“Aku sudah siap, ada yang ingin kukerjakan lagi, aku duluan.” Michael bangkit dari duduknya, menggeser ke belakang kursinya, setelah berucap menatap ke arah sang ayah, ia langsung berbalik pergi. Helena memperhatikannya, dari apa yang dilakukan Michael, seperti hal biasa yang bahkan Marvel saja hanya menatapnya sejenak tanpa memberikan balasan, pria itu lanjut menikmati makanannya. Melihat satu persatu anggota keluarganya. Helena menghela napasnya samar. ‘Keluarga seperti apa ini?’ Tak ada yang sama sekali peduli satu sama lain, seperti orang asing yang disatukan di tempat yang sama. Yang mereka pedulikan hanya diri sendiri, dan Helena tak tahu itu, apakah sikap baik terhadapnya itu benar-benar sikap baik? Tak lama setelah Michael pergi, di situ istri kedua Malvin menyusul beranjak pergi dan tanpa sepatah kata pun, asal pergi begitu saja. Tapi ketika bangkit, sorot mata sinisnya sangat jelas tertuju ke arahnya. Begitu kelihatan membencinya. ‘Haha, dasar, kau pikir aku takut dengan
Drap ... ! Drap ... ! Sret ... ! Sret ... !Suara derap langkah kaki berpadu dengan suara benda diseret terdengar di tengah keheningan dan ketegangan yang tercipta. Tepat di saat langkah seseorang tersebut terhenti. Di dalam kolong ranjang, terdapat seorang gadis kecil tampak menutupi mulutnya rapat-rapat, berusaha menahan rasa takutnya yang sangat luar biasa dan suaranya yang mungkin akan keluar karena tangisannya yang tak bisa dibendungnya. Saat tadi memperhatikan dengan mata kepalanya sendiri, seorang wanita yang merupakan ibunya sendiri, tergeletak di lantai dengan tubuh tanpa balutan busana dan penuh luka di mana-mana. Wanita itu dengan sekuat tenanganya berusaha berucap, “Pergi cepat dari sini ... pergi Helena.”Jari telunjuknya yang terasa sulit digerakkan berusaha menunjuk sesosok orang berpakaian serba hitam tengah berada di dapur rumahnya. “Dia ... a-akan membunuhmu.”Ketika gadis kecil itu menoleh melihatnya, ia terperanjat kaget karena melihat dari situ, seorang pria di d
“Kebetulan sekali Helena, aku di sini bersama Evan,” ujar Delina memamerkan dirinya bersama Evan. Dan pria itu baru kelihatan menyusulnya masuk ke dalam. Delina melihatnya, melambaikan tangan ke arahnya. “Sayang! Aku di sini!” panggil Delina.‘Wah, dia mencoba memanas-manasinku dengan b*jingan itu,’ batin Helena tanpa sedikitpun menunjukkan reaksi dan tampangnya biasa saja melihat kedatangan Evan ke arah mereka.Evan tertegun tak menyangka melihat Helena di sini. Semulanya wajahnya tampak lesu seketika melihat adanya Helena di situ, seketika berubah cerah dan dengan semangatnya pria itu melangkah ke tempatnya.Setiba Evan sampai di situ. Delina menarik lengan tangan Evan dan memeluk lengannya sambil berucap menatap Helena, “Kami berdua sarapan pagi bersama sebelum berangkat kerja. Ini biasa kami lakukan bersama, ya ‘kan sayang?” Delina memandang Evan sambil mengulas senyumnya.Mata Evan terus tertuju ke arah Helena yang menatap datar Delina kekasihnya kini dan tak sedikit pun memandang
Di dalam ruangan yang hanya terdapat cahaya temaram, sesosok berhoodie bertubuh tinggi tegap tengah berdiri di antara orang-orang yang tergeletak penuh luka, sambil pria itu sibuk mengikat pembalut ke telapak tangannya dengan susah payahnya.Terlarut melakukan itu, ia sampai tak menyadari datangnya seseorang bila seandainya dia tak bersuara.“Aku mencarimu dari tadi, ternyata kamu ada di sini,” katanya dingin.Suara seseorang tersebut terasa tak asing di telinganya. Ia pun membalasnya, “Kenapa mencariku?” tanyanya balik tak kalah dinginnya sembari memutar tubuhnya sehingga mereka saling berhadapan.“Aku tidak menyetujui keputusanmu, ini jawabanku sekarang,” kata Alex dan setelahnya langsung berputar balik, melangkah pergi begitu saja.Michael, pria dengan hoodie hitam itu, ia hanya menatap punggung kakaknya yang perlahan menghilang dari matanya. “Kalau begitu jangan salahkan ‘ku jika bertindak kelewatan batas.”Sorot matanya menyala dan samar-samar bibirnya tertarik miring membentuk se
