Bab 18 Balas Dendam Yang SalahTerjebakAlvis berdiri dari hadapan Karina dan membuka lemarinya. Lalu menukar pakaiannya dengan piyama. Kemudian kembali mendekati Karina, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Tidurlah, aku akan mengatur waktu yang tepat untuk kau bertemu dengan mantan kekasihmu itu," ujar Alvis yang sudah menggunakan kedua tangannya sebagai tambahan bantal untuk kepalanya. "Sungguh?" pekik Karina dengan kedua bola mata yang bersinar. Wanita itu sangat terlihat bahagia. Ia sontak merangkak dengan cepat dan memeluk suaminya itu dengan sangat erat. Alvis tercengang, tapi membiarkan Karina melakukannya. "Terima kasih, aku tak akan menuntut apapun padamu, Tuan. Asal kau biarkan aku pergi dari hidupmu," ujar Karina. "Hmm, menyingkirlah dari tubuhku. Jika kau tak ingin hidup bersamaku," ucap Alvis dingin. Karina tersentak, dan sontak menarik tubuhnya agar menjauh. Lalu ia beringsut dari kasur. Lalu turun dan duduk di atas sofa. Susah payah ia ingin merebahkan tubuhny
Bab 19 Balas Dendam Yang SalahKamu IstrikuAlvis terbahak dalam hati. Ia kemudian turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Karina menatap punggung pria yang membawanya dalam lelap tidur penuh kehangatan. "Bodoh! Seharusnya aku tak perlu tidur. Aku harus terjaga sepanjang malam. Astaga, apa aku menggodanya semalam?" rutuknya dalam hati. Ia masih meremas-remas selimut yang menutupi tubuh polosnya. Ia melirik lingerie yang semalam ia kenakan. Tergeletak serampangan di bawah lantai. Gemericik air dari dalam kamar mandi membuatnya ingin sekali membasahi tubuhnya yang tiba-tiba menjadi panas dan gerah. Tapi, ia menunggu suaminya keluar dari tempat itu. Dan, saat pria itu keluar dengan bertelanjang dada. "Damn it! Astaga! Kenapa denganku?" batin Karina meracau. Melihat tubuh basah Alvis, dengan sisa-sisa air dan aroma sabun yang begitu menggoda. Libidonya terusik dan meronta. Karina mencebik, lalu menggulung tubuhnya menggunakan selimut. Dan turun dari ranjang untuk segera b
Bab 20 Balas Dendam Yang SalahRasaAlvis memindai seluruh bagian tubuhnya yang bisa dijangkau dengan tatapannya. Namun, ia tak mendapati ada yang aneh pada dirinya. Ia Pun kembali menatap istrinya yang masih terkikik dengan bibir yang terbungkam."Ka!" panggil Alvis sedikit memekik. "Iya, Mas… eh, Abang Alvis. Oh salah, kurang pantas. Bagaimana kalau Kak Alvis. Ya ampun… semua itu tidak pantas untuk menyematkan dalam panggilan untukmu, Tuan." Karina dengan senyum polosnya kembali terkikik seraya membungkam mulutnya. Alvis mencebik, dan melanjutkan melepaskan pakaiannya. Sementara Karina membanting tubuhnya ke kasur sebab, masih terbahak. Alvis tak menghiraukannya. Ia menatap istrinya dari cermin dilemarinya. Bahkan ia mengagumi wanita yang kini sedang menampakkan wajah cantiknya dengan tertawa lepas. Tidak seperti beberapa hari yang berlalu. Dia selalu tampak murung dan terus saja marah-marah. Alvis hanya tersenyum menatap istrinya melalui cermin di hadapannya. "Berapa usiamu, Tu
Bab 21 Balas Dendam Yang SalahNafsuKarina mendengus, saat yang ia lihat adalah Antini. Perempuan yang selalu mengulas senyuman di bibirnya tapi, sorot matanya begitu dingin. "Maaf, Nyonya. Tuan Alvis meminta dompetnya. Katanya tertinggal di kasur, ada bersama Nyonya," ucapnya. Karina sontak mencarinya, ia mengedarkan tatapannya ke hamparan kasur yang ia tindih. Dan sudut matanya melihat benda itu di samping pahanya. Ia gegas mengambil dan menyerahkan kepada Antini. "Ini," ucapnya. "Baik, terima kasih Nyonya. Permisi," ujar Antini berpamitan seraya mengangguk hormat. "Bu, sebentar," sergah Karina seraya menarik lengan Antini. Wanita itu sontak menoleh dan menatap Karina lekat. Dengan wajah yang sedikit seram. Sebab lengkungan di wajahnya kini terlihat datar. "Iya, ada apa Nyonya? Apa yang anda butuhkan?" jawabnya. "Em, katakan pada suamiku. Aku ingin sekali menghirup udara luar. Aku sangat bosan di dalam kamar. Bolehkah aku keluar, sekedar melihat sekitar rumah besarnya ini?"
