Share

Mari Balas Dendam

Ming Yuan dan Shang Que terperangah. Kedua bola mata mereka laksana memberontak dari wadahnya.

Wushhh

Kala itu angin berhembus lembut dari barat. Helaian rambut Ming Yuan terhempas pelan, menari-nari gemulai.

Wushhhhh

Zhuge Yue menambah kecepatan angin. Ia cukup menghentakkan kakinya ke bumi, maka angin bergulung-gulung seperti pusaran tengah padang pasir, yang menggerus hebat, menyingkirkan dedaunan kering ketepian, dan tidak terasa dedaunan itu hampir-hampir tersapu keseluruhannya.

Ming Yuan dan Shang Que kembali terperangah. Lebih lebar, lebih terkejut.

"Ada banyak tulang belulang disana!"

"Pangeran punya keahlian luar biasa!"

Ming Yuan dan Shang Que berkata bersamaan. Bedanya, Ming Yuan memuji kepiawaian Zhuge Yue, sedang Shang Que terkejut gara-gara tulang belulang berserakan itu.

Fuhhh

Zhuge Yue membuang nafas melalui mulutnya. Ia kemudian menengadah perlahan.

Ming Yuan masih terperangah, sementara Shang Que telah menegakkan punggung, seolah barusan ia tak sama sekali terkejut.

"Apa kalian akan tetap di sana?" Lontar Zhuge Yue begitu dingin dan tajam.

Shang Que menggeleng. "Kami datang, Pangeran!"

Ming Yuan belum juga menutup mulut. Itu membuat Zhuge Yue memicingkan mata ke arahnya tapi setelah itu ia menundukkan kepala, mengayunkan langkah, entah hendak kemana.

"Nona Ming Yuan, ayo kita turun!" Ajak Shang Que.

Satu dupa berlalu.

Sampailah kedua manusia itu di hadapan Zhuge Yue yang tengah berdiri menghadap tenangnya danau.

"Pangeran," lirih Shang Que, "hamba menunggu perintah Pangeran."

Zhuge Yue diam. Nafasnya teramat teratur. Beda jauh dari Ming Yuan dan Shang Que, yang terengah-engah karena mereka susah payah menuruni anak tangga Pagoda.

"Bersihkan tulang belulang itu, Shang Que. Kubur mereka, dan buatkan batu nisannya."

Shang Que terbelalak. Belum apa-apa wajahnya sudah pucat pasi duluan.

Zhuge Yue sadar hal tersebut walau posisinya membelakangi mereka. Zhuge Yue memejamkan mata. Dengan dingin ia melanjutkan kalimatnya. "Apa kau tidak akan mengikuti perintahku, Shang Que? Apa kau ingin tinggal di sini tapi dikelilingi tulang belulang?"

Shang Que menggeleng cepat. Enggan tak enggan, ia akhirnya mengiyakan perintah Pangerannya tersebut. "Baik! Pangeran!"

Shang Que balik badan. Pria muda itu melaksanakan perintah sang Pangeran. Ia mengumpulkan semua tulang belulang di sekeliling Pagoda. Sedangkan Ming Yuan …

Zhuge Yue putar arah. Pria tampan paripurna itu memperlihatkan wajah tenang laksana air nya pada Ming Yuan.

Ming Yuan menelan ludah, sekaligus menundukkan pandangan.

"Berapa usiamu?" Tanya Zhuge Yue.

Ming Yuan menjawab agak takut. "Menjawab, Pangeran, usia hamba … 15 tahun."

Zhuge Yue bermonolog. "Ia lima tahun lebih muda dari Shang Que. Harusnya belum terlambat kalau diajari bela diri."

"Siapa nama lengkapmu?" Meski Zhuge Yue sudah tahu nama Ming Yuan, tetapi ia ingin mendengar langsung dari mulut gadis itu.

"Ming Yuan."

"Ming Er."

"Eh?" Ming Yuan spontan mengangkat wajah tapi begitu sepasang matanya menemukan hawa dingin dari tatapan Zhuge Yue, ia cepat-cepat menunduk lagi.

"Mulai sekarang kau akan kupanggil Ming Er. Aku membawamu pergi sebagai Istri, jadi saat kita bertemu publik, kau harus memanggilku suami sedang saat kita berdua atau bertiga dengan Shang Que, kau harus memanggilku Shi Fu."

Ming Yuan sedikit mengangkat wajahnya. "Shi Fu?"

"Mulai hari ini kau akan menjadi muridku. Aku akan melatihmu bela diri, dan mengajarimu ilmu militer. Dua tahun kedepan, kau akan turun menjadi pembunuh, yang membalaskan dendamku dan dendammu."

Ming Yuan tidak mengerti. Hal itu terlukis jelas di wajahnya.

