Malam itu, Kota Carisca, pusat Kerajaan Varyans tampak lengang. Para penduduk kebanyakan telah bergelung dalam selimut. Saat itulah, kabut hitam melesat menuju Istana Safir, istana khusus yang disediakan untuk Lady Cherrie oleh Pangeran Seandock.Srak! Srak! Lady Cherrie yang sedang tertidur seketika terbangun. Firasat buruk terasa begitu kuat. Namun, belum sempat dia melakukan persiapan apa pun untuk mengantisipasinya, kabut hitam telah masuk ke kamar dan menyerbu tanpa ampun."Uhuk! Akhh! Sial! Ugggh!"Lady Cherrie terbatuk hingga memuntahkan darah. Dengan tangan gemetar, dia membunyikan lonceng. Hanya dalam waktu singkat para pelayan berdatangan.Kepanikan menjalar dengan begitu cepat. Pelayan-pelayan itu tampak gemetaran. Salah sedikit, kepala mereka bisa melayang seperti apa yang terjadi pada Keluarga Esbuach."Tuan Pendeta, tolong segera sembuhkan, Lady Searaby!" pinta kepala pelayan kepada pendeta muda yang datang dengan tergopoh-gopoh.Pendeta muda itu tampak menelan ludah. N
Sementara itu, di hutan dekat pinggiran Kota Carisca, Grand Duke Erbish bersama dengan kesatrianya, Sir Dulcais berkuda dengan kecepatan tinggi. Puncak menara sihir terlihat di kejauhan. Semangat Grand Duke Erbish semakin menggebu-gebu. Wajah Lady Neenash sudah terbayang. Adik manis yang dirindukan sebentar lagi akan bisa ditemui. Dia terkekeh sendiri saat membayangkan akan bertengkar dengan Sir Durio untuk memperebutkan gelar sebagai kakak terbaik seperti yang sudah-sudah. "Apa Sallac sudah melamar Neenash setelah si bodoh Sean melepaskan adik perempuanku yang manis itu?" gumam Grand Duke Erbish. Pangeran Sallac memang sempat menceritakan pembatalan pertunangan Lady Neenash. Grand Duke Erbish benar-benar lega saat mendengarnya. Dialah yang paling tahu perasaan keponakan dan adik angkatnya itu. Senyum Grand Duke Erbish semakin mengembang saat menara sihir semakin tampak. Berarti, gerbang timur Kota Carisca tinggal beberapa ratus langkah lagi. Grand Duke Erbish melambatkan lari kud
"Siapa di sana?" seru Grand Duke Erbish.Dia memicingkan mata ke arah suara. Namun, penglihatannya sangat terbatas. cahaya keemasan nan hangat menyelimuti seluruh aula kuil. Jangankan mencari si pemilik suara misterius, Sir Dulcais saja seperti menghilang ditelan cahaya."Segeralah kembali ke utara, Anakku. Kekuatanmu diperlukan olehnya." Suara merdu misterius kembali menggema."Siapakah Anda? Tolong perlihatkan rupa Anda!" pinta Grand Duke Erbish sungguh-sungguh."Apakah anakku yang sangat taat ini tidak mengenaliku?" Grand Duke Erbish terperenyak. Jantungnya seketika berdebar kencang. Meskipun bukan saint ataupun pendeta agung, diceritakan dalam sejarah bahwa Dewi Asteriella juga bisa memberikan petunjuk kepada manusia biasa yang taat."D-de-wi, maafkan hamba tak menyadarinya." Grand Duke Erbish menyungkur dengan tubuh gemetaran. Keningnya sedikit benjol karena menubruk lantai keramik dengan keras."Bangunlah, Anakku. Aku tak bisa berlama-lama terhubung denganmu. Aku harus segera
Grand Duke Erbish telah tiba di kediaman Esbuach. Rumah mewah dengan taman lavender itu terlihat lengang. Hanya ada beberapa pekerja yang tampak baru. Rasa cemas Grand Duke Erbish semakin menjadi-jadi. Dia langsung turun dari kuda dan merangsek masuk ke pintu utama. Beberapa pekerja menyambut dengan canggung. Mereka benar-benar tidak profesional, sangat tidak cocok dengan Keluarga Esbuach."Siapa kalian? Aku baru melihat wajah-wajah kalian!" desak Grand Duke Erbish tak sabaran."Tenanglah, Yang Mulia," bisik Sir Dulcais, tak ingin tuannya bertindak anarkis di kediaman sang pahlawan perang."Diamlah kau, Dulcais! Aku tidak sedang bicara denganmu!" bentak Grand Duke Erbish.Sir Dulcais seketika menelan ludah. "Maafkan saya, Yang Mulia," tuturnya.Grand Duke Erbish kembali menatap nyalang si pekerja yang tak cekatan. "Jawab! Siapa kalian? Tak mungkin Ayah mempekerjakan pekerja tidak cekatan!" cecarnya.Para pekerja semakin kebingungan. Mereka memang dibayar oleh Pangeran Seandock untuk
