Home / Romansa / Bahagia Usai Bercerai / Ku Kira Petugas Satpam, Ternyata...

Share

Ku Kira Petugas Satpam, Ternyata...

Author: Melisristi
last update Huling Na-update: 2024-10-18 08:12:06

‘’Kamu Kirana Farhana, aku ceraikan dengan talak 3!’

Ucapan yang belum genap lima menit itu terus terngiang di telinga Kirana. Dengan langkah sempoyan Kirana berjalan. Namun karena merasakan sakit di bagian lutut ia mendadak berhenti di tempat. Dilihatnya lutut itu yang berdarah, mungkin saat tadi Aditya yang mendorongnya tanpa perasaan, tanpa tahu bahwa lututnya terkena batu yang cukup keras. 

Kirana meringis sakit, darahnya mengucur tanpa bisa dicegah, bingung untuk menghentikan pendarahan agar tidak keluar semakin banyak.

“Bersihkan lukanya dengan ini.” 

Di tengah rasa sakit itu tiba-tiba seseorang mengulurkan sebuah botol yang berisi cairan, entah apa, Kirana tidak tahu. Ia mendongak mendapati seorang petugas satpam dengan topi yang menutup setengah wajahnya. 

“Terima kasih, Pak. Tapi saya tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil.” Mencoba tersenyum, Kirana mencoba kuat di hadapan orang yang mengasihaninya. 

“Ck! Kalau tidak dibersihkan lukanya akan terkena infeksi.” Pria itu berjongkok, mengeluarkan sebuah kasa dan juga cairan tersebut. Dengan baju satpam yang ia kenakan, Kirana dibuat tak percaya akan sosoknya. Perasaan seorang satpam tidak akan sepeduli ini, kan? 

“Ah!“ Kirana menjerit perih saat lukanya diberi cairan yang cukup banyak. Sangat perih, seperti terkena perasan jeruk nipis. 

“Maaf, cairannnya terlalu banyak. Tapi dengan begini lukamu nanti akan cepat berhenti.”

Kirana hanya diam, ia menahan rasa perih dengan menggigit bibir bawahnya. 

“Shhh … ah … tolong pelan-pelan ….” Kirana tidak tahan untuk tidak mengeluarkan suara. Rasanya benar-benar sakit sekaligus perih saat orang itu  menekan sedikit lukanya. Walau pelan namun terasa perihnya. 

“Ah!” Untuk sekian kali Kirana dibuat menjerit kala petugas satpam itu malah memberikan obat betadine. Namun tanpa Kirana ketahui jeritan itu justru tampak seperti sebuah desahan, yang mana terdengar oleh seseorang. Orang itu mengintip, menyaksikan atas apa yang terjadi. Tersadar bahwa dua orang itu melakukan hal mesum membuat seseorang itu pergi melaporkan.

“Kamu bisa berdiri?” tanyanya setelah membersihkan sebagian luka Kirana. 

“Lumayan, sekarang sudah mulai bisa digerakan,Pak. Rasa sakitnya juga tidak sesakit tadi,” jawab Kirana. Ia tersenyum kecil sebagai tanda sopan, “terima kasih ya, Pak. Semoga dengan begini kehidupan Bapak selalu dilancarkan dan dipermudah. Terima kasih.”

Kirana merasa ia sudah cukup berdiam diri di sini, ia harus segera pulang, pulang ke rumah yang entah harus ke mana. Pasalnya ia sudah dicerai, lantas jika ia kembali ke rumah mantan suaminya? Mungkin hanya hinaan yang akan ia dapati kembali. Tapi mengenai Ibu Aditya? Perempuan itu pasti akan mencarinya. 

Kirana menghela napas, lantas berdiri yang mana hampir terjatuh, namun untung petugas satpam itu dengan sigap menahan lengannya. Kirana terkejut, dengan cepat ia dorong dada pria itu. 

“Maaf—”

“Nah, ini, nih! Dua orang ini yang telah melakukan kemesuman di halaman rumah Tuan Hengkara!” Sebuah teriakan membuat Kirana maupun petugas satpam itu menoleh, terkejut tatkala mendapati orang-orang berbondong-bondong ke arahnya. 

“Lihat, sekarang saja mereka sedang berpelukan!” ucapnya lantang. 

Kirana menggeleng, melepas paksa pelukan yang baru ia sadari bahwa keduanya tengah berpelukan.“Bukan, ini tidak seperti yang kalian pikirkan!” jawab Kirana. 

“Halah sudah berbuat berani berbohong pula! Kami punya bukti mengenai kemesuman kalian di sini! Jangan mengelak deh!” seru beberapa orang heboh. Kirana makin menggeleng, semua ini tidak seperti yang mereka pikirkan. 

