Beranda / Romansa / Bahagia Usai Bercerai / Arion Mahaprana Hengkara

Share

Arion Mahaprana Hengkara

Penulis: Melisristi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-18 08:13:05

“Ya ampun Arion? Putraku!” Tuan Hengkara segera memeluk putranya kala topi itu terlepas, membuat beberapa orang yang ada di sana menganga tak percaya. Apalagi teruntuk Aditya dan Derina, keduanya terkejut setengah mati. Ekspresi Kirana? Jangan tanyakan lagi, ia benar-benar terkejut atas apa yang ia dengar. Apa katanya? Putraku? Itu berarti orang yang baru saja menolongnya tak lain… ? 

“A--apa maksud Anda, dia adalah putra Anda?” tanya seseorang. 

“Jelas ini putraku, Arion Mahaprana Hengkara!” ujar Tuan Hengkara penuh bangga. Pria itu menepuk bahu Arion. Ya, dia Arion Mahaprana Hengkara, putra satu-satunya keluarga Hengkara! Pewaris tunggal Hengkara! 

“Kapan kamu pulang, Nak? Kenapa tidak berkabar?” tanya Tuan Hengkara merasa pangling akan putranya ini, wajar 5 tahun putranya itu berada di luar negeri dan sekarang dia sudah kembali. 

“Tentu saja untuk memberi kejutan, Ayah. Sekaligus melihat siapa yang pantas untuk bekerja di perusahaan Hengkara dan siapa yang tidak layak untuk bekerja di perusahaan Hengkara!” ucapnya melirikan mata pada Aditya. Aditya gelagapan, ia salah tingkah dilihat oleh Arion. 

“Ya ampun Tuan, ternyata ini putra Anda?” Dengan tiba-tiba Aditya melembutkan suaranya, mendadak akrab dengan Arion. “maafkan saya Tuan Arion, saya kira Anda bukan bagian dari keluarga Hengkara. Maafkan saya.” Aditya sedikit membungkuk, benar-benar salah duga bahwa pria yang berpenampilan satpam ini justru anak tunggal keluarga Hengkara! 

Beberapa orang yang tadi menatap cengo mendadak pula mendekat pada Arion. 

“Senang bertemu Anda tuan Arion ….” Seseorang ikut-ikutan menyapa, tidak satu dua melainkan orang-orang yang tadi sudah menuduhnya. Meminta maaf dan merasa sungkan karena baru mengetahuinya sekarang. 

“Kami melakukan kesalahan, maafkan kami Tuan,” ucapnya. Arion hanya diam malas menanggapi. 

“Rekaman video yang kalian rekam tadi mana?” tanyanya dengan dingin, menatap nyalang salah satu diantara mereka. 

“I–inii Tuan.” 

Arion mengambil ponsel tersebut, rekaman tanpa didasari bukti jelas akan menciptakan kesalah pahaman. 

“Apa yang kalian lihat dan dengar tidak seperti yang kalian pikirkan. Wanita ini,” tunjukknya dengan gerakan mata, “lututnya terluka parah, untuk itu saya membantunya.”

Kirana menunduk kala beberapa orang langsung melihatnya, benar-benar malu. 

“Jauhkan pandangan kalian dari menatapnya!” Ucapan Arion berikutnya membuat orang-orang langsung mengalihkan perhatian. Arion tau perempuan itu sedang ketakutan. 

“Ah, aku percaya pada putraku, tidak mungkin dia melakukan hal yang tidak sewajarnya di sini,” ucap Tuan Hengkara menepuk bangga putranya. “sekarang katakan, kenapa kau datang dengan baju seperti ini? Kau tau, siapa saja tidak akan ada yang mengenalimu termasuk Ayah sendiri,” ucapnya. Terlihat beberapa orang yang mendengar ikut penasaran. 

“Tidak ada apa-apa Ayah, aku hanya tak ingin menjadi pusat perhatian nantinya. Malas saja,” jawabnya. Memang, Arion tipekal laki-laki yang tidak suka keramaian, jika ada acara begini maka ia akan menghindarinya. 

