Share

Ingin bersekolah

#BAJU_BEKAS_UNTUK_ANAKKU_3

Setelah hari itu kulihat mereka sangat gembira.

Setiap pagi mereka bersemangat untuk bangun. "Aku tak sabar pengen pakai baju bagus" katanya.

Aku selalu tersenyum ketika mereka bangun, karena kini sudah tak ada rasa sedih lagi. Kini hari-hari ku jauh dari kata sedih.

Terlihat ada harapan dan semangat baru.

Tak terasa, sudah lebih dari 3 bulan aku bekerja di rumah bu Fika. Kini segala kebutuhanku tak pernah kurang.

Malu rasanya karena sungguh tak masuk akal, pekerjaanku yang tak begitu banyak harus di bayar dengan uang yang tidak sedikit. Belum lagi saat pulang aku selalu dibekalkan apa pun yang kubutuhkan.

Aku tak ingin disebut memanfaatkan keadaan, pernah suatu hari saat jadwalku bekerja, aku tak datang. Tapi bu Fika menyusulku. Aku malah semakin malu.

***

Deru mesin kendaraan terdengar sangat dekat di depan rumah, lalu berhenti.

Tak lama ku dengar suara ketukan pintu. Saat ku buka ternyata Bu Fika dengan Salsa sedang berdiri di balik pintu. Tapi kali ini bu Fika membawa suaminya.

Kupersilahkan mereka untuk masuk. Bu Fika membawa sebuah parsel berisi buah-buahan. Sekarung beras dan beberapa makanan untuk anak-anak.

"Assalamu'alaikum bu Sari, maaf saya datang tidak mengabari terlebih dulu. Kami sengaja, karena tidak ingin merepotkan ibu. Dan perkenalkan ini suami saya"

"Wa'alikum salam, kenapa mendadak begini?" sambil mempersilahkan masuk.

"Maksud kedatangan kami ke sini, karena suami saya sudah mendengar cerita dari Salsa. Setelah itu Salsa minta katanya mau ke rumah Nita. Sekalian ini ada beberapa sembako. Tolong terima ya bu" 

Sungguh aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.. Aku hanya bisa menangis, kemudian bu Fika memelukku. Aku menangis di pelukkan bu Fika.

"Bu jangan membuat saya semakin tidak enak sama ibu, ibu sudah begitu baik pada kami" ucapku sambil terisak.

"Bu, ini semua rezeqi dari Allah untuk ibu. Saya akan senang jika ibu mau menerima ini" bu Fika menepuk pundakku.

"Tapi ini semua sudah berlebihan bu, saya sudah tidak bisa menerima pemberian ibu" beberapa kali aku mencoba menolaknya, namun bu Fika juga memaksa untuk aku menerima pemberian mereka.

"Nisa, Nita.. Kemari nak ! Ibu mau bicara" imbuhnya dengan lembut sambil menepuk kedua tempat yang kosong di sebelah bu Fika.

Nisa dan Nita menghampiri dan duduk di sebelah bu Fika.

"Nisa sama Nita mau sekolah?" tanya bu Fika dengan sangat hati-hati.

Serentak mereka memandang wajahku dan wajah bu Fika secara bergantian. Senyum mereka mengembang kala mendengar penuturan bu Fika.

"Mau bu, mau! Tapi.." ucapnya terpotong.

"Bu, Nisa mau sekolah boleh?" Ucap nisa.

"Nita juga mau, boleh ya..boleh yaa?" susul Nita.

Aku tak kuasa menolak permintaan mereka, tapi bagaimana ? Aku tak punya biaya. Mulutku rasanya seketika membisu. Aku hanya bisa menunduk.

"Bu, tolong izinkan mereka.." ucapan bu Fika seketika terpotong.

"Tapi.."

"Bu Fika tak usah memikirkan apapun.. Biar saya yang mebiayai, asal mereka mau dan ibu mengizinkan" imbuhnya.

"Bu, saya sudah malu. Ibu sudah banyak membantu kami. Jangan membuat saya mempunyai hutang budi yang sangat banyak sehingga saya tidak bisa membayarnya" aku tak bisa memandang wajah bu Fika secara langsung. 

"Biar suami saya yang menjelaskan dan meminta izin pada suami ibu" kulihat suami bu Fika sedang berbincang dengan bapak.

Dan sepertinya suami bu Fika sudah bercerita perihal kedatangan mereka, karena ku lihat bapak sedang menangis. Kedua tangannya menutupi wajah. Sama halnya denganku, mungkin bapak juga kaget dengan maksud mereka.

"Kalau mau sekolah besok ibu jemput ke sini ya? Ibu akan ajak kalian jalan-jalan sambil melihat sekolahnya, mau? Kalian sudah punya seragam?" tanya bu Fika.

Mereka berdua menggelengkan kepala pelan.

"Kalau begitu besok sekalian ya kita beli perlengkapan sekolah" 

Seketika senyuman mereka kembali mengembang.

Aku tak banyak bicara. Aku hanya mengangguk tanda menyetujui semua yang bu Fika tanyakan.

Tak terasa hari mulai sore.

Mereka semua berpamitan pulang.

"Besok ibu jemput jan 10 ya, kangan lupa" bu Fika mengingatkam kedua anakku.

Aku tak bisa menolak, karena semakin aku menolak semakin bu Fika memaksa untuk menerimanya.

"Bu, nanti kalau jadi sekolah Nita mau ibu yang antar kami ya bu" 

"Nisa juga, tapi.. Nisa malu bu. Nisa kan sudah lama tidak bersekolah"

Aku hanya diam, tak ku hiraukan perkataan mereka.

Ya Allah apakah ini hanya mimpi?

Tak henti aku mengucap banyak syukur kepada Allah swt. Karena Allah sudah memberikan kebahagiaan yang tak terhingga seperti sekarang ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status