“Orang seperti mereka harus mendapat hukuman?!”

“Iya, mereka harus dihukum!” seru orang lain. “bisa-bisanya melakukan kemesuman di halaman rumah Tuan Hengkara!”

“Tolong percaya, kami tidak melakukan—”

“Tuan Hengkara datang, Tuan Hengkara datang!” Seru beberapa orang yang mana pemilik kediaman tersebut datang. Bukan hanya sosok pria yang dipanggil Tuan Hengkara yang datang, melainkan mantan suaminya—Aditya juga ada di sana. Berjalan tergesa dengan mata merah. Kemarahan itu tercetak jelas dalam sorot matanya. 

“Ada apa ini?” Suara tegas nan berat menambah ketegangna yang dirasa. Dia Tuan Hengkara, menatap dengan wajah yang penuh intimidasi. 

“Lihat, Tuan. Mereka, dua orang ini telah melakukan kemesuman di tempat Anda. Jika Anda tidak percaya Anda bisa mendengar rekaman ini.” Orang itu memperlihatkan ponselnya, memutar sesuatu yang mana suara Kirana yang terdengar seperti mendesah. 

‘Ah’

‘Shhh … ah … tolong pelan-pelan ….’

Suara itu, suara yang seharusnya terdengar menahan rasa perih dan nyeri justru terdengar seperti mendesah. Kirana yang mendengar itu saja seketika langsung menggeleng. 

“Bukan, kalian telah salah paham. Saya tidak berniat melakukan kemesuman di sini. Tadi, saya hanya—”

“Jadi begini kelakuan kamu selama ini, Kiran?” ucap Aditya tak percaya. “menjijikan!” desisnya meludah ke kiri. “aku tak percaya, menantu yang dimanjakan Ibu ternyata begitu murahan. Setelah dicerai bukannya sadar diri malah makin menjadi-jadi!”

“Kami tidak melakukan apapun! Semuanya—”

“Halah jalang ya tetep aja jalang! Dasar wanita murahan!”  ucap Derina ikut-ikutan. Tak memberi kesempatan Kirana untuk menyangkal apa yang sebenarnya terjadi. 

Aditya terkekeh sinis, entah kenapa melihat keterpurukan Kirana membuatnya senang. Selama ini hanya kebaikan yang ada padanya, sekarang terlihat bukan sosok aslinya? Cih! Memang wanita sepertinya pantas mendapatkan kesialan. Beruntung, beruntung ia menceraikannya hari ini, jika tidak malu sudah mukanya saat ini.

“Tolong percaya sama kami, sumpah demi apapun kami—”

“Setelah cerai kau bahkan memadu cinta dengan seorang satpam ini? Waww, kereen sekali.” Aditya menepuk tangan, ia tertawa senang, menatap petugas satpam itu dengan tawaan. Melihat dari bawah lantas ke atas yang mana wajahnya tertutup dengan topi. Hah, malulah dia telah berlaku mesum, mana di halaman rumah kediaman Hengkara. Dilihat dari pakaiannya terlihat jelas bahwa dia miskin. Sangat miskin. 

“Memang jodohmu itu yang seperti ini. Setara!” ucap Aditya lantang. Ucapan itu benar-benar terdengar sampai ke orang-orang yang ada di sana, sedang Kirana menangis terisak, ia tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. 

“Dibayar berapa kamu sama satpam ini, hah? 2 juta?” Tawa Aditya pecah, hal itu pula membuat orang lain ikut tertawa. 

Kirana mengepalkan tangannya, ia tidak bisa diam begini jika keadilannya sedang dipertaruhkan. 

“Kau—”

“Tuan Hengkara, mereka sudah berlaku mesum di kediaman Anda sendiri, bagaimana Anda akan diam saja melihat hal tak senonoh seperti ini?” Aditya memotong ucapan Kirana yang hendak mengelak, sengaja ia melakukannya biar istrinya itu merasakan apa itu kesengsaraan. Siapa suruh berani meminta cerai lebih dulu, inilah akibat yang akan terjadi. Sok-soan memang. 

Kirana yang sudah menangis dari tadi semakin menggeleng, tidak, ini bukan salahnya, ia hanya diam di sini tersebab lututnya yang sakit. Dan mengenai mesum itu, sumpah ia tak melakukan apapun selain mengobati luka lututnya. 

“Anda harus ambil tindakan Tuan. Ini, petugas satpam ini harus mendapat balasan atas apa yang dia lakukan.” Aditya menarik tangan petugas satpam itu di hadapan Tuan Hengkara. Satpam tersebut tampak menunduk saja. 

Tuan Hengkara bingung sendiri, namun atas apa yang terjadi memang tidak bisa ditolerir. Mau bagaimanapun ia harus ambil tindakan. 

“Heh, kamu bisu ya! Katakan sesuatu pada Tuan Hengkara! Katakan kesalahan yang baru saja kamu lakukan dengan wanita itu!” desis Aditya tepat di wajahnya yang tertutup topi. Sangat menyedihkan, satpam itu sepertinya malu karena kepergok berlaku mesum di kediaman Tuan Hengkara. Lihat saja apa yang akan Aditya lakukan pada dua sejoli itu. Tentu saja memalukan keduanya! 

“Coba jelaskan, apa yang dikatakan mereka mengenai kejadian di sini benar?” Tuan Hengkara membuka suara, susana yang tegang makin tegang untuk Kirana yang saat ini tidak bisa berbuat apa-apa. Sedangkan yang lain sudah tersenyum puas tersebab bisa melihat adegan yang sangat langka ini. 

“Kau mendengar apa yang saya katakan? Atau—”

“Ck! Apa yang harus aku jelaskan jika mereka sudah menyangkalnya sendiri, Ayah?” 

Deg! Apa? Ayah?! 

Petugas satpam itu membuka topinya, hingga… 

“Ya ampun Arion? Putraku!” 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bahagia Usai Bercerai   Nama Bayi Perempuan Kirana

    “Kirana …,” ucap Ningsih dengan suara lirih. Tak kalah terkejutnya, Ningsih meneguk salivanya susah payah. Pun dengan Aditya yang juga sama terkejut. “Kiran …!” Ningsih langsung berlari menuju Kirana, memegang tangannya kemudian berkata, “Kiran, tolongin Adi, Kiran … tolong keluarin dia. Dia nggak bersalah. Sama sekali nggak!” kata Ningsih dengan berderai air mata. Kirana terkejut, bukan pada Aditya yang sekarang berada di penjara melainkan pada kaki Ningsih yang bisa bergerak. “Ibu tidak lumpuh?” tanya Kirana dengan raut tak percaya. Ningsih seketika terdiam, menatap kakinya yang ditatap pula Kirana. “Kiran … maafin Ibu ….” ujarnya dengan berderai air mata. “Maafin Ibu yang udah bohongin kamu. Maaf ….”Jantung Kirana berdegup sangat cepat. Jadi, selama ini … Ningsih hanya berpura-pura?“Ibu membohongiku selama ini? Bertahun lamanya? Kenapa, bu? Kenapa?!” teriak Kirana seakan benar-benar menjadi manusia terbodoh. Entah apa alasan Ningsih melakukan ini semua, namun selama menjadi

  • Bahagia Usai Bercerai   Bertemu Kembali

    Ningsih terkejut, baru sadar bahwa ia tak memakai kursi roda sebagai alat kepura-puraannya. Selama ini baik kerabat, tetangga bahkan RT, RW sekalipun Ningsih selalu menerima bantuan berupa uang. Tak hanya itu orang-orang juga mengasihaninya sampai memberi beberapa hal seperti sembako dan kebutuhan lainnya. Walau memang tidak setiap bulan tapi Ningsih selalu diberi beberapa bansos tersebut. Dan sekarang ketika beberapa pasang mata menatap Ningsih membuat perempuan itu benar-benar gelagapan. “Bu saya--saya–”“Ooh ternyata begini kelakuan aslinya Bu Ningsih? Astaghfirullah….” Orang-orang yang ada di sana mengucap istighfar, namun ada beberapa orang pula yang langsung mengumpat tersebab marah. “ Dasar tidak tau malu! Pantas sekarang anaknya masuk penjara! Buah dari Karma emang nggak pernah jauh dari Ibunya!” kata tetangga yang memiliki mulut pedas. Hal itu jelas mengundang tatapan Ningsih. “Apa? Di penjara? Maksud kalian apa ya? Putra saya ada di rumah, mana ada masuk penjaraa!” kata

  • Bahagia Usai Bercerai   Masuk Penjara

    “Ini kesalahan kamu Adi! Andai saat itu kamu nggak cerai sama Kiran, mungkin semua ini nggak bakal kayak gini!” cecar Ningsih dengan marah yang terus berlanjut. Saat ini Aditya sudah pulang ke rumah dan ia malah disuguhi omelan Ningsih yang tidak ada henti-hentinya. “Bu, berhenti bawa-bawa nama Kirana! Dia udah nikah, bahagia dengan kehidupannya sekarang!” kata Aditya jengah. Ibunya itu selalu saja menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi. Padahal sudah beberapa bulan berlalu tapi Ningsih tampaknya belum menerima keadaan ini. Wajar, Kirana yang apa-apa dijadikan layaknya babu, kini tampak sepi sebab tak ada pembantu. “Dan lagipula, Kirana berhak bahagia untuk sekarang dan seterusnya … sebab jika hidup kembali bersama kita, sudah dipastikan Ibu bakal jadikan dia pembantu.” “Heh, mana tau kamu bicara gitu hah?! Ibu—” “Bu, sudahlah… yang terjadi biarlah terjadi!” Ningsih menatap tajam sang anak, hah! Anak itu mana tau susahnya Ia jika harus bekerja rumah seorang diri! Mana t

