Pov ArdiMenikah ternyata sangat membosankan. Apalagi jika istri sudah melahirkan bayi. Membuat penampilan fisik menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Wajahnya jadi sayu karena kurang tidur akibat begadang mengurus bayi. Tidak ada lagi badan seksi milik Desi yang bisa kulihat. Namun, di sisi lain aku juga menuntutnya untuk melahirkan sebanyak empat kali. Hingga kami memiliki tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki. Aku ingin memiliki anak sebanyak mungkin yang bisa di jadikan pewaris perusahaan Papa. Sekaligus anak yang bisa mengurusku di masa tua nanti.Pelayanan yang di berikan Desi di atas ranjang juga tidak bisa maksimal lagi. Sehingga membuatku sering mencari pelampiasan pada wanita lain. Yang sudah aku uji kebersihannya melalui peemeriksaan kesehatan di rumah sakit. Setelah memastikan jika wanita yang aku pilih sehat dan bebas dari penyakit menular baru kami melanjutlan hubungan. Aku bisa memberikan banyak uang pada wanita simpananku setiap mereka mau melayani dengan
Siang itu aku berkenalan dengan anak Bu May yang bernama Raya. Wajah cantik, tubuh seksi dan sikap yang ramah langsung memikatku saat itu juga Entah kenapa aku bisa langsung jatuh cinta pada Raya. Bukan hanya rasa tertarik seperti yang aku rasakan pada Sarah dan dua mantan kekasihku yang lain. Karena masih ingin mengobrol dengan Raya lebih banyak lagi, aku mengajaknya dan Bu May untuk menemaniku duduk di meja makan. Mumpung Desi dan anak-anak sedang tidak ada di rumah. Hampir saja kami ketahuan oleh Desi yang tiba-tiba saja sudah pulang ke rumah. Untungnya dia tidak curiga sama sekali dengan kedekatanku bersama Raya. Apalagi ini pertama kalinya aku mengijinkan pembantu untuk duduk di meja makan yang sama denganku. Setelah Desi pergi aku bisa menghela nafas lega.Di tengah kelumit hubunganku dengan Sarah yang sedang berada di masa membosankan, rasanya sangat menyenangkan bisa menjalnin hubungan dengan wanita baru seperti Raya. Dia jauh lebih pengertian dan baik daripada Sarah. Raya tid
"Sebenarnya dimana Desi dan anak-anak? Kenapa kamu sampai tidak tahu keberadaan mereka, Ardi?" Seru Mama jengkel yang membuatku keringat dingin. Sedangkan Papa hanya diam saja sambil menatapku tajam.Aku sangat tahu karakter orang tuaku yang lebih sayang dengan Desi. Tidak mungkin jika aku mengarang cerita jelek tentang Desi. Bukannya percaya Mama justru akan sangat marah padaku. Rasanya pikiranku buntu di tatap sedemikian tajam oleh orang tuaku "Aku nggak tahu Ma. Seharian ini aku bekerja di kantor jadi aku nggak tahu keman Desi dan anak-anak pergi. Tadi siang Bu May sempat telpon kalau Desi sedang tidak enak badan sehingga tidak bisa rewang di rumah tetangga. Jadi, Bu May yang menggantikannya. Aku izinkan karena tidak enak dengan tetangga kami jika tidak ada yang rewang. Baru saja aku pulang sore ini bersamaan dengan Papa dan Mama, mereka sudah pergi. Aku baru saja hendak mencari mereka. Tolong jangan marah padaku dulu." Jelasku pelan dengan suara bergetar. Ya ampun kenapa aku tida
Pov Orang KetigaSurat panggilan sidang dari pengadilan agama akhirnya datang juga ke rumah megah Ardi. Dia termenung menatap kurir yang mengantar surat itu. Tangannya sudah meremas surat tanpa membalas sapaan kurir yang berlalu pergi. Ardi menutup pintu rumahnya dengan kasar hingga membuat Bu May yang sedang memasak di dapur jadi terlonjak kaget.Ia masuk ke dalam kamar lalu duduk di tepi tempat tidur. Menyobek amlopnya dan membaca gugatan Desi yang tertera dalam surat tersebut. Di surat itu menyebutkan tentang sikap kasar Ardi pada Desi dan anak-anak selama ini yang di sebut kekerasan secara verbal. Walaupun tidak ada kekerasan secara fisik. Mata Ardi semakin membulat saat ia membaca isi gugatan berikutnya dimana Ardi sudah berselingkuh dengan Sarah. Hanya nama Sarah yang di sebutkan. Tidak ada nama Raya sebagai selingkuha Ardi. Desi mengklaim jika dia punya semua bukti yang akan ia bawa ke pengadilan saat sidang pertama kelak."Desi si*"*****." Seru Ardi marah dengan suara men
