"Sejauh ini, tidak ada wanita yang membuatku merasa tertarik seperti saat aku tertarik padamu."
Pria yang dikenal dingin dan jarang bicara seperti Zhuge Yue mengatakan hal tersebut. Itu membingungkan Ming Yuan selama sesaat.Wanita cantik berusia 16 tahun itu sempat membisu, seraya menatap dalam wajah Zhuge Yue. Sementara Zhuge Yue yang telah membuatnya bingung sesaat, justru terlihat tenang dengan mengarahkan pandangan ke belakang Ming Yuan."Hati-hati, belakangmu!" kata Zhuge Yue tajam, dalam.TapppMing Yuan seketika mengangkat tangan _ menangkap kendi arak yang entah bagaimana ceritanya melayang hendak mengenai kepalanya.Ming Yuan membuang nafas panjang. Ia meletakkan kendi arak itu secara kasar. Kemudian ia menoleh, memastikan siapa gerangan yang berniat mencelakai dirinya.Kedua bola mata Ming Yuan menyipit. Ia menemukan sekelompok wanita yang mengelilingi seorang pria kaya raya. Pria kaya raya itu jelas dalam keadaan mabuk. Pria kaya itu menyingkirkan beberapa wajah wanita yang menghalangi wajahnya sendiri lalu ia dan Ming Yuan bisa saling bertukar pandang."Ah, ha ha ha, beruntung kendi arak itu tidak mengenai wajahmu, Cantik!" seru si pria kaya tersebut.Tangan Ming Yuan mengepal. Satu diantaranya dihantam ke meja, sampai kendi arak milik Zhuge Yue nyaris terguling tapi sigap Zhuge Yue tangkap.Zhuge Yue berkata pelan. "Singa betina ini bangun."Ming Yuan beranjak bangun. Tanpa mengatakan apapun, wanita itu melangkah lebar menghampiri si pria kaya serupa tersebut.Zhuge Yue memperhatikannya sembari menikmati arak. Wajahnya terlihat tenang, seolah ia menikmati pemandangan itu.Ming Yuan berdiri di hadapan si pria kaya tadi. Matanya yang begitu tajam menemukan sesuatu di antara kedua kakinya yang sudah berdiri tegak.Pria kaya itu bahkan berkata tanpa disaring. "Ya ampun, hanya melihatnya saja, aku langsung birahi, sementara kalian yang sejak tadi menggodaku, aku tak sama sekali terangsang."Ming Yuan tersenyum. Begitu cantik rupanya sampai pria kaya itu menyeka sudut bibir yang berliur.Ming Yuan lalu tanpa komando menduduki pangkuan pria kaya tersebut. Tubuhnya secara penuh menghadapnya. Dan ia dengan berani mendekatkan wajah pria kaya itu ke dadanya yang sudah tumbuh lebih besar daripada tahun lalu."Apa kau menginginkan ini, Tuan?" Ming Yuan bertanya penuh rayuan.Pria kaya itu tentu manggut-manggut bersemangat. "Pasti, Sayang, pasti."Ming Yuan meraih dagunya. Ia tersenyum penuh pesona sebelum ia mengarahkan jari yang tersemat cincin pembunuh, dan …SrakkkAaaaMing Yuan memotong urat leher pria kaya itu menggunakan pisau tajam dari cincinnya. Dan ia sukses membuat wanita di sekeliling si pria kaya raya menjerit ketakutan.Ming Yuan lantas melompat turun usai pria kaya itu dipastikan mati di tempat. Ming Yuan tahu ia akan mendapat masalah, oleh karena itu ia secepatnya balik badan ingin kembali ke tempat awal, tetapi ia dibuat terkejut karena Zhuge Yue sekilas terlihat melompat keluar dari jendela alias kabur."Shi Fu!!!"Ming Yuan tak mau tertinggal. Gadis itu mengejarnya dengan jalan serupa, dan beberapa detik kemudian datanglah orang-orang rumah bordil yang mengejar Ming Yuan.Zhuge Yue berlari melewati atap atap rumah penduduk. Ia berlari tanpa tergesa-gesa tapi langkahnya lebih cepat dari jam pasir sekalipun."Shi Fu!" Ming Yuan memanggilnya. Gadis itu tertinggal jauh.Zhuge Yue mengoceh kesal. "Dasar gadis bodoh! Tanggung sendiri masalahmu!"Orang-orang rumah bordil tidak bisa mengikuti jejak Ming Yuan ataupun Zhuge Yue. Mereka hanya bisa lari di bawah, sembari melepas anak panah yang selalu bisa dihindari Ming Yuan."Shi Fu benar-benar tega," gerutu Ming Yuan, "lihat saja! Aku akan membawakan gundik untuk menggodamu!"