Kaisar menguatkan rumor jika wanita yang sangat ia cintai adalah Ratu Hongye. Tepat setelah hari pembunuhan Pelayan setianya, Kaisar mengerahkan pasukan khusus guna menjaga kediaman Ratu Hongye, bahkan selama Kaisar tidak mengizinkan, Ratu Hongye tidak dibiarkan keluar kediaman meski hanya satu langkah.Kematian Pelayan setia Ratu Hongye bukan hanya mengguncang istana, tetapi juga mengguncang Ibu kota.Banyak dari para penduduk yang bergosip di sepanjang kedai teh, kedai arak, kedai roti panggang, kedai daging domba maupun daging babi. Dan satu-satunya yang menjadi sumber dari segala informasi itu sendiri adalah Rumah bordil.Ya! Di tempat itu pula Zhuge Yue dan Ming Yuan berada, dalam penyamaran sesama pria.Ming Yuan memiliki postur khas perempuan. Tubuhnya mungil, hidungnya mancung tapi kecil, bibirnya tipis sensual dan wajah agak tirus. Guna menutupi kecantikannya itu, Zhuge Yue sendiri yang merias Ming Yuan menjadi pria muda berkumis tipis, sekaligus memiliki tahi lalat berambut
"Beraninya kau berpenampilan seperti gundik!" ketus Zhuge Yue dingin dan datar. Ming Yuan menunduk. Ia memperhatikan penampilannya sendiri, dan ia memang baru sadar kalau saat ini ia hampir sama seperti gundik di rumah bordil tadi."Luar biasa!" Ming Yuan malah tersenyum bangga. "Ternyata aku memiliki ukuran dada jauh lebih besar dari kali terakhir kulihat, hum, maksudnya kuperhatikan."Zhuge Yue terbelalak mendengar jawabannya. Ia lantas menyentil kening Ming Yuan. "Bodoh!"Ming Yuan spontan menjerit kecil. "Awh, Shi Fu!""Kau ini perempuan, berhadapan dengan Gurumu yang dewasa seperti ini, seakan tidak punya malu. Dimana kau meletakkan otakmu, hah!" Nada bicara Zhuge Yue masih biasa. Dingin dan datar mirip batu mencuci di sungai.Ming Yuan mengusap keningnya secara kasar. Ia kemudian menjelaskan apa yang telah ia dapat dari penyamaran menjadi gundik beberapa saat lalu."Shi Fu, kediaman Ratu Hongye dijaga sangat ketat. Kemungkinan akan sulit bagiku masuk ke sana lagi."Zhuge Yue su
"Nona, siapa namamu?" Lontar sang Jenderal.Ming Yuan menengadah. Mulutnya penuh Bing Tang Hu Lu. Saat ia mengunyah, kedua bola matanya membulat indah. Jenderal Song Wei merasa familiar. Namun, sebelum pikirannya pergi terlalu jauh, Zhuge Yue lebih dulu turun; memperlihatkan kegagahannya meski dalam penyamaran. "Perempuan ini istriku, Jenderal yang terhormat."Ming Yuan mengerjap. Ia seketika menoleh, masih dengan mulut penuh.Jenderal Song Wei mengarahkan pandangannya pada Zhuge Yue. Keningnya langsung berkerut."Kalau kau makan banyak seperti ini, lemak di perutmu akan cepat tumbuh." Zhuge Yue berkata sambil menjawil dagu Ming Yuan.Ming Yuan berkedip intens. Bing Tang Hu Lu dalam mulutnya telah tertelan. Ia lantas begitu tenang berkata, "Ini buah, tidak punya lemak."Zhuge Yue tersenyum tipis. Diraihnya pergelangan tangan Ming Yuan, dan disimpannya gadis kecil itu di balik punggung."Jenderal, tolong maafkan ketidaksopanan Istriku. Ini akibat dari aku yang selalu memanjakannya."
