Wulan memberikan pelajaran untuk Harun, suaminya yang menikah lagi dengan adik sepupunya yang bernama raya. Ia memang menerima pernikahan kedua sang suami, tapi Wulan berusaha menunjukkan kekuatannya sebagai istri pertama untuk membalas sakitnya di hianati.
View MoreKakiku melangkah menuju aula pernikahan. Di depan pintu terpampang foto Mas Harun, suamiku dengan seorang wanita yang sangat aku kenali. Dia adalah Raya, adik sepupuku sendiri. Tampak dua perempuan dengan kebaya merah muda menatapku dengan mata melotot kaget.
“Aku boleh masukkan? Walaupun nggak punya undangan,” tanyaku dengan senyum mengembang. “Silahkan Mbak Wulan,” jawab salah satu dari dua perempuan itu. Sambil mengangguk ragu. Masuk ke aula pernikahan yang megah dengan hiasan bunga di atasnya membuat hatiku berdenyut nyeri. Aku bisa melihat Mas Harun dan Raya tengah berdiri di pelaminan. Ada Ibu mertuaku dan paman Mas Harum di sisi kanan. Sedangkan orang tua Raya di sisi kiri pelaminan. Semua orang yang ada di aula ini tidak mempedulikan kehadiranku. Karena tamu yang datang memang sebagian besar adalah teman Raya. Tidak ada tetangga kami atau sahabat dekat Mas Harun. Tubuhku berdiri tepat di depan panggung hingga Mas Harun dan Raya bisa melihat keberadaanku. Begitu juga dengan Ibu mertuaku dan orang tua Raya. “Wulan,” gumam Mas Harun gugup hingga tanpa sadar menyebut namaku dengan suara keras. Membuat perhatian semua tamu seketika teralih pada kami. Aku sengaja tampil dengan kebaya merah untuk menandingi Raya. Dengan sanggul di kepala dan make up persis seperti pengantin. Membuat banyak orang yang berbisik tentang penampilanku. Kaki ini kembali melangkah untuk berdiri di belakang tamu yang akan naik ke pelaminan. Mengantri agar bisa menjabat tangan Ibu mertua, suami dan adik maduku. Saat aku tiba di depan Ibu mertua, tiba-tiba beliau menarikku dalam pelukannya. “Untuk apa kamu datang kesini? Jangan mengacaukan acara pernikahan Harun dan Raya,” bisik Ibu mertua dengan nada sinis. Seketika aku langsung melepaskan pelukannya. “Tenang saja Bu. Aku tidak akan mengganggu acara pernikahan suami dan adik maduku kok,” balasku tenang. Namun karena aula hanya di isi dengan suara gamelan jawa suaraku jadi terdengar keras. “Jika aku berniat menghancurkan pesta pernikahan ini, sudah aku pukul barang Mas Harun. Lalu aku akan menjambak sanggul Raya hingga lepas.” Beberapa tamu terang-terangan tertawa mendengar jawabanku. Wajah Mas Harun dan Raya sudah berubah merah karena malu. “Justru aku ingin memberikan ucapan selamat pada kedua mempelai. Sekaligus berfoto bersama agar Mas Harun bisa membuktikan nikmatnya poligami,” sindirku sambil melirik wajah Mas Harun yang sudah berubah menjadi pucat pasi. Setelah menyalami tangan Ibu mertua, kini aku berdiri di depan suamiku. Kuraih tangannya untuk kusalimi. Lalu di depan Raya dan semua tamu yang datang aku memeluk Mas Harun dengan erat. “Kamu nggak mau membalas pelukanku Mas? Setidaknya kamu harus mengutamakan aku sebagai istri pertama,” ujarku dengan nada suara yang masih tenang. Dapat aku rasakan tangan Mas Harun yang balik memelukku. Membuat Raya menjadi marah sekali hingga melepaskan pelukan kami secara paksa. “Tolong hargai pernikahan kami Mbak. Kalau mau foto langsung ambil posisi. Sekarang aku juga istrinya Mas Harun yang harus di jaga perasaannya,” kata Raya dengan tidak tahu malu. Membuat para tamu langsung menyorakinya. Dapat aku lihat teman-teman Raya yang menunduk karena malu karena malu dengan sikap teman mereka. “Oke. Ayo kita foto.” Tanganku mengamit tangan kanan Mas