***Ngosh ngosh ngoshMing Yuan berangsur duduk setelah bersandar pada salah satu pohon besar di tepi hutan, pun setelah berhasil lolos dari kejaran orang-orang rumah bordil tadi.Berlari sejauh itu membuat nafasnya tersengal-sengal. Lebih-lebih hatinya dipadu kesal, karena Zhuge Yue telah lebih jauh meninggalkan dirinya di antara kekacauan. Tepatnya kekacauan yang ia buat sendiri."Kau baru berlari kurang dari seratus mil tapi kau seolah-olah sudah berhasil berlari mengelilingi dunia selama satu malam."Suara pria bernada dingin penuh ejekan terdengar dari atas. Ming Yuan menengadah. Ia terbelalak mendapati Zhuge Yue yang ia kejar, rupanya sudah duduk santai pada salah satu dahan, pun sambil menikmati kendi arak."Shi Fu!" Detik itu juga Ming Yuan berdiri.Kemarahan terlukis jelas di wajahnya dan Zhuge Yue tak sama sekali memperhatikan kecuali hanya sekilas melirik."Tega sekali kau tidak menyelamatkan aku!" Kesal Ming Yuan.Zhuge Yue menghela nafas tak peduli. Ia menenggak kendi arak itu. Sialnya arak yang nikmat sudah habis tidak tersisa. Kemudian Zhuge Yue melempar kendi arak tersebut ke sembarang arah.Saat yang sama, Ming Yuan memperhatikan kendi arak yang terlempar itu. Saat yang sama pula matanya dibuat membulat sempurna karena kendi arak yang dilempar Zhuge Yue terlempar begitu jauh sampai seakan-akan tiada memiliki ujung.Ming Yuan tidak tahu kendi arak itu jatuh di sebelah mana. Dan ia menghela nafas diikuti gerutuan pelan. "Pamer."Zhuge Yue berdiri. Bagai bunga dandelion tertiup angin. Ia meluncur ke bawah tanpa ada rasa takut salah pendaratan.WushhhhBegitu kakinya berpijak, maka angin di sekelilingnya ikut berhembus. Meniup dedaunan, sekaligus ilalang sekeliling.Acap kali Zhuge Yue melakukan hal ini, Ming Yuan selalu teringat momen kali pertama ia melihat kepiawaian Zhuge Yue. Maka dari itu, sekesal apapun Ming Yuan pada Gurunya itu, Ming Yuan tak pernah berpikir meninggalkan dirinya. Toh, di dunia ini, ia tidak punya tempat pulang selain pada Zhuge Yue."Misi pertama mu belum dimulai tapi kau sudah berani mengakhiri nyawa seseorang." Dingin ucapan Zhuge Yue.Ming Yuan terdiam. Ia tak mau disalahkan tapi biar bagaimanapun apa yang ia lakukan memang sudah diluar aturan Zhuge Yue."Kota ini masih daerah Kekaisaran, orang-orang istana juga dipekerjakan disini, dan perlu kau tahu … pria kaya yang kau bunuh itu merupakan anggota perdana menteri. Kematiannya tidak mungkin dibiarkan seperti bangkai."Ming Yuan terbelalak. Ia baru tahu hal ini. Sekarang ia benar-benar menyesal telah mengundang bahayanya sendiri."Kau yang mencari bahaya itu, dan kau ingin aku ikut andil? Ahhh, tidak bisa."Belum apa-apa, Zhuge Yue sudah angkat tangan. Itu jelas, karena jika ia turun tangan maka ia akan sangat mudah dikenali, berdasarkan kepiawaiannya dalam bela diri."Ming Er, oh, Ming Er, kau singa betina kecil yang menyebalkan," lirih Zhuge Yue sambil melebarkan langkah, memasuki hutan lebih dalam, tak peduli gelapnya malam telah sepenuhnya menguasai."Jangan hanya berdiri disana! Ayo kembali ke pagoda atau besok kau berakhir menjadi mendiang Ming Yuan!" seru Zhuge Yue."Shi Fu!" panggil Ming Yuan.Zhuge Yue yang sedang memberi pakan burung liar, yang bertengger di tangannya pun menoleh.Ming Yuan berlari kecil mengikis jarak di antara mereka. Ia terlihat membawa anakan burung yang belum memiliki bulu."Shi Fu, aku menemukan ini terlantar di belakang sana!" Ming Yuan mengarahkan dagunya ke belakang Pagoda.Burung yang bertengger pada tangan Zhuge Yue kemudian diterbangkan, dan Zhuge Yue mengambil alih burung di tangan Ming Yuan itu."Shi Fu, apakah ini anakan burung gagak?" Tanya Ming Yuan.Zhuge Yue menatapnya sinis.Ming Yuan malah terkekeh. "Habisnya rambut di kepalanya ini warna hitam."Zhuge Yue mendengus dingin. "Ini anakan burung merpati.""Oh." Bibir Ming Yuan membulat.Zhuge Yue berkata dengan dingin. "Jangan hanya bermain, kecepatan berlari mu belum melampauiku!"Ming Yuan mengangguk. Gadis 16 tahun itu lekas berlari menuju tempat latihannya, yakni hutan yang mengelilingi Pagoda, dan pada hutan itu, Zhuge Yue sudah menyiapkan beberapa serig