Acara yang diadakan di kediaman Hengkara memang tidak diketahui Arion sama sekali. Untuk itu saat ia datang ke tanah kelahirannya ia langsung berinisiatif memakai pakaian satpam. Dan ternyata dugaannya benar, bahwa keluarganya diam-diam membuat acara menyambut kedatangannya. Karena dirinya yang tak suka menjadi pusat perhatian membuat Arion menunggu di luar dengan pakaian satpamnya. 

“Hem, padahal acara ini khusus diadakan untuk menyambutmu, tapi kau malah asik sendiri di sini, dan …kau justru menolaknya,” ucap Tuan Hengkara menggelengkan kepala. 

Arion mengedikan bahunya acuh. “untuk apa membuka acara besar-besaran jika di sisi lain orang-orang memanfaatkan momen tersebut?” celetuk Arion tanpa dipahami Tuan Hengkara, sedang di sisi lain ada beberapa orang yang langsung mengalihkan perhatiannya. Mendadak tegang. 

“Ayah, akhiri saja acaranya, Ayah tau bukan kalau aku tidak suka dirayakan? Dan Ayah tau kalau aku paling malas bertemu dengan orang-orang!” 

Sudah tahu akan sifat Arion membuat Tuan Hengkara hanya bisa menghela napas. Tidak ada pilihan lain selain mengiyakan keinginannya itu. 

“Baiklah. Vikram, atur semua acara ini untuk dihentikan. Kau mendengar apa yang putraku mau bukan?” ucap Tuan Hengkara pada asisten pribadinya. 

Vikram mengangguk paham. “Baik Tuan, laksanakan!” Pergi sesuai arahan, mendadak suasana jadi diam. 

“Kalian,” perintah Tuan Hengkara, “kalian semua juga bisa pulang, acara ini sudah selesai.”

Beberapa orang saling melirik sebelum kemudian mengangguk paham. Pamit untuk pergi. 

“Pulang!” Aditya menarik paksa lengan Kirana yang sedari tadi diam. Perempuan itu memang tidak berguna, hanya bisa malu-maluin saja, pikir Aditya. 

“Mas, sakit.”

“Makannya cepet jalannya, kau—”

“Tunggu!” 

Langkah Aditya maupun Kirana terhenti, keduanya melihat Arion berjalan ke arahnya. 

“Atas dasar apa kau memiliki hak untuk menyeretnya?” ucap Arion lugas, melepaskan tangan Aditya yang sebelumnya mencengkram pergelangan tangan Kirana. “seakan tidak terlahir dari rahim seorang wanita, kau bahkan tidak mampu berlaku lembut pada wanita!” 

Aditya terperangah, hendak menyangkal namun Arion dengan cepat berkata. “kalian sudah bercerai bukan? Talak 3 yang kau sematkan bahkan terdengar sampai ke langit, sangat berdosa jika kau mengingkari ucapanmu itu.” Untuk kedua kalinya bibir Aditya benar-benar terkatup atas ungkapan Arion padanya. Mendadak tak berkutik, ia terdiam dengan bibir kelu. Teringat akan talak 3 itu, Aditya menatap Kirana dengan tatapan sayu. Menyesal setelah sadar akan kesalahannya. 

“Ikut denganku, lututmu perlu diobati lagi, jika tidak darahmu akan terus keluar.”

Kirana menunduk menatap lututnya, baru sadar bahwa luka itu kembali mengucur dengan sendirinya. 

“Ah Tuan, biarkan saja. Nanti saya sendiri yang akan mengobat—”

“Ikut denganku Nona Kirana ….”  Seketika pandangan keduanya bertemu saat Arion memotong ucapan Kirana. Perempuan itu melebarkan pupil matanya tatkala manik hitam legam milik Arion bersibubruk dengannya. Manik hitam legam itu … kenapa terasa familiar? 

