Semua Bab Balas Dendam Mafia di Tubuh Wanita Gila: Bab 1 - Bab 10
76 Bab
Bab 1 Tempat Asing
‘Apa kau ingin mati?!’ ‘Waktunya tidak banyak lagi. Kita harus pergi sebelum dia datang!’ ‘Pergi dari sini atau aku akan menembak diriku sendiri?’ ‘Helena!’ ‘AWAS ADA TRUK REM BLONG!’ ‘Tidaaak!’ Hosh! Hosh! Hosh! Sepasang mata itu seketika terbuka. Napasnya tersengal tidak beraturan, seolah baru saja berlari kencang. Suara-suara tumpang tindih yang baru saja ia dengar seketika sirna, menyisakan hening yang menyesakkan seolah suara itu hanya ada dalam kepalanya. Tidak benar-benar nyata. “Apakah itu tadi mimpi buruk?” pikirnya sesaat sambil memandangi langit-langit di atasnya yang penuh sarang laba-laba seperti tak pernah dibersihkan. Ketika tangannya terangkat, ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Tangannya ... kenapa dengan tangannya seperti ini? Mengapa tangannya kecil sekali? Di mana otot-otot tangannya dulu? Walaupun sudah hampir berkepala empat, Helena tidak sekurus ini. Tunggu! “Kayes? Di mana Kayes?” Matanya menelisik sekitar, mencari keberadaan bawahannya ya
Baca selengkapnya
Bab 2 Bukan Mimpi
Kejadian dalam sekejap itu membuat Helena terpaku, mematung dengan kedua bola mata coklatnya membola lebar dan mulut sedikit terbuka. Helena mencoba berpikir keras. Yang ia dapatkan kemudian debaran jantungnya yang terasa lebih cepat. Helena menunduk, meringis, sedangkan satu tangannya berusaha menekan dadanya yang terasa sesak dan satunya lagi memegangi kepalanya yang terasa sakit, ia sampai menjambak-jambaknya dan memukulnya guna untuk meredakan rasa sakit yang tiba-tiba muncul kembali di kepalanya. Namun, bukannya rasa sakitnya menghilang, malah rasanya semakin menjadi-jadi tak tertahankan. "Apa ini? Me-menyakitkan sekali … " Helena berusaha menarik kuat rambutnya. "Ini tidak benar, apa yang terjadi dengan diriku … ekhh!" erangnya kesakitan. Helena menggigit bibir bawahnya yang gemetar akibat dari rasa sakit di kepalanya, seperti sesuatu yang menghantamnya terus-menerus mengenai kepalanya. Ia bisa gila terus-terusan seperti ini. Ia butuh obat. Setidaknya bisa meredahkan rasa sa
Baca selengkapnya
Bab 3 Siasat Buruk Delina
"Aku tidak mengerti apa yang telah terjadi padanya. Apa benar orang yang tidak waras dapat berubah dalam sehari?" bisik perawat yang tengah mengupaskan buah untuk Helena, sedikit melirikkan mata ke arah Helena. Ia hati-hati berbisik dengan temannya sesama perawat, yang mengupas buah bersamanya di sebelahnya. Memang keanehan terjadi pada Helena wanita yang biasa mereka rawat kini tengah duduk sibuk membersihkan kuku jari jemari tangannya yang sudah panjang dan kotor, begitu tenang tak seperti biasanya dengan salah satu perawat yang sibuk membantu mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk dan satu perawat wanita yang tengah membantu mengobati luka di pergelangan kakinya. Setelah tadi Helena meminta mereka mengantarkannya mandi tanpa mereka membantunya saat mandi. Sekarang Helena sibuk merawat dirinya. Sampai mereka menjadi repot disuruhnya kesana-kemari. Dan ketika terdengar mereka mendumel saja, Helena langsung sadar, menatap mereka nyalang seperti akan menelan mereka hidup
Baca selengkapnya
Bab 4 Saling Bertabrakkan
“Nona muda, silahkan turun.” Sopir Andrian membukakan pintu mobil, mempersilahkan Helena keluar dari mobilnya. Kedua kaki jenjang putih mulus Helena yang pergelangan kakinya tertutup pembalut luka, perlahan turun menginjak halaman luas mansion besar keluarga Dawson, keluarga Helena si pemilik tubuh asli yang memiliki nama depan Helena dan nama belakang keluarganya Dawson. Helena sedikit takjub dan sedikit tak menyangka juga bakal berada di tubuh putri bungsu keluarga Dawson yang merupakan partner kerjanya dahulu serta sahabatnya semasa SMA-nya, ia adalah Malvin Dawson. “Ini mansion atau istana?” Helena yang sudah turun, terperangah melihat bangunan megah yang ada di depan matanya. Helena pernah mendengar dari Malvin Dawson bila pria itu mendapatkan tempat tinggal baru yang mungkin akan menarik mata Helena. Sampai Malvin menyarankan Helena untuk datang ke mansion barunya. Dan tak menyangka juga, ia akan datang ke sini sendiri, bukan sebagai Helena temannya, melainkan Helena putrinya.
