Share

Badmi 2

Orang tua Irwan menyambut Naila dengan sangat baik bahkan sang ibu memeluk Naila erat membuat Naila bingung melakukan apa, memilih membalas pelukannya dengan menepuk punggungnya pelan. Ciuman juga didapat Naila saat melepaskan pelukan membuatnya lagi-lagi tidak tahu harus bersikap seperti apa, tapi tetap satu yang Naila lakukan berusaha bersikap sopan sekali dihadapan mereka.

“Irwan itu minta kita untuk ke Surabaya katanya mau nikah dan kita bingung nikah sama siapa secara pacar aja nggak punya tapi pas dia bilang nikah sama sahabatnya Frida kita langsung setuju karena nggak mungkin Frida punya teman nggak benar cukup dia aja yang nggak benar,” ucap Fauzan sebagai ayah dari Irwan “Pas kita lihat Naila eh malah ibunya yang langsung setuju katanya lebih cantik aslinya daripada foto.”

Naila terdiam mendengar penjelasan pria yang sudah menjadi mertuanya ini, menatap Irwan yang hanya diam saat sang ayah mengatakan demikian. Sentuhan pada tangan Naila membuatnya menatap sang pelaku dimana hanya diam mendengarkan pembicaraan para orang tua, entah kenapa Irwan seakan melindungi dirinya dan seketika membuat Naila merasa aman berada dekat dengan pria yang sudah berubah status menjadi suaminya.

“Kami di taman belakang aja kalian lanjutkan bicaranya,” ucap Irwan membuat mereka semua menatap kearahnya “Aku perlu bicara banyak sama Naila karena dia pasti masih kaget dengan pernikahan mendadak ini.”

Tanpa menunggu jawaban dari mereka semua Irwan langsung menarik Naila menuju taman belakang, Naila sendiri tidak tahu apa yang akan Irwan bicarakan saat ini karena semua serba mendadak baginya.

“Mama kamu suka tanaman banget ya?” 

Mengikuti arah pandang Irwan dan hanya mengangguk pelan dimana membenarkan perkatannya “Aku belum tahu banyak tentang kamu, atau aku harus memanggil nama lain?”

“Irwan Pradana usia tiga puluh lima ya bisa dikatakan seusia Yudo, pekerjaan aku....nanti kamu akan tahu sendiri pekerjaanku karena aku ingin kamu terkejut sama seperti pernikahan ini,” jawab Irwan dengan memberikan tatapan menggoda “Kamu pakai ini mulai sekarang,” sambung Irwan mengeluarkan dompet dan memberikan kartu pada Naila “Kamu sekarang tanggung jawabku dan itu adalah uang gaji saat kerja.”

“Kamu berikan ke aku?” tanya Naila yang diangguki Irwan “Berarti ada uang lain karena kamu bisa memberikan dengan sangat mudah.” Naila memberikan tatapan curiga.

Irwan tertawa mendengar kata – kata Naila “Bagaimana kamu tahu mengenai uang lain?” Naila hanya mengangkat bahu “Uang lain itu akan aku buka nanti saat kita ada di Jakarta.”

“Uang lain itu adalah milik kamu dan bisa kamu gunakan sesuai dengan kebutuhan kamu, nggak mungkin seorang pria yang sudah menikah tidak memiliki uang lain untuk menyambung kehidupannya saat seluruh gaji diberikan pada istri, aku nggak pernah masalah akan hal itu tapi setidaknya tahu diri digunakan untuk apa.”

Irwan mengangguk setuju mendengar perkataan Naila “Anak – anak ngajak ketemuan mau ikut?” Naila mengangkat alisnya mendengar pertanyaan Irwan “Hadi ngajak ketemuan di cafe orang tua kamu.”

Naila mencibir perkataan Irwan mengenai pesan dari Hadi “Kebiasaan memang dia minta gratisan mulu.”

Irwan tertawa mendengar kata – kata yang keluar dari bibir naila, memegang tangan Naila membuat mereka saling menatap satu sama lain. Naila sendiri bisa merasakan bagaimana perasaan Irwan pada dirinya melalui tatapan mata yang mereka berdua lakukan, saling memandang satu sama lain hingga akhirnya bibir Irwan menyentuh bibir Naila yang membuatnya menutup mata.

“Mata Yasmin ternoda,” teriak Yudo membuat mereka melepaskan ciuman “Sakit, Sayang.”