Jantung Kirana berdegup sangat cepat, ia menunduk dengan perasaan yang aneh. Kenapa? Kenapa saat ia melihat manik hitam legam itu … ia merasa pernah berjumpa? Tapi di mana? 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bahagia Usai Bercerai   Nama Bayi Perempuan Kirana

    “Kirana …,” ucap Ningsih dengan suara lirih. Tak kalah terkejutnya, Ningsih meneguk salivanya susah payah. Pun dengan Aditya yang juga sama terkejut. “Kiran …!” Ningsih langsung berlari menuju Kirana, memegang tangannya kemudian berkata, “Kiran, tolongin Adi, Kiran … tolong keluarin dia. Dia nggak bersalah. Sama sekali nggak!” kata Ningsih dengan berderai air mata. Kirana terkejut, bukan pada Aditya yang sekarang berada di penjara melainkan pada kaki Ningsih yang bisa bergerak. “Ibu tidak lumpuh?” tanya Kirana dengan raut tak percaya. Ningsih seketika terdiam, menatap kakinya yang ditatap pula Kirana. “Kiran … maafin Ibu ….” ujarnya dengan berderai air mata. “Maafin Ibu yang udah bohongin kamu. Maaf ….”Jantung Kirana berdegup sangat cepat. Jadi, selama ini … Ningsih hanya berpura-pura?“Ibu membohongiku selama ini? Bertahun lamanya? Kenapa, bu? Kenapa?!” teriak Kirana seakan benar-benar menjadi manusia terbodoh. Entah apa alasan Ningsih melakukan ini semua, namun selama menjadi

  • Bahagia Usai Bercerai   Bertemu Kembali

    Ningsih terkejut, baru sadar bahwa ia tak memakai kursi roda sebagai alat kepura-puraannya. Selama ini baik kerabat, tetangga bahkan RT, RW sekalipun Ningsih selalu menerima bantuan berupa uang. Tak hanya itu orang-orang juga mengasihaninya sampai memberi beberapa hal seperti sembako dan kebutuhan lainnya. Walau memang tidak setiap bulan tapi Ningsih selalu diberi beberapa bansos tersebut. Dan sekarang ketika beberapa pasang mata menatap Ningsih membuat perempuan itu benar-benar gelagapan. “Bu saya--saya–”“Ooh ternyata begini kelakuan aslinya Bu Ningsih? Astaghfirullah….” Orang-orang yang ada di sana mengucap istighfar, namun ada beberapa orang pula yang langsung mengumpat tersebab marah. “ Dasar tidak tau malu! Pantas sekarang anaknya masuk penjara! Buah dari Karma emang nggak pernah jauh dari Ibunya!” kata tetangga yang memiliki mulut pedas. Hal itu jelas mengundang tatapan Ningsih. “Apa? Di penjara? Maksud kalian apa ya? Putra saya ada di rumah, mana ada masuk penjaraa!” kata

  • Bahagia Usai Bercerai   Masuk Penjara

    “Ini kesalahan kamu Adi! Andai saat itu kamu nggak cerai sama Kiran, mungkin semua ini nggak bakal kayak gini!” cecar Ningsih dengan marah yang terus berlanjut. Saat ini Aditya sudah pulang ke rumah dan ia malah disuguhi omelan Ningsih yang tidak ada henti-hentinya. “Bu, berhenti bawa-bawa nama Kirana! Dia udah nikah, bahagia dengan kehidupannya sekarang!” kata Aditya jengah. Ibunya itu selalu saja menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi. Padahal sudah beberapa bulan berlalu tapi Ningsih tampaknya belum menerima keadaan ini. Wajar, Kirana yang apa-apa dijadikan layaknya babu, kini tampak sepi sebab tak ada pembantu. “Dan lagipula, Kirana berhak bahagia untuk sekarang dan seterusnya … sebab jika hidup kembali bersama kita, sudah dipastikan Ibu bakal jadikan dia pembantu.” “Heh, mana tau kamu bicara gitu hah?! Ibu—” “Bu, sudahlah… yang terjadi biarlah terjadi!” Ningsih menatap tajam sang anak, hah! Anak itu mana tau susahnya Ia jika harus bekerja rumah seorang diri! Mana t