Baca selengkapnya
Bab 5 Dia yang Diharapkan
“Ini tidak benar!” Mendadak Helena berdiri dan berteriak spontan dari semulanya ia duduk diam di kasurnya. Seorang pelayan wanita yang perlahan membuka pintunya akan masuk ke dalam kamarnya menjadi terkesiap dan memegangi dadanya saking terkejutnya. “AAH! Lancang sekali dia.” Helena mengusap wajahnya dengan kasar, terlihat frustasi sekali. “Nona muda Helena! Anda kenapa?!” Suara pekikkan seorang wanita mengalihkan mata Helena, seketika ia menghindar darinya yang sepertinya akan memeluknya karena ia melihat wanita itu berlari dengan melebarkan kedua tanganya. Begitu cepat Helena menghindar, hampir saja waanita itu menabrak dinding di depannya seandainya kakinya tak cepat berhenti. “Huft, untung tidak jatuh.” “Siapa kamu?” selidik Helena bersedekap mengintrogasinya. Sofia berbalik menghadap Helena dengan sedikit membenah sikapnya lebih profesional seperti biasa sembari mendorong kacamata kotaknya, membenahinya yang hampir merosot dengan menggunakan satu jari tangannya. “Nona muda ti
Baca selengkapnya
Bab 6 Berbagai Tatapan
Menyisipkan rambutnya ke belakang daun telinganya. Helena tersenyum menyapa mereka, dengan caranya seakan malu-malu di depan mereka semua. Semua orang tampak tercengang melihat kedatangannya, tak ayal mereka seperti itu bila selama ini saja Helena mereka ketahui lagi dirawat di rumah sakit jiwa karena kesehatan mentalnya terganggu dan ada rumor beredar juga bila Helena memiliki penyakitit bipolar yang sukar mengendalikan emosinya jika wanita muda itu sudah marah. “Helena ... putriku?” Malvin mengerjapkan kedua matanya dan menggosok matanya dengan kedua tangannya hampir tak percaya putrinya satu-satunya, Helena, akan muncul di acara dinner yang dibuatnya. Selain itu, kapan putrinya sudah sembuh? Mengapa ia tidak mengetahuinya? Alex yang berada dekat duduknya dengan sang Ayah, memberikan bisikan pada pria setengah baya itu, “Itu Helena, Ayah. Aku sengaja tidak memberitahukannya ke Ayah tadi jika adikku sudah pulang karena aku melihat betapa sibuknya Ayah sejak tadi.” Tak membalas, Ma
Baca selengkapnya
Bab 7 Ada Darah!
