damar.
"Tidak anak muda, punggungku tak kuat jika harus naik kuda."
Damar dan Parwan saling melempar pandang, lalu mereka bedua kembali memandangi kakek itu dengan tatapan bingung. Si kakek hanya tersenyum memperlihatkan giginya yang mulai habis termakan usia.
Tak lama kemudian, bahkan ibu David yang masih dirawat di rumah sakit juga ikut diselidiki. Di internet, banyak orang yang mendesakku untuk segera mengembalikan uang, tetapi aku mengunggah surat cerai dan memberikan klarifikasi.Aku menyatakan bahwa David berselingkuh dan memiliki anak dengan wanita lain selama pernikahan kami dan kami sudah bercerai. Aku juga menegaskan bahwa kini dia bukan lagi suamiku dan aku tidak menikmati sepeser pun dari uangnya.Bersamaan dengan itu, aku mengumpulkan bukti dari para pelaku perundungan online yang menyerangku dan langsung melaporkannya ke polisi. Pihak berwenang pun merilis beberapa klarifikasi.Disebutkan bahwa kecelakaan yang membuat David kehilangan kedua kakinya adalah akibat kecerobohannya sendiri karena mencoba menerobos lampu merah.Aku juga tidak pernah berselingkuh atau menggunakan uangnya untuk menafkahi pria lain, bahkan uangku dipakai oleh mantan suamiku untuk melunasi utangnya. Alasan aku tidak ke rumah sakit untuk menjenguknya adal
Saat tiba di kafe, aku melihat suamiku duduk bersama seorang wanita anggun. Wanita itu menggendong seorang anak yang sangat mirip dengannya. Suamiku mengenakan pakaian bermerek, duduk dengan angkuh, lalu memperkenalkan wanita itu, "Ini temanku."Aku hanya tersenyum sinis, lalu berdiri dan menyiramkan kopi dingin ke arahnya. Dia menatapku dengan penuh kemarahan, lalu menggertakkan gigi dan berkata, "Kamu sudah gila ya? Apa-apaan ini?"Aku tertawa sinis, "Anak ini mirip sekali denganmu. Kamu pikir aku buta dan nggak tahu wanita ini adalah selingkuhanmu?"Anak itu tampak ketakutan, sementara wanita itu memeluknya erat dan menatapku dengan penuh kemarahan. "Pantas saja David mau cerai sama kamu. Bahkan pengemis saja mungkin nggak mau sama wanita sepertimu."Ternyata, tujuannya menemuiku hari ini adalah untuk mengajukan perceraian. Hatiku mencelos, "Dia mau cerai denganku karena kamu, 'kan?"Wanita itu tersenyum bangga, "Tapi, menurutmu kenapa David nggak mau punya anak denganmu?" Dia menga
Mendengar ucapan suamiku, aku hampir tertawa saking kesalnya. Di kehidupan sebelumnya, dialah yang berselingkuh dalam pernikahan kami. Bahkan ketika aku meninggal, dia sudah memiliki anak berusia tiga tahun. Namun sekarang, dia malah menuduhku berselingkuh dengan pria lain.Sebelum sempat mengatakan apa pun, aku melihat kilatan kamera ponsel dari kerumunan. Rupanya, seseorang sudah mulai merekam semua kejadian ini. Suamiku tampak gemetaran karena marah. Wajahnya memucat dan urat di lengannya menonjol seolah-olah siap meluapkan kemarahannya.Aku langsung menyadari niatnya. Dia ingin menggunakan momen ini untuk kembali menjual kisah sedihnya. Namun, aku tidak akan memberinya kesempatan itu.Aku mengangkat buku catatan keuangan di tanganku dan tersenyum. "Ane. Aku lagi periksa buku laporan toko, tapi di mata kalian, aku malah sedang menggoda pria lain?"Mertuaku tertawa sinis. "Masih berani menyangkal? Aku tahu persis orang seperti apa kamu ini. Dulu kamu nggak pernah peduli soal toko ini
Mungkin suamiku memang memiliki bakat alami di bidang ini. Dia menggunakan uang untuk membeli traffic online, membuat video-video yang menggambarkan dirinya sebagai pria yang mandiri dan kuat. Meskipun kenyataannya dia hanya menjual kisah tragis di depan para penonton.Ketika para pengikutnya bertanya mengapa istrinya tak merawatnya, dia hanya menjawab dengan ambigu dan memberikan senyum yang dipaksakan, "Sejak kecelakaan, sudah lama aku nggak melihat istriku."Dalam video, dia merekam makan siangnya yang hanya berupa sepotong roti kukus dan segelas air. Para penonton tercengang.[ Kamu lagi sakit, kenapa cuma makan sedikit? Kenapa keluargamu bisa membiarkanmu seperti ini? ]Dia tersenyum dengan getir, seolah-olah menyimpan beban yang tak bisa dia ungkapkan. "Gaji istriku habis untuk membayar utang dan kami hampir nggak punya uang lagi, apalagi dengan situasi seperti ini.""Tapi sudahlah, nggak usah dibicarakan lagi," lanjutnya. Dia berpura-pura ceria, lalu tersenyum lebar sambil menat
"Aku membawa mas kawin 340 juta, enam toko, dan 30-an perhiasan emas. Semuanya telah kamu gunakan untuk membayar utang. Nggak masalah kalau kamu nggak suka sama aku. Kembalikan semua barang-barangku, aku akan pergi sekarang juga."Para kerabat terkejut mendengar hal itu. "Benaran sebanyak itu? Pantas saja kalian tiba-tiba jadi sukses, ternyata punya menantu kaya."Wajah mertuaku langsung berubah pucat. "Utang apanya? Mas kawin apaan? Semua itu cuma bohongan, kalian jangan percaya sama ucapannya."Aku membalasnya, "Nggak masalah kalau kamu nggak mau ngaku, kita bicarakan saja ke kantor polisi."Mendengar ucapanku, ekspresi mertuaku langsung berubah. "Jalang, kalau sudah nikah, berarti kamu sudah jadi keluarga kami. Memangnya kenapa kalau kami pakai sedikit uangmu?"Para kerabat mengangguk. "Ya, sudah jadi sekeluarga, nggak perlu dibeda-bedakan lagi masalah uang."Pada saat ini, pintu ruang operasi terbuka dan suamiku didorong ke kamar perawatan. Mertuaku langsung bergegas bertanya, "Gim
"Brak!" Aku berdiri di tempat sambil menyaksikan tubuh suamiku terpental ke udara setelah ditabrak mobil. Jeritannya yang penuh kesakitan menggema di sekitar dan roda mobil yang tampak tak terkendali menggilas tubuhnya tanpa ampun."Krakk!" Suara tulang yang remuk bercampur dengan jeritan memilukan itu membuat orang-orang di sekitar terkejut dan bergidik.Aku berdiri di antara kerumunan, seolah-olah melihat kembali kehidupanku yang lalu. Dulu, aku yang mendorong suamiku ke tempat aman dan justru tubuhku yang terpental setelah ditabrak mobil. Roda kendaraan itu menggilas kedua kakiku dengan suara yang begitu menyeramkan, hingga orang-orang di sekitar ingin segera memanggil ambulans.Namun, suamiku menghentikan mereka dan justru membawaku ke klinik kecil dengan motornya. Di sana, aku hampir saja meninggal. Namun, akhirnya aku selamat meski harus kehilangan kedua kakiku dan menjadi cacat seumur hidup.Mertuaku menganggapku pembawa sial. Dia terus mengeluhkan kejadianku tertabrak dan mende
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen