Share

Kemana mereka?

Pagi ini anak-anak bangun lebih awal. Bahkan semalam saja mereka tidak bisa tidur nyenyak. Sedikit-sedikit bangun. Katanya udah ga sabar nunggu pagi.

Selagi aku menyiapkan sarapan, mereka segera mandi.

Sarapan Kali ini aku tak perlu membeli gorengan, karena kemarin bu Fika memberi kami banyak bahan makanan.

Beras satu karung, telur, minyak goreng, mie rebus. Dan banyak lagi. Entah mengapa mereka selalu baik pada kami. Apa mereka hanya bersimpati saja pada kami? Semoga saja begitu. Aku tidak boleh berfikiran negatif tentang mereka.

Setelah sarapan siap, kami makan bersama.

"Kak, nanti kalau aku jalan-jalan lagi aku mau naik kuda bohongan yang bisa Muter lagi. Seruuu banget!" Sembari memakan makanannya dia tak henti-hentinya bercerita.

"Iya nanti cerita nya ya, sekarang Nita makan dulu" titahku.

"Bu, padahal ga usah sarapan, nanti juga aku bakalan di ajak makan lagi di tempat bagus" sambil memainkan sendok yang ada di tangannya.

"Pagi-pagi itu harus sarapan dulu, jangan nunggu nanti-nanti" memang Nita lebih banyak bicara di bandingkan dengan kakanya.

"Nanti kalau kalian pergi, jangan banyak maunya. Kalau bu Fika memberikan sesuatu harus bilang terima kasih ya" Kali ini bapak angkat bicara.

"Iya pak" kata Nisa.

"Ini jam berapa sih bu? Lama banget deh" Nita sepertinya mulai bosan.

"Kan bu Fika bilang akan jemput kalian jam 10, sekarang baru jam 8. Kalian main aja dulu" titahku.

"Ga mau, nanti baju aku kotor. Masa mau naik mobil bagus pakai baju kotor" jawab si kecil dengan nada sombongnya.

"Ya sudah kalau begitu kalian diam saja di rumah" titahku lagi.

Tidak beberapa lama, sepertinya suara mobil mendekat. Ke arah kami.

Nita dan Nisa berhamburan segera membuka pintu "itu pasti Salsa".

Dan benar saja, mereka datang lebih awal.

"Mah Salsa udah dateng!" teriak si kecil.

Aku turut ke luar, "masuk dulu bu!"

"Tidak usah bu, kami langsung berangkat saja ya" jawabnya.

Bu Fika langsung kembali ke mobil sambil di ekori  kedua anakku.

Kaca mobil terbuka "dadah ibu, aku sama kakak berangkat dulu, assalamu'alaikum" pamitnya.

Saking senangnya mereka, mereka sampai lupa mencium tanganku dan juga bapak.

Aku selalu terbayang-bayang wajah ceria mereka saat bu Fika menyuruh mereka bersekolah lagi.

Tapi yang menjadi fikiranku saat ini, bagaimana nanti?

Apakah aku sanggup membiayai mereka bersekolah? Tidak mungkin kan kalau aku harus menerima pemberian bu Fika terus? Ah gimana nanti sajalah. Aku harus percaya kepada Allah. Allah tidak mungkin memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.

Kebetulan hari ini aku tak ada kegiatan apapun. Aku akan membereskan rumah. Karena selama ini aku sering sibuk membanting tulang, sampai rumah tak terurus.

Aku akan membuang baju yang sudah tak terpakai, karena baju-baju itu sudah tak layak pakai.

Aku dan bapak berbincang, membayangkan kaceriaan mereka saat ini.

Bapak pun sama halnya denganku. Bapak memikirkan bagaimana nanti. Bapak tidak mau terus-terusan menerima pemberian mereka. Bapak tidak mau disebut memanfaatkan keadaan.

"Nita...Nita... Main yuk" suara anak-anak memecah keheningan.

Segera kubuka pintu.

"Nita nya ga ada, Nita sedang keluar" jawabku.

"Emang Nita kemana tante? Alhir-akhir ini Nita jarang main sama kita" tanya salah seorang anak.

"Nita nya lagi beli sesuatu dulu"

"Emang pulangnya jam berapa" 

"Tante gak tau, nanti kalo Nita pulang tante sampaikan ya? Terangku.

"Emang bener ya tante, Nita mau pindah ke rumah bagus?" pertanyaan seseorang membuat ku kaget.

"Kata siapa?" tanyaku.

"Kata Nita tante, kemarin Nita bilang kalau Nita mau pindah kerumah yang bagus banget!" jawab salah seorang.

Tiba-tiba dadaku sesak, aku tidak bisa berkata, hanya tangisan yang keluar dari mataku.

"Tuh kan bohong, liat saja ibu nya Nita aja ga bilang mau pindah" mereka berlalu pergi.

Apa maksud dari semua ini? Apa mereka hanya memanfaatkan anak-anakku saja? Tidak.. Aku tidak boleh membiarkan ini terjadi.

"Ibu kenapa? Kok nangis?" tanya bapak.

"Tidak pak, ibu tidak apa-apa" jawabku singkat.

"Jangan bohong, ibu kenapa? Tanya bapak.

"Aku tidak apa-apa pak, ibu hanya mengingat anak-anak saja. Benar kata bapak, kita tidak mungkin menerima pemberian mereka terus" kataku mengelak.

"Tapi bagaimana cara menolak mereka? Kemarin saja bapak tau, semakin ibu menolak bu Fika semakin memaksa" kataku.

Hari semakin siang aku menunggu kedatangan mereka. Hati mulai gelisah, cemas, takut semua bercampur.

Sampai fikiran buruk menggangguku. Apa mungkin anak-anakku di culik? Ah sungguh tidak mungkin! Kenapa aku b*d*h sekali? Aku terlalu polos. Aku tunggu sampai sore. Kalau sore mereka tidak juga pulang aku akan mencari mereka.

Aku tidak bisa diam sama sekali, hati ini sungguh tak bisa tenang. Dada ini rasanya sesak sekali.

Apa yang terjadi pada anak-anakku ya Allah? Berikan mereka perlindungan ya Allah, jauhkan mereka dari marabahaya.. Tak henti-hentinya aku memanjatkan do'a kepada Allah. Karena hanya kepada-Nya lah aku meminta dan berdo'a.

Setiap jam, menit, detik rasanya begitu lama. Keringat mengucur sangat deras. Ahh mengapa aku se b*d*h ini!.

"Bu, tenanglah bu, ibu kenapa seperti ini? Bapak jadi tidak tenang melihat tingkah aneh ibu" 

Tak ku hiraukan perkataan bapak. Fikiranku sedang kacau. Ya Allah semoga fikiranku tentang bu Fika ini salah. 

"Mereka sedang bersenang-senang, membeli semua keinginan mereka, manaiki permainan. Mereka sedang makan di tempat bagus seperti yang Nita katakan" hati ini bergumam, seolah menyangkal semua fikiran burukku.

Semoga ini hanya fikiranku saja, Bu Fika orangnya baik tidak mungkin mereka berbuat macam-macam kepada kedua anakku..

Ya Allah, hatiku sudah tak menentu. Kugigiti kuku pada jari-jariku.. 

Aku benar-benar sudah kehilangan akal.. Ya Allah semoga ini hanya dugaanku saja.

Sampai sore pun tiba mereka masih belum juga pulang.

Kemana mereka ya Allah. Semoga tidak terjadi sesuatu kepada mereka..

Hari semakin gelap, malam semakin larut.

Beberapa kali aku membuka pintu, melihat ke ujung jalan masih tak kulihat kedatangan mereka.

Ya Allah semoga semua dugaanku tidak benar.

Apa maksud dari cerita Nita pada temannya itu? 

Kenapa Nita tidak bercerita kepadaku?

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, masih tak kulihat kedatangan mereka.

Kulihat bapak sudah tertidur.

Hati ini begitu gelisah. Aku memutuskan untuk menunaikan shalat tahajud.

Kuambil wudhu, setelah itu kutunaikan shalat tahajud.

Dalam do'aku tak lepas dari si kecil. Semoga mereka diberi perlindungan Allah swt. Dan semoga semua prasangka burukku tentang bu Fika itu salah.

Tak terasa aku terlelap..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status