“Kamu tu kaya nggak pernah menikah aja,” omel Zahra “Nay, masih ingat nggak semalam saat Irwan mengucapkan akad dengan pegang tangan papa terus kata sah keluar dan kamu terkejut pas kita kasih tahu kalau sudah sah.”

“Bahkan tidurnya harus pisah kamar haduh malam pertama apaan ini,” sambung Yudo dengan tatapan menggodanya.

Menatap kesal pada kedua orang yang disayangnya itu dan menarik Yasmin untuk digendongnya, Irwan sendiri memilih duduk di kursi kosong untuk menemani Yudo sekedar berbicara. Naila menatap bagaimana Irwan berbicara dengan kakak – kakaknya dimana hampir sama seperti Benny saat mereka bersama dahulu tapi sekarang bukan pria itu melainkan pria lain yang akan menemani dirinya sampai akhir hayat nantinya.

“Kamu udah sarapan?” tanya Indira yang berada disamping Naila yang hanya  menggelengkan kepala “masakan Irwan mantap banget.”

Naila mengerutkan keningnya “Memang masak apa?”

“Lihat aja sendiri tadi kita makan sama mertua kamu juga.”

“Kenapa aku nggak diajak?” menatap kesal pada Irwan yang membuat pria tersebut tersenyum  “Aku mau makan dulu kalau gitu.”

Memberikan Yasmin kembali pada Zahra dan melangkah masuk kedalam dimana ada bibi yang baru saja keluar dari kamar tamu, Naila menatap bingung bibi yang keluar dari ruang tamu.

“Semalam Mas Irwan tidur disana dan bibi bersihkan supaya bisa langsung istirahat,” jawab bibi saat menatap Naila “Mbak udah mau makan, mau dibuatkan apa?”

“Ini sudah aku panasin,” ucap Irwan sebelum Naila menjawab “Makasih sudah dibereskan dan maaf merepotkan,” sambung Irwan menatap bibi setelah meletakkan makanannya.

Naila menatap bagaimana sikap Irwan saat ini yang pastinya berbeda dengan kedua pria sebelumnya, Naila memang merasakan perbedaan besar antara mereka semua dan mencoba untuk bisa menerima Irwan sejauh ini.

“Bagaimana rasanya?” tanya Irwan yang membuat Naila menatap bingung “Aku yang buat.”

Mengangguk paham mendengar perkataan Irwan “Enak hanya saja terlalu kerasa penyedapnya dan untuk beberapa orang ini nggak bagus.”

Irwan mengangguk mendengar perkataan Naila “Semua orang lebih menyukai rasa yang seperti itu.”

Menggelengkan kepala pelan mendengar perkataan Irwan “Orang yang memiliki penyakit akan susah jika makan menu seperti ini.”

Irwan membenarkan perkataan Naila “Lantas bagaimana kita tahu orang tersebut sakit atau sehat karena kita sebagai chef hanya mengikuti standard yang sudah ada dan berarti adalah menu itu sudah menjadi patokan kami dan tidak mudah mengubah begitu saja.”

Memilih diam karena memang tidak tahu jawabannya apa, melihat reaksi dari Naila membuat Irwan menarik serta menghembuskan nafas panjang. Irwan tahu jika dirinya terlalu keras saat mengatakan hal tersebut, dimana dirinya belum memberitahukan siapa sebenarnya Irwan nantinya yang pasti akan membuat wanita yang ada dihadapannya terkejut.

“Kalian akan balik kapan?” Indira mendatangi mereka yang ada di meja makan bersama dengan Wati yang tidak lain adalah mertua Naila atau ibu kandung Irwan.

“Aku besok malam tapi kalau Naila masih mau liburan nggak masalah secara waktunya dia sebelum masuk masih lama, biarkan dia liburan dulu disini dan aku kembali karena masih banyak pekerjaan.”

Naila hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka karena memang tidak tahu pekerjaan Irwan sebenarnya, sedikit bersyukur karena Irwan meninggalkan dirinya disini dengan dia yang kembali terlebih dahulu. Menatap Irwan yang tampak biasa saja membuat salah satu sudut hati Naila tidak tega dibuatnya karena bagaimana pun mereka sudah sah menjadi pasangan suami istri yang berarti harus mengikuti kemana sang suami berada.

“Aku juga kembali besok malam.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status