Bab 22 Balas Dendam Yang SalahAlvis Untuk Karina Beruntung Antini saat itu kembali sebab, membawakan camilan untuk Nyonya Mudanya. Ketika dia baru saja membuka pintu kamar. Antini mendengar suara Karina yang sedang memuntahkan isi perutnya. "Nyonya!" pekiknya, saat ia melongok ke kamar mandi. Tubuh Karina sudah tergeletak di atas ubin. Dia gegas merogoh kantongnya dan menghubungi keamanan rumah. Agar membantunya membopong tubuh Karina. Setelah itu, Antini gegas menghubungi Alvis juga dokter keluarga. Alvis akhirnya membatalkan kepergiannya. Ia kembali lagi ke rumah. Dan meminta asisten pribadinya menemui sang nenek. Alvis berlari dengan sangat cepat menuju kamarnya. "Apa yang terjadi!" tanyanya dengan nafas yang menderu dan terengah-engah. Antini menunduk seraya memundurkan langkahnya. Memberikan ruang pada Alvis agar bisa mendekati Karina, yang sedang dipasang jarum di punggung tangannya. "Aku sudah ambil sampel darahnya. Besok aku bawakan hasil labnya, ya. Ini, jika nanti di
Bab 23 Balas Dendam Yang SalahAndini Alvis gegas membaringkan kembali tubuh istrinya. Karina mendesis lirih, merasakan pusing di kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. "Ka, kamu baik-baik saja?" bisik Alvis seraya mengusap kepala sang istri. "Kepalaku sakit sekali," keluhnya lirih. "Bawa tidur saja coba, Ka. Siapa tahu mendingan, sini biar aku kelonin," ujar Alvis seraya membaringkan tubuhnya di samping Karina. Wanita itu tak menghiraukannya. Dia hanya fokus dengan rasa nyeri yang menderanya. Alvis memijat lembut kening hingga kepala bagian belakang istrinya. Hingga wanita itu akhirnya terlelap dalam pelukannya. Alvis tersenyum. Ia mengusap lembut wajah pucat istrinya. Membingkai tatapannya ke seluruh wajah Karina. Dna berhenti tetap di bibir tipis yang sedikit terbuka. Wajahnya mendekat, terus mendekat dan menyatukan ujung bibir mereka. Melumatnya dengan sangat lembut. Meski tanpa balasan sebab Karina sepertinya sangat nyenyak sekali tertidur. Tapi, pria itu tersenyum puas. M
Bab 24 Balas Dendam Yang SalahRayuan Maut AndiniAlvis tak mendengar kalimat yang terucap dari bibir Andini kala itu. Dia hanya tahu, telah menodai calon istrinya. Sebagai lelaki yang bertanggung jawab. Alvis harus segera menikahinya, sebelum wanita itu hamil pastinya. Sebab, dia menumpahkan tembakannya di dalam rahim hangat Andini."Baguslah, akad nikah akan kita laksanakan tiga hari lagi. Lalu, pesta akan diadakan bulan depan. Begitu Nak Alvis?" tanya Danu--orang tua Andini."Siap Om," jawab Alvis pasti. Andini berada di sampingnya. Dengan manja dia bergelayut di lengan Alvis. Membuat Alvis merasa sangat tersanjung kala itu. Akhirnya dia bisa mendapatkan wanita yang sangat dia cintai itu."Oke, kesepakatan telah kita setujui ya. Jadi, mahar apa yang kau inginkan Andini?" tanya Danu sekali lagi pada putri sulungnya itu.Andini menatap lekat Alvis yang menatapnya dengan senyuman manis. Andini mengerjapkan matanya, seolah ingin menghipnotis pria itu melalui tatapannya. Alvis meremas l
Bab 25 Balas Dendam Yang SalahAndini Dan Bryan Terselubung Setelah menulis sendiri angka yang ia inginkan. Andini gegas mempercantik diri. Sebab dia akan bertemu dengan kekasihnya. Dia merasa umpan tubuhnya harus mendapatkan harga yang fantastis dari mangsanya."Kau tampak tak bersemangat sekali hari ini, An?" protes Bryan, saat mereka usai make love di apartemen milik Bryan."Ah, maaf sayang. Kau tahu, demi lima ratus juta itu, aku harus membuatnya menikmati tubuhku sampai dua kali pagi tadi," sahut Andini seraya merekatkan dekapannya ke tubuh Bryan."Astaga! Kau bahkan hanya sanggup sekali melayaniku selama ini. Sampai aku harus keluar demi mencukupi hasratku tapi, kau bisa melayaninya sampai dua kali. Itu pagi ini, lantas semalam, berapa kali kalian bercinta, ha!" amuk Bryan seraya mendorong kasar tubuh Andini."Ah sial!" pikir Andini. Dia sangat kesal rasanya. "Kau 'kan yang memojokkanku untuk menerima lamarannya! Ya konsekuensinya menikah pasti harus berhubungan badan, bukan!"