Siang itu Regantara bergegas masuk ke ruang meeting, dia baru saja tiba di Jakarta. Semalam Wahyu memberitahukan untuk datang ke Jakarta karena mendadak akan diadakan rapat petinggi perusahaan termasuk Regantara diantaranya. "Selamat siang, maaf terlambat," ujar Regantara. Semua mata memandang padanya, hanya dia yang terlambat masuk ke ruangan itu. Meeting sudah berjalan sekitar setengah jam yang lalu. Regantara mengikuti rapat yang membahas tentang kepemilikan saham yang di revisi oleh Wahyu serta keterlibatan investor baru untuk kemajuan perusahaan mereka. "Sempat waktu itu saya mengatakan pada keluarga saya untuk menjual perusahaan ini, karena saya lelah. Saya pikir sudah waktunya saya istirahat di rumah, tapi bagaimana saya akan istirahat dan menikmati masa tua saya jika perusahaan yang saya dirikan selama 30 tahun ini ternyata belum kokoh berdiri," jelas Wahyu. "Dengan adanya investor baru, mudah-mudahan membawa kemajuan untuk perusahaan ini," tambahnya lagi. "Oleh sebab itu
"Ibu tiri? Siapa?" Irma muncul dari balik pintu rumah."Mama?" Regantara terkejut saat Irma muncul dari dalam rumah. Tangan Regantara masih menggenggam tangan mungil Kayma, besar harapannya gadis kecilnya itu tidak mengatakan apapun pada sang nenek. Karena waktunya memang belum tepat untuk Regantara jujur pada keluarga istrinya."Oma ...." Kayma lari ke pelukan Irma."Kay, kenapa?" tanya Irma sedikit membungkuk."Kay lapar," ujar bibir mungil itu.Regantara bernapas lega saat mendengar ucapan Kayma."Loh tadi nggak makan sama Papa?" Irma melirik pada Regantara."Enggak, tadi belum lapar sekarang lapar," ujar Kayma menyunggingkan senyuman."Kamu itu ... ayo." Irma tertawa kecil lalu menggandeng Kayma masuk ke dalam rumah.Pukul sembilan malam, Kayma dan Arsa baru saja terlelap. Regantara meraih ponselnya di atas nakas, membuka pintu kaca penghubung teras balkon, sejak tiba di Jakarta Regantara belum sempat menghubungi Rubi."Halo," ucap Regantara lembut saat sambungan telepon itu terj
Rubi mendesah kala Regantara mulai menciumi lembut puncak dadanya. Rubi bergerak tak beraturan merasai setiap sentuhan di setiap titik sensitifnya dari Regantara. Rasanya baru setengah jam yang lalu dia berdiri di depan pintu apartemen Regantara sambil membawa tempat makan malam. Regantara menariknya masuk, memberikan ciuman bertubi-tubi pada wajah dan merebahkannya di atas sofa.Napas mereka saling terengah, Regantara melepaskan kaos putih yang dia kenakan, sementara kancing kemeja Rubi sepenuhnya sudah terbuka. Mata Rubi menatap Regantara, tubuh lelaki itu begitu sempurna baginya. Regantara kembali membungkukkan tubuhnya, menautkan kembali bibirnya dengan bibir Rubi. Tangan Rubi kembali melingkar di leher kekasihnya itu. Dengan satu kali gerakan, Regantara berhasil membawa Rubi duduk di atas pangkuannya.Tangan Regantara membelai lembut punggung belakang Rubi dan seketika melepaskan pengait bra milik Rubi. Perlahan satu per satu kemeja serta bra Rubi jatuh ke lantai. Mata Regantara
"Bi," panggil Ibu Widya di depan pintu kamar Rubi yang tidak tertutup."Iya, Bu?" Rubi menutup buku laporan keuangan usahanya lalu membenarkan posisinya duduk di tempat tidur."Ada Nak Regan di depan, temui sana. Sekalian ajak makan malam saja, Ibu baru selesai membuat rendang daging," ujar Widya."Ada Mas Regan? Kok nggak bilang kalo mau kesini," ujar Rubi beranjak dari tempat tidur dan merapikan pakaiannya. "Ibu kira kalian janjian sore ini, kan malam Minggu," goda Widya."Ibu bisa aja." Rubi tersipu malu."Tama sama Ibu mau ke tempat Budhe Pur, ada acara syukuran anaknya si Joko ulang tahun ke satu. Kamu nggak apa-apa Ibu tinggal sama Mbok Inah?""Iya, enggak apa-apa, Bu. Ibu pergi naik apa? Ibu pesan taksi online aja, ben ora ngerepotin Bono. Kasian dia bolak-balik ngurusin semuanya.""Ya sudah hati-hati ya Bu." Widya mengangguk-angguk lalu keluar dari kamar Rubi diikuti oleh Rubi yang melangkah di belakangnya.Ruang tamu sore itu sida ramai dengan celoteh Tama, anak lelakinya i