Zhuge Yue lantas menceritakan rentetan kejadian yang tidak sama sekali diketahui Ming Yuan. Dan kejadian itu adalah, kejadian pembantaian seluruh keluarga dan warganya di desa.

Ming Yuan menggeleng. Ia tidak mempercayai perkataan Zhuge Yue, terlebih mereka baru kenal beberapa hari. Namun, Zhuge Yue berhasil membuat wanita itu percaya setelah ia memberikan petisi laporan yang ia curi dari tempat kerja Ayahnya.

Ming Yuan membaca petisi itu sambil menangis. Usai petisi selesai dibaca, ia menjerit melempar petisi itu dan ia berjongkok menyalahkan diri sendiri karena dari banyaknya warga di desanya, hanya ia seorang yang selamat, pun karena Ayahnya mengirim wanita itu ke istana.

"Aku telah menawarkan kerjasama ini, sekarang terserah padamu ingin setuju atau tidak," kata Zhuge Yue sambil berlalu meninggalkan Ming Yuan yang terisak-isak.

Ming Yuan mengangkat wajah. Secara kasar ia menyeka air mata itu. Kemudian ia berdiri tegak. Dengan lantangnya ia berseru, "Shi Fu! Aku bersedia mengikutimu!"

Zhuge Yue tetap berjalan. Di balik punggung, tiap sudut bibirnya terangkat. "Ming Er …"

***

Hia hia hia

Hari berganti hari. Dalam waktu 12 shichen, Ming Yuan memiliki waktu 9 shichen untuk berlatih bela diri, menguasai teknik pedang serta senjata lain, menguasai ilmu militer, menguasai pengobatan herbal, menguasai teknik melawan tanpa senjata, dan menguasai ilmu bertahan hidup tanpa makan tujuh hari tujuh malam.

Ming Yuan berlatih tanpa mengenal rasa lelah. Tekad wanita itu begitu kuat. Ia ingin membalaskan dendamnya pada Kaisar. Ia ingin meruntuhkan jabatan pria tua itu. Ia ingin meneteskan darah Kaisar pada tanah kelahirannya.

Berkat kerja keras Ming Yuan, maka dalam waktu kurang dari satu tahun, wanita itu telah menguasai semua jurus yang diajarkan Zhuge Yue, bahkan Shang Que yang lebih dulu belajar pun kalah olehnya.

Perkembangan Ming Yuan sangat disayangi Zhuge Yue. Keputusannya membawa wanita itu sebagai murid tidak salah.

Tepat pada satu tahun pengasingan mereka, Zhuge Yue membawa Ming Yuan ke Ibu Kota sebagai penyamaran sepasang suami istri di rumah bordil.

Hari itu terjadi di musim semi bulan pertama. Ketika perayaan tengah dimulai, mereka duduk berhadap-hadapan menikmati arak nomor satu di Negara ini.

"Shi Fu," panggil Ming Yuan kala Zhuge Yue memperhatikan sekelompok peseni jalanan.

Zhuge Yue balas bergumam. "Hm."

"Di sini banyak gadis cantik, apa kau tidak tertarik?" Tanya Ming Yuan, setengah berbisik, setengah meledek.

Hidup satu tahun bersama pria itu, rupanya membuat Ming Yuan telah melupakan posisi Zhuge Yue sebenarnya. Gadis itu sering kali menggoda Zhuge Yue, termasuk dalam urusan jodoh. Maklum, usia Zhuge Yue telah memasuki usia pernikahan, yakni 26 tahun.

"Ahh, wanita itu terlihat cantik dan berkelas." Ming Yuan berkata, seraya mengarahkan pandangannya pada seorang wanita yang kemungkinan besar seorang Nona muda keluarga kaya.

Wanita itu berjalan diantara kerumunan, ia dikawal seorang Pelayan dan dua Ajudan. Sepanjang ia berjalan, orang-orang menjadikannya pusat perhatian. Benar saja. Wanita itu cantik tapi tetap tidak menarik di mata Zhuge Yue, lebih-lebih Zhuge Yue mengenal siapa wanita tersebut.

"Namanya Nona Su Jin. Berasa dari keluarga Su, juga merupakan anak bungsu Kepala keluarganya," beber Zhuge Yue.

Ming Yuan balas menatapnya kecewa. "Ahh, sayang sekali, kupikir ia wanita tak dikenal."

Zhuge Yue menuang arak untuk Ming Yuan, sembari berbisik menggelitik, "Istri mana yang menginginkan suaminya menikahi wanita lain?"

Ming Yuan tersindir. Ia mengerucutkan bibir. "Huh."

"Sejauh ini, tidak ada wanita yang membuatku merasa tertarik seperti saat aku tertarik padamu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status