"Tolong!!!"Teriakan perempuan bergema di pagi menjelang siang hari ini. Sekonyong-konyong para Pelayan dan Pengawal Istana pun berlarian dari tempat mereka berada menuju sumber suara tersebut."Ada apa ini?" Salah seorang membelah kerumunan yang entah sejak kapan terbentuk. Ia dibuat tercengang mendapati tubuh Pelayan setia milik Ratu Hongye tergeletak dalam keadaan pucat, serta tangannya berlumuran darah, yang menimpa sebuah kain brokat biru laut."Apa yang terjadi padanya?""Kenapa bisa seperti ini?""Ini pembunuhan!""Panggil penyidik! Yang Mulia Ratu juga harus tahu."Maka pergilah satu di antara mereka dengan langkah tergesa-gesa dan nafas tersengal-sengal."Yang Mulia Ratu." Pelayannya tersungkur tepat di depan kaki Ratu Hongye karena terburu-buru.Ratu Hongye menatap sinis. Dengan dingin ia bertanya, "Angin apa yang membuatmu berlari kencang demikian?""Yang Mulia Ratu, Pelayan pribadi anda tewas terbunuh."Tercenganglah Ratu Hongye tersebut. Sesegera mungkin ia melebarkan lan
Kaisar menguatkan rumor jika wanita yang sangat ia cintai adalah Ratu Hongye. Tepat setelah hari pembunuhan Pelayan setianya, Kaisar mengerahkan pasukan khusus guna menjaga kediaman Ratu Hongye, bahkan selama Kaisar tidak mengizinkan, Ratu Hongye tidak dibiarkan keluar kediaman meski hanya satu langkah.Kematian Pelayan setia Ratu Hongye bukan hanya mengguncang istana, tetapi juga mengguncang Ibu kota.Banyak dari para penduduk yang bergosip di sepanjang kedai teh, kedai arak, kedai roti panggang, kedai daging domba maupun daging babi. Dan satu-satunya yang menjadi sumber dari segala informasi itu sendiri adalah Rumah bordil.Ya! Di tempat itu pula Zhuge Yue dan Ming Yuan berada, dalam penyamaran sesama pria.Ming Yuan memiliki postur khas perempuan. Tubuhnya mungil, hidungnya mancung tapi kecil, bibirnya tipis sensual dan wajah agak tirus. Guna menutupi kecantikannya itu, Zhuge Yue sendiri yang merias Ming Yuan menjadi pria muda berkumis tipis, sekaligus memiliki tahi lalat berambut
"Beraninya kau berpenampilan seperti gundik!" ketus Zhuge Yue dingin dan datar. Ming Yuan menunduk. Ia memperhatikan penampilannya sendiri, dan ia memang baru sadar kalau saat ini ia hampir sama seperti gundik di rumah bordil tadi."Luar biasa!" Ming Yuan malah tersenyum bangga. "Ternyata aku memiliki ukuran dada jauh lebih besar dari kali terakhir kulihat, hum, maksudnya kuperhatikan."Zhuge Yue terbelalak mendengar jawabannya. Ia lantas menyentil kening Ming Yuan. "Bodoh!"Ming Yuan spontan menjerit kecil. "Awh, Shi Fu!""Kau ini perempuan, berhadapan dengan Gurumu yang dewasa seperti ini, seakan tidak punya malu. Dimana kau meletakkan otakmu, hah!" Nada bicara Zhuge Yue masih biasa. Dingin dan datar mirip batu mencuci di sungai.Ming Yuan mengusap keningnya secara kasar. Ia kemudian menjelaskan apa yang telah ia dapat dari penyamaran menjadi gundik beberapa saat lalu."Shi Fu, kediaman Ratu Hongye dijaga sangat ketat. Kemungkinan akan sulit bagiku masuk ke sana lagi."Zhuge Yue su
"Nona, siapa namamu?" Lontar sang Jenderal.Ming Yuan menengadah. Mulutnya penuh Bing Tang Hu Lu. Saat ia mengunyah, kedua bola matanya membulat indah. Jenderal Song Wei merasa familiar. Namun, sebelum pikirannya pergi terlalu jauh, Zhuge Yue lebih dulu turun; memperlihatkan kegagahannya meski dalam penyamaran. "Perempuan ini istriku, Jenderal yang terhormat."Ming Yuan mengerjap. Ia seketika menoleh, masih dengan mulut penuh.Jenderal Song Wei mengarahkan pandangannya pada Zhuge Yue. Keningnya langsung berkerut."Kalau kau makan banyak seperti ini, lemak di perutmu akan cepat tumbuh." Zhuge Yue berkata sambil menjawil dagu Ming Yuan.Ming Yuan berkedip intens. Bing Tang Hu Lu dalam mulutnya telah tertelan. Ia lantas begitu tenang berkata, "Ini buah, tidak punya lemak."Zhuge Yue tersenyum tipis. Diraihnya pergelangan tangan Ming Yuan, dan disimpannya gadis kecil itu di balik punggung."Jenderal, tolong maafkan ketidaksopanan Istriku. Ini akibat dari aku yang selalu memanjakannya."