Tanpa peduli tata krama, Grand Duke Erbish langsung menyerbu ke Istana Emerald, tempat tinggal Pangeran Seandock. Langkahnya begitu cepat, hingga Sir Dulcais terhuyung-huyung mengejar. Grand Duke Erbish bahkan dengan lancang mendobrak ruang kerja putra mahkota."SEAN! KAU SUDAH KETERLALUAN!" bentaknya.Namun, hanya lengang yang menyambut sang grand duke. Ruang kerja putra mahkota kosong. Tumpukan dokumen di meja bahkan seperti belum tersentuh."Sepertinya, putra mahkota sedang keluar, Yang Mulia. Bagaimana kalau kita kembali ke kediaman, beristirahat, menenangkan diri, lalu ke sini lagi setelah membuat janji?" bujuk Sir Dulcais dengan napas tersengal-sengal.Dia sedikit lega. Grand Duke Erbish tak berhasil bertemu Pangeran Seandock. Artinya, tak akan ada pertengkaran yang bisa saja memicu perang saudara.Namun, harapan Sir Dulcais kembali merosot tajam. Grand Duke Erbish tiba-tiba menarik salah seorang pelayan bertubuh kurus. Pemuda malang itu seketika gemetaran dengan berurai air mat
Lady Cherrie langsung menjatuhkan diri ke lantai. Dia meringis sambil memegangi kepala. Pangeran Seandock seketika terlupa dengan wajah bengis dan tingkah aneh gadis itu sebelumnya. "Cherrie! Cherrie!" serunya panik. Dia menarik Lady Cherrie ke dalam dekapan. Sir Markist yang baru tiba termangu di depan pintu. Ruangan berantakan dan Lady Cherrie yang tampak sekarat dalam pelukan Pangeran Seandock tentu menimbulkan banyak tanda tanya. Terlebih, gadis itu terlihat baik-baik saja sebelumnya. Pangeran Seandock melihat ajudannya hanya terbengong-bengong di depan pintu seketika menjadi geram. Calon putri Mahkota tengah terluka. Bisa-bisanya Sir Markist malah melamun seperti orang bodoh. "Markist! Apa yang kau lakukan di sana, hah? Cepat panggilkan tabib atau pendeta!" titah Pangeran Seandock gusar. "Baik, Yang Mulia."Sir Markist telah menghilang dari depan pintu. Gerakan seorang mantan prajurit bayaran memang sangat gesit dan hampir tak menimbulkan bunyi apa pun. Pangeran Seandock kem
"Akhir-akhir ini kenapa air dari kuil suci tidak berkhasiat, ya," celetuk salah seorang gadis berambut sebahu.Sementara itu, tangannya sibuk mengucek baju. Dia dan dua temannya memang tengah mencuci di pinggiran sungai. Demi mengusir sepi, bergosip memang sering kali menjadi pilihan mereka untuk menghangatkan suasana. Ketiganya tak menyadari Grand Duke Erbish yang tengah menenangkan pikiran tengah tidur-tiduran di pohon yang menaungi mereka."Katanya, kepala kuil sedang sakit setelah menyembuhkan nona saintess dari serangan sihir hitam Lady Neenash," sahut gadis lain yang berkepang dua.Telinga Grand Duke Erbish seketika berdiri. Matanya yang terpejam langsung melotot. Amarah yang sempat surut kembali meluap-luap.Rumor Nona Saintess mendapat kiriman sihir hitam dari Lady Neenash dan Pangeran Sallac merebak dalam semalam. Hampir setiap sudut kota terus membahasnya. Grand Duke Erbish telah mengelilingi kota dan hanya mendengar cacian untuk dua orang yang disayanginya itu.Oleh karena
Saat bibirnya tepat di samping telinga Lady Cherrie, Grand Duke Erbish mendesis tajam, "Aku tidak perlu kekuatan palsumu, Lady."Lady Cherrie tersentak. Dia refleks mendorong Grand Duke Erbish menjauh. Tangannya tampak gemetar, tetapi dengan cepat disembunyikan di balik gaun.Setelah dapat mengendalikan diri lagi, Lady Cherrie segera memasang wajah polos. "Apa maksud Anda, Tuan Grand Duke?" tanyanya."Harusnya kau mengerti apa yang kumaksud," sindir Grand Duke Erbish dengan senyuman sinis."Saya benar-benar tidak mengerti maksud Anda, Yang Mulia," sahut Lady Cherrie dengan suara bergetar.Gadis itu sepertinya akan menangis. Sir Dulcais mengelap keringat yang terus meluncur di keningnya. Dia tentu tak ingin sang tuan bersengketa dengan putra mahkota dan pihak kuil.Sementara itu, Grand Duke Erbish tertawa sinis. Dia melangkah santai menuju sofa, lalu duduk dengan wajah tanpa dosa. Dia juga mengeluarkan sapu tangan bersulam bunga lavender pemberian Lady Neenash dan membersihkan kening b