Kakiku melangkah menuju aula pernikahan. Di depan pintu terpampang foto Mas Harun, suamiku dengan seorang wanita yang sangat aku kenali. Dia adalah Raya, adik sepupuku sendiri. Tampak dua perempuan dengan kebaya merah muda menatapku dengan mata melotot kaget.“Aku boleh masukkan? Walaupun nggak punya undangan.” Tanyaku dengan senyum mengembang. “Silahkan Mbak Wulan.” Jawab salah satu dari dua perempuan itu. Sambil menganggukan kepala.Masuk ke dalam aula pernikahan yang megah dengan hiasan bunga di atasnya. Aku bisa melihat Mas Harun dan Raya tengah berdiri di pelaminan. Ada Ibu mertuaku dan paman Mas Harum di sisi kanan. Sedangkan orang tua Raya di sisi kiri pelaminan. Semua orang yang ada di aula ini tidak mempedulikan kehadiranku. Karena tamu yang datang memang sebagian besar adalah teman Raya. Tidak ada tetangga kami atau sahabat dekat Mas Harun.Tubuhku berdiri tepat di depan panggung hingga Mas Harun dan Raya bisa melihat keberadaanku. Begitu juga dengan Ibu mertuaku dan orang
Mas Harun langsung menekan layar tabletku. Tubuhnya menggigil ketakutan. Begitu juga dengan Raya. Hanya Ibu mertua yang menundukan kepalanya sambil memijat pelipis. Entah apa alasan yang benar Mas Harun memutuskan untuk menikah lagi. Aku sama sekali sudah tidak peduli. Karena aku sudah mendapat bukti jika Mas Harun dan Raya pernah berzina sebelum menikah.“Kamu lupa kalau aku sempat jadi programmer selama tiga tahun sebelum memutuskan resign setelah kita menikah ya Mas?” Tanyaku dengan nada sinis.“Mudah saja bagiku untuk membobol data di akun sosial mediamu dan Raya. Asal kamu tahu, istri mudamu itu yang sudah membagikan video ini di akun sosial medianya. Dia ingin menarik perhatian masa tapi dengan cara memblokir akun sosial media kita.”“Apa? Jangan percaya pada Mbak Wulan Mas. Aku tidak pernah melakukan hal itu.” Bantah Raya mengelak tudinganku.“Diam kamu.” Bentak Mas Harun marah.“Awalnya aku ingin melaporkan kalian karena sudah menikah tanpa ijin istri pertama. Tapi, ternyata k
“Aku mohon Lan. Aku akan lakukan apapun asal kamu tetap membiayai kuliah Rani.” Mas Harun sudah bersimpuh di kakiku. Tidak lama kemudian Ibu mertua juga sudah melakukan hal yang sama.“Ibu yang salah Wulan. Karena terus meminta cucu laki-laki pada Harun. Biar Ibu saja yang menanggung semuanya. Asal kamu tetap membiayai kuliahnya Rani.” Tangan Ibu bertumpu di pahaku dengan derai air mata di wajahnya. Tapi, aku sama sekali tidak merasa iba.Rani adalah adik iparku yang sedang menempuh kuliah kedokteran di tahun ketiganya. Sama seperti Ibu mertua, Rani adalah tipe adik ipar yang cuek dan semena-mena padaku. Sejak duduk di bangku sekolah, Rani tidak mau menurut perkataan orang yang lebih tua. Otaknya memang encer hingga bisa menembus fakultas kedokteran di luar kota. Sayangnya sikapnya minus sekali.Aku masih ingat betul saat Rani memaksa untuk kuliah disana. Dia sampai bertengkar dengan Mas Harun karena tidak bisa membiayai kuliah kedokteran yang harganya sangat mahal sekali. Itu karena
“Eh iya sayang.” Mas Harun seketika gugup. Pandangannya terus beralih dari Alana ke arahku.“Kamu tidur lagi ya sayang. Ibu dan Ayah akan menyusul ke kamar kalian.”“Iya Bu.” Jawab Alana lalu naik tangga lagi menuju kamarnya. Syukurlah Alana mau menuruti perintahku. Detik itu juga Mas Harun menghela nafas lega.“Kamu lihat sendirikan Raya. Aku dan Mas Harun harus masuk ke dalam kamar anak-anak saat mereka terbangun. Tapi, saat jatah Mas Harun ada di rumah orang tuamu, aku akan memberi pengertian pada mereka jika suami kita sedang sibuk bekerja. Begitu juga dengan Ibu yang harus ikut dengan anaknya karena ingin sekalian liburan.”“Kamu licik sekali karena sudah memakai anak-anakmu untuk mengancam Mas Harun.” Kata Raya yang kembali berani menunjukkan taringnya setelah tadi terdiam karena Mas Harun memarahinya.“Jangan mentang-mentang kamu lebih kaya daripada Mas Harun, kamu jadi istri yang durhaka Mbak.” Jarinya segera menunjuk diriku sendiri dengan ekpresi menantang.“Aku? Merendahkan