"Ikut aja, enggak enak juga masa klien nggak kita jamu," kata Ayu pada Regantara saat mereka berada di sebuah restoran.Regantara melirik jam tangannya, waktu menunjukkan setengah delapan malam. Siang tadi dia sudah mengirim pesan pada Rubi agar tidak menunggunya makan malam nanti."Kemana?" tanya Regantara beranjak dari tempat duduknya."Aku tau salah satu club di Semarang yang bagus, kita kesana aja," ujar wanita itu denga wajah penuh semangat."Club?""Iya club malam, menurut kamu kita harus kemana? Makan sudah, membawa mereka melihat pabrik dan suasana Semarang juga sudah. Lagi pula umur mereka belum tua, masih pantas di ajak ke tempat seperti itu. Tenang aja, aku traktir," katanya lagi meninggalkan Regantara lalu menghampiri tamu mereka seharian ini."Ck, ada-ada aja," batin Regantara akhirnya mau tak mau mengikuti kemauan investor serta rekan bisnis barunya itu."Betulkan sudah buka," kata Ayu saat mereka berjalan masuk ke club malam.Suara musik terdengar keras, suasana belum b
Rubi masih tertidur pulas dengan lengan Regantara sebagai bantal kepalanya. Regantara memandangi wajah ayu wanita yang sekarang berada di sisinya itu. Sudah sedari tadi saat dia membuka matanya, sudut bibirnya mengembang, mengetahui wanita yang saat ini dicintainya itu rela bermalam dan menungguinya hingga terlelap dalam keadaan mabuk.Rubi menggerakkan tubuhnya ketika di sadarinya cahaya matahari masuk melalui celah tirai. Regantara buru-buru menutup matanya, dia pura-pura kembali tidur. Rubi terperangah melihat posisi Regantara sudah menghadap ke arahnya. Dada besar lelaki itu masih tertutup selimut, Rubi menikmati keindahan wajah Regantara yang begitu sempurna. Alis tebal, hidung yang mancung, rahang yang tegas, rambut yang sedikit ikaal serta kulit wajah yang tidak terdapat goresan.Rubi membelai lembut wajah Regantara, mulai dari kedua mata Regantara, lalu jarinya menelusuri batang hidung yang mancung turun ke bentuk bibir yang sedikit tebal dan seksi. Rambut-rambut halus di seki
Bunyi bel apartemen Regantara menghentikan aktivitas pasangan yang sedang di mabuk cinta itu. Rubi mendorong tubuh Regantara pelan, dan menutup area sensitifnya. Sementara Regantara mengancingkan kembali celana yang dia kenakan dan membantu Rubi turun dari atas meja makan. "Kamu nunggu seseorang?" tanya Rubi sambil memakai kembali pakaian dalamnya dan membenarkan mini dress. "Enggak, ini hari Minggu ... aku cuma nunggu kamu seperti biasanya." "Coba di lihat, aku teruskan masak sarapan kamu dulu." Regantara membuka pintu apartemennya, lelaki bertubuh sedang dengan kaos berwarna hitam berdiri membelakangi pintu apartemen. "Bono?" Bono membalikkan tubuhnya dan tersenyum tak enak hati apalagi saat di lihatnya Regantara tak mengenakan kaos. "Eh Pak Regan," kata Bono sambil menggaruk kepalanya yang mungkin tidak terasa gatal itu. "Masuk ...." Bono masuk ke dalam apartemen Regantara, matanya memandang interior apartemen itu dan berdecak kagum. "Duduk, Bon," pinta Regantara. "Bi ..
Semalaman Rubi sengaja tidak membalas pesan dari Regantara apalagi mengangkat telepon dari Regantara. Masih terngiang di telinga Rubi bagaimana Ayu mengatakan sesuatu yang membuatnya naik darah.Ada lebih 20 pesan dan 50 panggilan tak terjawab di ponsel Rubi pagi itu. Rubi beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, pagi ini dia menggantikan Mbok Inah belanja sayur mayur dan lainnya untuk catering Senin nanti.Setengah jam berlalu, Rubi keluar dari kamarnya mengenakan setelan kaos dan celana jeans bekel."Bun, pagi ini Tama diantar Pakde Bono futsal ya," ujar Tama yang sudah duduk menunggunya di ruang makan."Tama sudah bangun?" Rubi melihat jam di dinding. "Baru jam enam, kan futsalnya jam setengah delapan.""Tadi malam kan Tama tidur cepat, Bun. Jadi bangunnya juga cepat," ujar Tama sambil mengunyah roti berisi susu coklat kental manis."Oh iya, Bunda lupa." Ketukan di pintu membuat ibu dan anak itu menghentikan obrolan mereka."Uti mana?" tanya Rubi."Masih di kamar, tadi si