Harun. Sedangkan Raya mengamit tangan kiri suami kami. Sengaja aku berpose dengan menyandarkan kepala. Tanganku terus meraih dagu Mas Harun agar menatap ke arahku saja. “Karena sesi fotonya sudah selesai, aku hanya ingin mengatakan untuk datang ke rumahku nanti malam. Jika kalian tidak ingin aku laporkan ke kantor polisi dengan tuduhan menikah tanpa ijin istri pertama.” Mas Harun seketika mengangguk berulang kali. “Tentu saja sayang. Aku dan Raya pasti akan langsung pulang ke rumah setelah acara pernikahan selesai. Tolong jangan laporkan aku ke polisi. Kamu tahu sendiri bosku bisa langsung memecatku jika ada pegawai yang terjerat masalah hukum.” “Rupanya kamu masih takut dengan hukuman penjara dan jadi pengangguran. Kalau begitu kenapa menikah lagi? Bikin repot diri sendirikan.” “Heh Wulan. Ini semua juga gara-gara kamu yang tidak bisa memberikan anak laki-laki untuk Harun agar bisa mewarisi usaha kalian. Sudah tidak mungkin bagimu untuk hamil karena kamu sering minum pil kb. Jadi, biarkan Raya yang memberikan anak laki-laki untuk keluarga kalian.” Justru Ibu mertua yang membuatku semakin sakit hati. Raya tersenyum senang karena Ibu mertua kami membelanya. Dadaku berdenyut nyeri mendengar pengakuan dari wanita yang sudah aku anggap sebagai Ibuku sendiri. Walaupun hubungan kami tidak dekat sekali, tapi tidak pernah ada percecokan sebagai mertua dan menantu selama sepuluh tahun aku menikah dengan Mas Harun. Itu semua karena aku memastikan kebutuhan Ibu mertua dan adik Mas Harun terpenuhi. Tidak pernah kusangka jika Ibu mertua menginginkan cucu laki-laki sebagai penerus usaha toko komputer yang sudah aku rintis sejak lulus SMA. Semua usaha itu tidak ada campur tangan Mas Harun. Aku sendiri yang membesarkan toko komputer itu hingga bisa menambah biaya rumah tangga kami di saat gaji Mas Harun hanya sebesar sepuluh juta saja. “Apa Ibu bilang? Anak yang akan Raya lahirkan kelak jadi penerus usaha kami?” Aku tertawa kencang sambil bertepuk tangan. Membuat wajah Ibu mertua jadi semakin merah padam. “Ibu nggak lupakan kalau toko komputer itu murni milikku sendiri. Toko yang sudah aku rintis sejak aku berusia dua puluh tahun. Lima tahun sebelum aku menikah dengan Mas Harun, aku sudah sukses sebagai pengusaha Bu,” terangku yang membuat aula ini seketika bergemuruh dengan caci maki para tamu untuk Ibu mertuaku. Mas Harun berusaha menarik tanganku agar turun dari pelaminan. Dia pasti ingin menyelamatkan harga dirinya yang tersisa. Namun aku tidak akan pernah mundur sampai orang-orang tahu jika aku adalah korban dan Ibu mertua adalah penjahatnya. “Lepaskan aku Mas.” Sentakku hingga pegangan tangannya terlepas. “Kelak toko itu akan aku berikan pada kedua anakku yang merupakan cucu perempuan Ibu. Mereka pasti bisa sukses seperti Ibunya walaupun bukan anak laki-laki. Jadi, jangan harap jika anak Raya kelak yang akan mewarisi usahaku.” Setelah mengatakan hal itu, aku turun dari pelaminan dengan anggun. Lihat saja Mas. Walaupun aku belum bisa mengajukan gugatan cerai padamu, akan aku buat kamu dan Raya menderita karena sudah menghianatiku. Apalagi jika terbukti kalian sudah lebih dulu melakukan hubungan terlarang sebelum menikah. Maka akan lebih mudah bagiku menjebloskan kalian ke penjara. *** Tepat jam sembilan malam, terdengar suara pintu depan yang di buka. Anak-anak sudah naik ke lantai dua untuk tidur. Mas Harun masuk dengan menyeret dua koper besar. Di belakangnya berdiri Ibu mertua dan Raya yang masih terlihat angkuh setelah aku datang ke acara pernikahan kedua suamiku. “Silahkan duduk. Ada