  • Bahagia Usai Bercerai   Sebuah Rahasia Tersembunyi

    Derina duduk manis di hadapan calon mertuanya. Ya, siapa lagi kalau bukan Ibunya Aditya. Namun, yang ditatap justru hanya menampilkan raut cueknya, terlihat sekali bahwa Ningsih enggan melihat Derina. “Bu, kedatangan Derina ke sini….”“Ibu udah tau!” jawab Ningsih memotong ucapan Aditya yang hendak mengeluarkan bicaranya. “Ibu tidak setuju!” ucapnya blak-blakan dengan wajah yang menatap Derina. “ibu butuh menantu yang bakal fokus ke rumah tangga, bukan ngejar karir seperti kamu!” ucapnya terang-terangan. “Ibu pengen yang seperti Kiran, nurut dan gak banyak tingkah!”Derina yang mendengarnya jelas marah, ia paling tidak suka jika harus dibanding-bandingkan. Dan secara terang-terangan orang di depannya ini membandingkan dirinya dengan Kirana. “Bu, ini tidak seperti yang ibu pikirkan. Derina seperti ini sebab—”“Tidak ada alasan apapun. Ibu tetap menolak!” Dalam diam Derina menahan gejolak amarahnya.Cih, lagipula siapa yang mau menjadi menantunya? Yang hanya dijadikan pembantu? Buka

  • Bahagia Usai Bercerai   Sosok Bermuka 2

    “Sayang?” Kening Arion mengerut tatkala melihat dua orang yang sangat ia kenal. Tatapan matanya seketika langsung menajam. Aditya maupun Derina langsung tukar pandang, mendadak terkejut sebab ada Bosnya di sini. “Tuan Arion? Anda di sini?” tanya Derina ramah. Arion terkekeh lucu, memasukan tangan kanannya ke dalam saku celana. “Apa yang barusan kalian bicarakan dengan istri saya?” ucapnya berhasil membuat mata Derina maupun Aditya melebar. Apa katanya? Istri? “Tuan, A--anda tidak salah? Istri?”“Ah, tentu saja kalian tidak tau. Biar saya perjelas saja di sini. Kalian bisa melihat wanita yang ada di sisiku ini kan?” Arion menarik pinggang Kirana, dia menarik sudut bibirnya dalam memandang Derina apalagi terhadap Aditya. “Dia istri saya, kami sudah menikah yang mana tidak dipublikan.”“Mas?” Kirana mencubit pinggang Arion, kesal sekali kenapa suaminya itu malah membuka status mereka. “Kenapa sayang? Katakan, tadi mereka mengatakan apa tentangmu?” Mendengar pernyataan itu tangan A

  • Bahagia Usai Bercerai   Belum Selesai

    Sudah 7 bulan berlalu, dan kini usia kandungan Kirana sudah memasuki 8 bulan lebih. Ada banyak hal yang dialami oleh ibu muda itu, namun untungnya Kirana mampu mengkondisikan keadaan tersebut dengan baik. Takut terjadi apa-apa pada si bayi, Kirana memilih lebih berhati-hati dalam hal apapun. “Sayang?”Arion dengan jas mewahnya, menghampiri Kirana yang saat ini tengah duduk di tepi ranjang. “Pakaikan mas dasi dong?”Kirana tersenyum tipis kala Arion duduk berhadapan padanya. Dengan penuh telaten Kirana memakaikan dasi pada leher sang suami.“Mas tampan tidak?” tanyanya. “Ya jelas tampan, Mas. Mas selalu tampan setiap hari.”“Beneran?”“Hmm.”Arion mendelik kecil. “kok gitu jawabnya? Cuman hhmm?”Kirana terdiam dari gerakannya sejenak. “Ya terus, harus jawab gimana? Kan aku udah jawab. Mas selalu tampan setiap hari….” Kirana mencubit pelan hidung Arion yang mancung, gemas sekali. “Kenapa sih? Jangan cemberut kayak gitu.” Kirana menegur, Arion itu lucu sekali dimatanya, jadi teringat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status