Home / Urban / Balas Dendam sang Kultivator / Bab 83. Ruangan di Bawah Lantai

Share

Bab 83. Ruangan di Bawah Lantai

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2025-08-01 15:04:56

Rayden tidak menjawab Lyra. Ia hanya menyingkirkan puing-puing terakhir, menampakkan sebuah pintu jebakan dari logam hitam yang telah berkarat parah, menyatu dengan lantai batu di sekelilingnya.

"Aku punya firasat buruk tentang ini," gumam Lyra, matanya yang berwarna perak menyipit saat ia merasakan aura dingin yang samar merayap keluar dari celah-celah pintu itu.

Rayden meletakkan tangannya di atas mekanisme kunci yang telah macet. Dengan sedikit aliran energi spiritual, ia memaksa baut-baut internal yang berkarat untuk bergeser. Dengan suara erangan logam yang menyakitkan, pintu itu terbuka, mengeluarkan hembusan udara yang pengap dan dingin.

Sebuah tangga batu yang curam dan gelap terbentang di hadapan mereka.

"Tunggu di sini," perintah Rayden pada timnya. "Aku dan Lyra akan turun."

Dengan bola cahaya kecil yang mengambang di telapak tangannya sebagai penerangan, Rayden mulai menuruni tangga, diikuti oleh Lyra yang bergerak tanpa suara di belakangnya. Udara di bawah terasa berat da
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 88. Perburuan di Pasar Gelap

    Mata Rayden dan Kara langsung tertuju pada tablet di tangan Alesia, seolah benda itu adalah satu-satunya sumber cahaya di ruangan yang tiba-tiba terasa penuh harapan. Jalan buntu yang mereka hadapi selama berhari-hari kini retak oleh satu bisikan tak terduga dari jaringan mata-mata Alesia."Lelang?" kata Rayden, suaranya rendah, namun di dalamnya ada getaran dari seekor pemburu yang baru saja menemukan jejak mangsanya. Sebuah rencana mulai terbentuk di benaknya. "Di mana?"Alesia tersenyum, menikmati momen saat ia menjadi pusat perhatian. "Tidak di tempat biasa, tentu saja," jawabnya. "Namanya Paviliun Giok Tersembunyi. Sangat eksklusif, hanya untuk undangan. Mereka berpindah-pindah lokasi setiap bulannya. Besok malam, lokasinya ada di sebuah vila pribadi di distrik perbukitan."Tanpa perlu perintah lebih lanjut, tim itu bergerak sebagai satu unit yang mulus. Mereka telah menemukan tujuan mereka.Alesia langsung sibuk dengan komunikatornya, menghubungi kontak-kontak lamanya di dunia s

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 87. Sekte Spasial yang Hilang

    Rayden menatap Kara, intensitas di matanya berkilat tajam. Nama itu—Sekte Spasial—terasa kuno dan penuh dengan rahasia. Ia mencondongkan tubuhnya sedikit, tidak ingin melewatkan satu kata pun."Sekte Spasial?" tanyanya, suaranya rendah namun mendesak. "Ceritakan semua yang kau tahu."Kara menarik napas dalam-dalam, matanya yang jernih menerawang, seolah sedang menyelami lautan ingatan yang dalam dan gelap. Gairahnya terhadap pengetahuan yang telah lama terpendam kini menyala kembali. Ia tidak lagi terlihat seperti seorang pasien yang sedang pulih, melainkan seorang cendekiawan yang telah menemukan kembali dunianya."Tidak banyak yang diketahui," mulainya, suaranya pelan. "Sejarah mereka seolah sengaja dikikis dari catatan dunia. Yang tersisa hanyalah potongan-potongan legenda, bisikan-bisikan peringatan di dalam teks-teks kuno yang dianggap sesat oleh kebanyakan sekte."Ia mulai menceritakan apa yang ia ingat dari naskah terlarang yang pernah ditunjukkan kakeknya. "Mereka adalah kelom