Ckiitt! “Helena, mau kemana?” Mendengar decitan kursi dimundurkan ke belakang oleh sang adik perempuannya. Alex seketika menoleh, menanyainya. “Mau ke toilet sebentar,” balas Helena tenang, dengan kedua tangannya menjinjing dress yang dikenakannya, berhati-hati agar tak menyangkut di saat ia akan berjalan keluar. “Cepatlah kembali,” pesan Alex padanya. Helena mengangguk ringan serta membalasnya, “Iya.” Setiap gerak-gerik yang dilakukan Helena, banyak sekali pasang mata terus mengintainya. Bahkan di saat wanita itu beranjak. Banyak yang sebagian dari mereka bertanya-tanya karena tak mendengar pembicaraan pelan dan singkat yang dilakukan Helena dengan Alex. “Ke mana dia?” Delina merasa penasaran Helena pergi begitu saja. Dari sejak tadi pun ia sudah tak tenang, makan saja hanya beberapa suap, dan berkali-kali mencuri padang ke arah Helena yang asik santai menyantap daging steak di piringnya dan ketika Helena berdiri dari duduknya. Rasa penasarannya memuncak, ia begitu ingin tahu a
Baca selengkapnya
Bab 8 Lancang Lagi
“Helena ... ?!” Michael, Vincent dan Malvin terkesiap bangkit dari duduknya. Ketiga pria itu sama-sama mendekati Helena yang bahunya dipegangin Alex, saking takutnya lelaki itu bila adiknya itu akan terjatuh pingsan. Sedangkan tindakan yang dilakukan Michael, mengambil tisu untuk mengelap darah di bibir, pipi serta telapak tangan Helena, lalu kemudian Vincent mengambil segelas air minum untuk membantu meredakan batuk berdarah Helena. Helena menerimanya, dibantu Vincent memegangi gelasnya. Setelahnya mereka membantu Helena duduk di kursi dengan hati-hati. Begitu memperlakukannya layaknya permata yang berharga. “Ayah akan siapkan mobil, kita ke rumah sakit sekarang.” Malvin berkata pada mereka, Helena mendengar itu seketika menoleh. “Jangan!” bantah Helena. Sontak membuat mereka memandanginya, terkejut. Malvin yang sempat akan melangkah itu. Berbalik kembali menatap sang putri. “Helena, kamu batuk berdarah loh. Bagaimana jika itu membahayakanmu? Ayah takut kamu kenapa-napa, saya
Baca selengkapnya
Bab 9 Tamparan Mengerikan Michael
Tock! Tock! Tock! Pintu terketuk tiga kali, semulanya Helena yang sibuk menyisir rambut hitam panjangnya yang tergerai lurus sampai sebatas pinggangnya, sembari Helena menatap cermin yang ada di depannya dengan posisi dirinya berdiri. Mendengar suara ketukan pintu, lantas Helena mengalihkan wajah, sambil berujar, “Masuk.” “Selamat pagi Nona muda.” Sofia menyapa hormat Helena setelah masuk ke dalam dan menutup kembali pintunya, lalu sedikit ia membungkukkan tubuhnya. “Pagi,” balas singkat Helena, terasa enggan bicara saat masih pagi begini. Sofia menatapnya dengan wajah terpasang rumit. Helena melihat itu mengerut penasaran. Ia pun bertanya, “Kenapa menatapku seperti itu?” “Nona muda, bagaimana dengan kondisi Anda?” tanya Sofia. “Kau lihat saja sendiri sekarang seperti apa kondisiku,” balas Helena yang tak terdengar memuaskan bagi Sofia. Helena menyadari itu, raut wajahnya tak bisa membohonginya. Sofia masih begitu penasaran dengan kondisinya. “Terkadang penampilan sering menipu,
Baca selengkapnya
Bab 10 Salah Sangka
“Kak Michael, kau sedang apa di sini?” Vincent melontarkan pertanyaan pada pria itu, yang kini mengalihkan pandangan ke arahnya. Bukan! Melainkan ke arah Helena yang berada di belakang Vincent, memastikan bila sang adik tak bereaksi berlebihan setelah ia bertindak kasar kepada laki-laki yang sangat disukainya. Itu menurut apa yang diketahui Michael selama ini. “Menemui adik perempuanku, sepertimu,” balasnya singkat kemudian itu ia berjalan menghampiri Helena yang berada di belakang Vincent, tengah menatapnya begitu datar, seakan tak ada nyawa di dalam diri wanita muda itu. Michael yang sudah berada di hadapan Helena, lantas berujar lembut padanya, “Aku melakukan itu demi kamu, sekalipun kamu akan melarangnya, sebagai seorang kakak, aku tidak akan membiarkan laki-laki busuk sepertinya, mendekatimu. Kamu boleh marah padaku, aku akan terima, tapi aku tidak akan membiarkanmu dekat dengannya lagi untuk kali ini.” Mata Helena yang menatap manik coklat dingin itu, sampai hampir lupa berk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status