Share

77. Akbar: My Fiance

Baru sepuluh derajat, bibir Alisha sudah gemetar. Tampaknya dia tak hanya butuh mantel, tapi juga sarung tangan, syal, dan sepatu boot.

Syukurlah, suhu di dalam terminal sedikit lebih hangat. Kalau terlalu lama di luar, aku khawatir Alisha akan mengalami hipotermia bahkan sebelum sampai di Baltimore. "Ayo, ngopi dulu," ajakku untuk menghangatkan badan.

"Apa ngga kelamaan nanti?"

"Masih empat jam lagi. Memilih mantel paling hanya beberapa menit," balasku, langsung berbelok ke kios kopi yang ada di pojokan selasar.

"Double espresso, please," kataku pada barista di balik meja.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status