Ratu Hongye berdiri di depan cermin. Wanita yang kini biasa mengenakan pakaian mewah dengan hiasan satu paket lengkap itu, kini hanya mengenakan pakaian satu warna pun tanpa perhiasan apapun selain tusuk kundai yang menggulung sedikit rambutnya.Tangan Ratu Hongye perlahan terangkat. Ia menyentuh bagian paling menjijikkan di pipi kanannya, yakni sebuah luka seperti luka bakar tapi mengeluarkan aroma tak sedap.Wanita itu tak pernah menyangka, kalau ia akan mendapat wabah seperti itu dan ia tak pun tak akan pernah menyangka kalau itu bukan wabah, melainkan racun racikan Zhuge Yue yang ditabur Ming Yuan ke sumber airnya. "Nyonya."Seorang Pelayan memanggil di depan pintu. Pintunya tidak ditutup, tidak dikunci tapi Pelayan itu memang dibatasi masuk sampai sana saja. Ratu Hongye bergeming. Ia terlalu larut dalam kesedihannya."Nyonya." Pelayannya sekali lagi memanggil. Barulah Ratu Hongye menoleh, dan ya penampilan wanita itu telah berubah lebih buruk dari Pelayan sekalipun.Pelayannya
Zhuge Yue menonyor kening Ming Yuan. Lalu balik badan pergi tanpa perasaan."Shi Fu!!!" Kesal Ming Yuan."Jangan berisik! Tidak jauh darimu ada anak-anak bermain air!"Ming Yuan seketika menoleh. Ia melihat beberapa anak kecil, baik perempuan maupun laki-laki tengah bermain air. Berdasarkan penampilan mereka, kemungkinan besar penduduk kelas bawah.Ming Yuan balik badan menyusul Zhuge Yue. Keduanya lantas berjalan berdampingan menuju pusat Ibu Kota lagi.Dari sanalah mereka mendengar percakapan antar penduduk dari setiap kedai yang membahas wabah penyakit Ratu Hongye."Sekarang, wabah itu menyebar ke beberapa tempat. Virusnya sangat cepat menyebar, meski Ratu sendiri tidak keluar rumah!""Ini gawat! Kita bisa saja tertular!""Bagaimana kalau kita senasib dengan penduduk kota di sebelah sana. Kita bisa mati, atau kita bisa dibunuh agar wabah berhenti.""Kita bahkan bisa dikubur hidup-hidup!"Ming Yuan teringat ucapan Zhuge Yue di hari kedua ia tiba di Pagoda Angle. Ucapan Zhuge Yue mas
Bulan kesebelas, hari kedua puluh.Angin berdesir diiringi turunnya salju tipis. Udaranya menjadi sangat dingin. Lebih dingin dari kemarin malam, siang atau sore.Penduduk Ibu Kota mulai menebalkan pakaian mereka. Dilapisi beberapa kain sekaligus, pun ditambah jaket tebal dari bulu domba maupun serigala.Mereka tetap beraktivitas, hanya saja tidak sesibuk sebelumnya, karena mereka lebih memilih di dalam rumah, menikmati perapian sambil minum arak atau mungkin bercengkrama dengan keluarga."Sangat sepi," lirih Ming Yuan seraya melihat sekeliling, juga seraya menenteng lentera kelinci.Zhuge Yue menggandeng tangan sebelahnya. Memperlihatkan kedekatan yang sebetulnya ada walau statusnya sebatas Shi Fu dan murid.Zhuge Yue diam-diam melirik Ming Yuan. Dari samping wajah gadis kecil itu terlihat sangat menggemaskan. Pipinya mengeluarkan semburat merah seperti sedang mabuk, bibirnya merah segar seperti cabai muda, ujung hidungnya agak runcing tapi tidak terlalu mancung tinggi. Semua itu dib
"Membawa pelakunya."Jawaban Zhuge Yue sukses membungkam mulut Ming Yuan.Gadis kecil yang barusan bertanya-tanya kini nyaris tidak bisa berpikir.Setelah beberapa saat ia kembali bertanya. "Bukan kita?""Bukan." Cepat jawaban Zhuge Yue. "Persiapkan dirimu, sebentar lagi kita kembali ke Pagoda Angle.""Baik, Shi Fu!"Zhuge Yue berjalan meninggalkan kamar. Sedang Ming Yuan tetap di tempat, memperhatikan sisa sisa Prajurit yang berlarian teratur itu.***Zhuge Yue duduk dengan kaki menjuntai pada salah satu dahan pohon persik. Pakaian yang dikenakan putih berpadu warna persik itu sendiri, sehingga keberadaannya tidak mudah diketahui.Pandangan Zhuge Yue lurus ke depan. Yakni pada sebuah kediaman salah seorang pejabat, yang Zhuge Yue pahami memiliki hubungan kurang baik dengan Pejabat yang dibunuh Ming Yuan atas perintah dirinya.Zhuge Yue sengaja menjadikan pejabat tersebut kambing hitam. Lagi pula, selain ia yang diklaim tidak punya hubungan baik dengan mendiang, Zhuge Yue juga telah m
Hia hia hiaJenderal Song Wei diikuti pengikut setia dan beberapa Prajuritnya memasuki kawasan hutan, yakni satu-satunya jalur meninggalkan Kota."Kepergian mereka belum sampai satu dupa! Mereka juga tidak menggunakan fasilitas apapun! Kemungkinan besar mereka masih di sekitar sini! Berpencar!" Perintah Jenderal Song Wei, lantang.Beberapa Prajurit pergi ke arah timur dan barat, sedang Jenderal Song bersama pengikutnya pergi ke arah Selatan.Hia hia hiaKuda-kuda mereka tangkas dan gesit. Mereka lihai melewati jalanan licin dan berair. Dan sejauh mereka mencari Zhuge Yue juga Ming Yuan, mereka hanya dibuat kesal karena keberadaan kedua orang itu seperti angin. Tak sama sekali terlihat meski mereka yakin keduanya ada.Mereka tidak tahu, Zhuge Yue dan Ming Yuan berada di dahan yang sama dalam pakaian serupa, tetapi pedang panjang telah menggantung di balik punggung secara kokoh.Pandangan keduanya tajam ke arah mereka, di bawah sana. Setelah mereka pergi ke titik lain, keduanya memulai