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 86. Bintang Lain

    Pesan dari Kara terpampang di layar komunikasi Rayden, setiap katanya bersinar seperti bintang di kegelapan ruang bawah tanah yang pengap. "Itu adalah penanda konstelasi bintang dari teks-teks kuno keluarga kami tentang perjalanan dimensi."Rayden menatap pesan itu, lalu kembali menatap diagram rumit yang terukir di dinding batu di hadapannya. Sebuah getaran antisipasi yang dingin menjalari tulang punggungnya. Ini dia. Ini adalah kepingan puzzle pertama yang benar-benar pas.Tanpa membuang waktu sedetik pun, ia berbalik. "Kita kembali," katanya singkat pada Lyra dan timnya.Perjalanan kembali ke Malora terasa jauh lebih cepat, didorong oleh urgensi yang baru. Rayden tidak lagi hanya mengikuti jejak yang dingin, ia kini sedang berlomba menuju sebuah jawaban.Saat ia tiba di markas, ia tidak berhenti untuk beristirahat. Ia langsung menuju kamar Kara. Pemandangan yang menyambutnya membuatnya berhenti sejenak di ambang pintu.Ruangan yang tadinya hanya kamar pemulihan yang tenang, kini te

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 85. Jejak yang Menghilang

    Setelah berminggu-minggu yang terasa seperti selamanya, ruang strategi di markas Rayden telah berubah. Peta Malora yang tadinya dominan kini telah digantikan oleh tumpukan gulungan kuno, kristal data yang berkedip-kedip, dan catatan-catatan yang ditulis dengan tergesa-gesa. Perburuan mereka terasa seperti mencari sebutir pasir di tengah gurun.Tepat saat frustrasi mulai mencapai puncaknya, Lyra muncul dari bayang-bayang. Gerakannya seperti biasa senyap, namun kali ini ada aura urgensi yang berbeda di sekelilingnya. Tanpa sepatah kata, ia melempar sebuah gulungan tua yang sudah menguning ke atas meja di depan Rayden."Ini adalah catatan pengiriman terakhir dari gudang rahasia Keluarga Bramasta sepuluh tahun yang lalu," katanya, suaranya yang datar terdengar lebih tajam dari biasanya. "Satu-satunya catatan di seluruh arsip mereka yang menyebutkan nama Brahma Angkara."Rayden langsung meraih gulungan itu. Tangannya yang mantap membuka segel lilin yang telah retak. Di dalamnya, tertulis d

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 84. Peta Menuju Antah Berantah

    Rayden menyentuh ukiran spiral di dinding batu yang dingin itu. Sebuah getaran energi yang sangat samar, setipis benang laba-laba, merambat ke ujung jarinya, beresonansi dengan Kunci Spasial yang tersimpan aman di dalam cincin penyimpanannya. Sebuah kesadaran yang mengguncang menghantamnya, menghubungkan semua titik-titik yang selama ini terpisah."Ini bukan sekadar simbol," katanya, suaranya yang pelan dipenuhi oleh bobot dari sebuah penemuan besar. "Ini adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar."Lyra mendekat, matanya yang berwarna perak menyipit saat ia mengamati diagram rumit di dinding. "Bagian dari apa?" tanyanya, nadanya waspada."Bagian dari sebuah mekanisme," jawab Rayden. Ia menoleh pada Lyra, matanya berkilat dengan kejernihan yang baru. "Tetua Arganta Bramasta, dia tidak hanya menemukan sebuah rahasia. Dia menemukan sebuah peta."Ia mengeluarkan Kunci Spasial—pecahan kompas kuno—dari cincinnya. Benda itu berdenyut dengan cahaya redup saat didekatkan ke dinding, seolah m

  • Balas Dendam sang Kultivator   Bab 83. Ruangan di Bawah Lantai

    Rayden tidak menjawab Lyra. Ia hanya menyingkirkan puing-puing terakhir, menampakkan sebuah pintu jebakan dari logam hitam yang telah berkarat parah, menyatu dengan lantai batu di sekelilingnya."Aku punya firasat buruk tentang ini," gumam Lyra, matanya yang berwarna perak menyipit saat ia merasakan aura dingin yang samar merayap keluar dari celah-celah pintu itu.Rayden meletakkan tangannya di atas mekanisme kunci yang telah macet. Dengan sedikit aliran energi spiritual, ia memaksa baut-baut internal yang berkarat untuk bergeser. Dengan suara erangan logam yang menyakitkan, pintu itu terbuka, mengeluarkan hembusan udara yang pengap dan dingin.Sebuah tangga batu yang curam dan gelap terbentang di hadapan mereka."Tunggu di sini," perintah Rayden pada timnya. "Aku dan Lyra akan turun."Dengan bola cahaya kecil yang mengambang di telapak tangannya sebagai penerangan, Rayden mulai menuruni tangga, diikuti oleh Lyra yang bergerak tanpa suara di belakangnya. Udara di bawah terasa berat da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status