  • Bahagia Usai Bercerai   Sebuah Rahasia Tersembunyi

    Derina duduk manis di hadapan calon mertuanya. Ya, siapa lagi kalau bukan Ibunya Aditya. Namun, yang ditatap justru hanya menampilkan raut cueknya, terlihat sekali bahwa Ningsih enggan melihat Derina. “Bu, kedatangan Derina ke sini….”“Ibu udah tau!” jawab Ningsih memotong ucapan Aditya yang hendak mengeluarkan bicaranya. “Ibu tidak setuju!” ucapnya blak-blakan dengan wajah yang menatap Derina. “ibu butuh menantu yang bakal fokus ke rumah tangga, bukan ngejar karir seperti kamu!” ucapnya terang-terangan. “Ibu pengen yang seperti Kiran, nurut dan gak banyak tingkah!”Derina yang mendengarnya jelas marah, ia paling tidak suka jika harus dibanding-bandingkan. Dan secara terang-terangan orang di depannya ini membandingkan dirinya dengan Kirana. “Bu, ini tidak seperti yang ibu pikirkan. Derina seperti ini sebab—”“Tidak ada alasan apapun. Ibu tetap menolak!” Dalam diam Derina menahan gejolak amarahnya.Cih, lagipula siapa yang mau menjadi menantunya? Yang hanya dijadikan pembantu? Buka

  • Bahagia Usai Bercerai   Sosok Bermuka 2

    “Sayang?” Kening Arion mengerut tatkala melihat dua orang yang sangat ia kenal. Tatapan matanya seketika langsung menajam. Aditya maupun Derina langsung tukar pandang, mendadak terkejut sebab ada Bosnya di sini. “Tuan Arion? Anda di sini?” tanya Derina ramah. Arion terkekeh lucu, memasukan tangan kanannya ke dalam saku celana. “Apa yang barusan kalian bicarakan dengan istri saya?” ucapnya berhasil membuat mata Derina maupun Aditya melebar. Apa katanya? Istri? “Tuan, A--anda tidak salah? Istri?”“Ah, tentu saja kalian tidak tau. Biar saya perjelas saja di sini. Kalian bisa melihat wanita yang ada di sisiku ini kan?” Arion menarik pinggang Kirana, dia menarik sudut bibirnya dalam memandang Derina apalagi terhadap Aditya. “Dia istri saya, kami sudah menikah yang mana tidak dipublikan.”“Mas?” Kirana mencubit pinggang Arion, kesal sekali kenapa suaminya itu malah membuka status mereka. “Kenapa sayang? Katakan, tadi mereka mengatakan apa tentangmu?” Mendengar pernyataan itu tangan A

  • Bahagia Usai Bercerai   Belum Selesai

    Sudah 7 bulan berlalu, dan kini usia kandungan Kirana sudah memasuki 8 bulan lebih. Ada banyak hal yang dialami oleh ibu muda itu, namun untungnya Kirana mampu mengkondisikan keadaan tersebut dengan baik. Takut terjadi apa-apa pada si bayi, Kirana memilih lebih berhati-hati dalam hal apapun. “Sayang?”Arion dengan jas mewahnya, menghampiri Kirana yang saat ini tengah duduk di tepi ranjang. “Pakaikan mas dasi dong?”Kirana tersenyum tipis kala Arion duduk berhadapan padanya. Dengan penuh telaten Kirana memakaikan dasi pada leher sang suami.“Mas tampan tidak?” tanyanya. “Ya jelas tampan, Mas. Mas selalu tampan setiap hari.”“Beneran?”“Hmm.”Arion mendelik kecil. “kok gitu jawabnya? Cuman hhmm?”Kirana terdiam dari gerakannya sejenak. “Ya terus, harus jawab gimana? Kan aku udah jawab. Mas selalu tampan setiap hari….” Kirana mencubit pelan hidung Arion yang mancung, gemas sekali. “Kenapa sih? Jangan cemberut kayak gitu.” Kirana menegur, Arion itu lucu sekali dimatanya, jadi teringat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status