Kedatangan pria itu membuat Sofia sigap melindungi Helena. Berdiri dengan melebarkan kedua tangannya menutupi Helena yang berada di kasur, baru saja mengubah posisinya menjadi duduk.“Mau apa kau?” Sofia bertanya ketus dan mengintimidasi tajam pria tersebut. Pria itu menurunkan tangannya yang memegang pistol dan perlahan menghela napasnya. Ia juga menggaruk tekuk lehernya dan tersenyum canggung sambil mendesah pelan menatap mereka. “Hais~ sepertinya aku salah kamar lagi. Maaf sebelumnya, aku seorang polisi, ada buronan yang sedang kucari di hotel ini.” Ia membungkukkan tubuhnya setelahnya lalu undur diri begitu saja. Tak lupa menutup kembali pintu kamar hotel Helena.“Buronan?” Helena penasaran, memegang dagunya tengah berpikir, ‘Siapa buronan itu sampai polisi masuk ke hotel ini?’“Nona muda, Anda harus tetap bersama saya di sini,” kata Sofia melirik Helena.Sudut bibir Helena terangkat. Wanita itu duduk dengan bersedekap dada dan melipat kakinya. ‘Dia pasti tengah merasakan ancama
“Kamu … haiss … ” Helena mendesah panjang melihat tangannya dicekal erat dan beralih melirikkan matanya menatap lekat mata hitam pria itu yang begitu tajam menatapnya sampai Helena merasa bila dia tengah menunjukkan tekanan padanya. Helena tidak terima itu, ia mengangkat satu tangannya dan mengacungkan jari telunjuknya di hadapannya. “JANGAN PERLIHATKAN TATAPAN ITU PADAKU!” teriak Helena tepat dekat dengan wajah Roky. ‘Suaraku? Ah~ kenapa aku jadi berteriak sekuat ini?’ Helena membungkam cepat mulutnya meruntuki dirinya sendiri yang kelepasan berteriak padahal tadinya cuman ingin santai saja menekannya. Ia menepuk-nepuk jidatnya. ‘Ini tidak benar, emosiku tidak seperti ini. Apa ini kebiasaan tubuh ini?’ Melihat tingkah wanita yang tangannya dicekalnya, dahi Roky tampak mengerut. “Sinting,” cibirnya. “Apa?!” Telinga Helena sangat tajam mendengarnya. Wanita itu mencengkram baju Roky dan membuatnya begitu dekat jaraknya dengannya. “Beraninya kamu mengatakan itu padaku setelah selama in
Sekarang Helena berada di luar sebagai housekeeping atau lebih tepatnya ia tengah menyamar sebagai housekeeping yang kini menggantikan posisinya di dalam kamar hotelnya. Yang akan Helena lakukan sekarang adalah menuju ke dalam kamar hotelnya dulu dan itu sudah menjadi kamar khsusus untuknya yang bahkan orang lain tak boleh memasuki tanpa seizin darinya. Alasannya tentu ada karena ia di sini pemilik sebagian persen saham hotel atau bisa dibilang VIP di sini. Dan tujuan Helena masuk ke kamarnya sebab ada sesuatu yang penting ia simpan di sana dan ingin ia ambil. Ceklek! Pintu terbuka dengan mudahnya karena menggunakan double lock yang sudah semestinya selalu dipegang houskeeping hotel. Helena masuk ke dalam sambil mendorong masuk troli agar ia tak ketahuan menyusup. Sadar juga sekarang ia bukan Helena yang dulu sebagai pemilik akses yang besar di sini. “Gelap, apa tidak ada yang membersihkannya sampai lampunya tidak dihidupkan?” gumamnya mendesah pelan. Helena abaikan itu dan di ten
“Pergilah Nona.” “Huh!” dengus Helena beranjak pergi melewatinya sampai tak sengaja saling bersenggolan lengan dan sama-sama mereka bertatapan. Helena langsung memalingkan wajahnya. “ Tidak sopan sekali,” gerutu Helena seraya membawa troli yang dibawanya sebelumnya saat keluar. Mendengar suara gerutuan Helena, telinga sensitif Roky berkedut. “Berhenti,” ucap Roky sembari berbalik bermaksud menghentikan wanita itu keluar. Namun, yang dilakukannya itu terlambat, sudah terlanjur wanita itu angkat kaki dari kamar ini. Kedua tangan Roky terkepal. “Siapa dia sebenarnya?” pikirnya menggertak gigi. Sementara Helena yang sudah berada di kamarnya kembali dan berhasil bertukar posisi dengan housekeeping yang syukur bisa diajaknya bekerja sama, meski pun sama sekali tak ada hasil ia menyamar dan heran bisa semudah itu kebongkar penyamarannya, hanya karena anting berliannya terjatuh. “Matanya jeli sekali.” Helena menjauhkan dirinya duduk di kasurnya sambil memijit pangkal hidungnya yang sekira