Ratu Hongye berdiri di depan cermin. Wanita yang kini biasa mengenakan pakaian mewah dengan hiasan satu paket lengkap itu, kini hanya mengenakan pakaian satu warna pun tanpa perhiasan apapun selain tusuk kundai yang menggulung sedikit rambutnya.Tangan Ratu Hongye perlahan terangkat. Ia menyentuh bagian paling menjijikkan di pipi kanannya, yakni sebuah luka seperti luka bakar tapi mengeluarkan aroma tak sedap.Wanita itu tak pernah menyangka, kalau ia akan mendapat wabah seperti itu dan ia tak pun tak akan pernah menyangka kalau itu bukan wabah, melainkan racun racikan Zhuge Yue yang ditabur Ming Yuan ke sumber airnya. "Nyonya."Seorang Pelayan memanggil di depan pintu. Pintunya tidak ditutup, tidak dikunci tapi Pelayan itu memang dibatasi masuk sampai sana saja. Ratu Hongye bergeming. Ia terlalu larut dalam kesedihannya."Nyonya." Pelayannya sekali lagi memanggil. Barulah Ratu Hongye menoleh, dan ya penampilan wanita itu telah berubah lebih buruk dari Pelayan sekalipun.Pelayannya
Zhuge Yue menonyor kening Ming Yuan. Lalu balik badan pergi tanpa perasaan."Shi Fu!!!" Kesal Ming Yuan."Jangan berisik! Tidak jauh darimu ada anak-anak bermain air!"Ming Yuan seketika menoleh. Ia melihat beberapa anak kecil, baik perempuan maupun laki-laki tengah bermain air. Berdasarkan penampilan mereka, kemungkinan besar penduduk kelas bawah.Ming Yuan balik badan menyusul Zhuge Yue. Keduanya lantas berjalan berdampingan menuju pusat Ibu Kota lagi.Dari sanalah mereka mendengar percakapan antar penduduk dari setiap kedai yang membahas wabah penyakit Ratu Hongye."Sekarang, wabah itu menyebar ke beberapa tempat. Virusnya sangat cepat menyebar, meski Ratu sendiri tidak keluar rumah!""Ini gawat! Kita bisa saja tertular!""Bagaimana kalau kita senasib dengan penduduk kota di sebelah sana. Kita bisa mati, atau kita bisa dibunuh agar wabah berhenti.""Kita bahkan bisa dikubur hidup-hidup!"Ming Yuan teringat ucapan Zhuge Yue di hari kedua ia tiba di Pagoda Angle. Ucapan Zhuge Yue mas
Bulan kesebelas, hari kedua puluh.Angin berdesir diiringi turunnya salju tipis. Udaranya menjadi sangat dingin. Lebih dingin dari kemarin malam, siang atau sore.Penduduk Ibu Kota mulai menebalkan pakaian mereka. Dilapisi beberapa kain sekaligus, pun ditambah jaket tebal dari bulu domba maupun serigala.Mereka tetap beraktivitas, hanya saja tidak sesibuk sebelumnya, karena mereka lebih memilih di dalam rumah, menikmati perapian sambil minum arak atau mungkin bercengkrama dengan keluarga."Sangat sepi," lirih Ming Yuan seraya melihat sekeliling, juga seraya menenteng lentera kelinci.Zhuge Yue menggandeng tangan sebelahnya. Memperlihatkan kedekatan yang sebetulnya ada walau statusnya sebatas Shi Fu dan murid.Zhuge Yue diam-diam melirik Ming Yuan. Dari samping wajah gadis kecil itu terlihat sangat menggemaskan. Pipinya mengeluarkan semburat merah seperti sedang mabuk, bibirnya merah segar seperti cabai muda, ujung hidungnya agak runcing tapi tidak terlalu mancung tinggi. Semua itu dib