yang mau aku bicarakan dengan kalian.” Tunjukku pada sofa di sebrang. Ibu mertua dan Raya memang duduk disana. Sedangkan Mas Harun duduk disampingku. Aku menampik tangannya yang hendak menggenggam tangan ini. “A--aku minta maaf karena sudah menikah lagi tanpa ijin darimu, Lan, tetapi aku masih sangat cinta padamu. Aku hanya ingin memenuhi permintaan Ibu karena ingin punya cucu laki-laki.” Kata Mas Harun sambil menggenggam kedua tanganku. “Benarkah seperti itu Mas?” Jariku menekan layar tablet di atas meja hingga video Mas Harun dan Raya yang tengah berzina tayang dan suaranya memenuhi seisi ruangan ini.Pov Orang KetigaSurat panggilan sidang dari pengadilan agama akhirnya datang juga ke rumah megah Ardi. Dia termenung menatap kurir yang mengantar surat itu. Tangannya sudah meremas surat tanpa membalas sapaan kurir yang berlalu pergi. Ardi menutup pintu rumahnya dengan kasar hingga membuat Bu May yang sedang memasak di dapur jadi terlonjak kaget.Ia masuk ke dalam kamar lalu duduk di tepi tempat tidur. Menyobek amlopnya dan membaca gugatan Desi yang tertera dalam surat tersebut. Di surat itu menyebutkan tentang sikap kasar Ardi pada Desi dan anak-anak selama ini yang di sebut kekerasan secara verbal. Walaupun tidak ada kekerasan secara fisik. Mata Ardi semakin membulat saat ia membaca isi gugatan berikutnya dimana Ardi sudah berselingkuh dengan Sarah. Hanya nama Sarah yang di sebutkan. Tidak ada nama Raya sebagai selingkuha Ardi. Desi mengklaim jika dia punya semua bukti yang akan ia bawa ke pengadilan saat sidang pertama kelak."Desi si*"*****." Seru Ardi marah dengan suara men
"Sebenarnya dimana Desi dan anak-anak? Kenapa kamu sampai tidak tahu keberadaan mereka, Ardi?" Seru Mama jengkel yang membuatku keringat dingin. Sedangkan Papa hanya diam saja sambil menatapku tajam.Aku sangat tahu karakter orang tuaku yang lebih sayang dengan Desi. Tidak mungkin jika aku mengarang cerita jelek tentang Desi. Bukannya percaya Mama justru akan sangat marah padaku. Rasanya pikiranku buntu di tatap sedemikian tajam oleh orang tuaku "Aku nggak tahu Ma. Seharian ini aku bekerja di kantor jadi aku nggak tahu keman Desi dan anak-anak pergi. Tadi siang Bu May sempat telpon kalau Desi sedang tidak enak badan sehingga tidak bisa rewang di rumah tetangga. Jadi, Bu May yang menggantikannya. Aku izinkan karena tidak enak dengan tetangga kami jika tidak ada yang rewang. Baru saja aku pulang sore ini bersamaan dengan Papa dan Mama, mereka sudah pergi. Aku baru saja hendak mencari mereka. Tolong jangan marah padaku dulu." Jelasku pelan dengan suara bergetar. Ya ampun kenapa aku tida
Siang itu aku berkenalan dengan anak Bu May yang bernama Raya. Wajah cantik, tubuh seksi dan sikap yang ramah langsung memikatku saat itu juga Entah kenapa aku bisa langsung jatuh cinta pada Raya. Bukan hanya rasa tertarik seperti yang aku rasakan pada Sarah dan dua mantan kekasihku yang lain. Karena masih ingin mengobrol dengan Raya lebih banyak lagi, aku mengajaknya dan Bu May untuk menemaniku duduk di meja makan. Mumpung Desi dan anak-anak sedang tidak ada di rumah. Hampir saja kami ketahuan oleh Desi yang tiba-tiba saja sudah pulang ke rumah. Untungnya dia tidak curiga sama sekali dengan kedekatanku bersama Raya. Apalagi ini pertama kalinya aku mengijinkan pembantu untuk duduk di meja makan yang sama denganku. Setelah Desi pergi aku bisa menghela nafas lega.Di tengah kelumit hubunganku dengan Sarah yang sedang berada di masa membosankan, rasanya sangat menyenangkan bisa menjalnin hubungan dengan wanita baru seperti Raya. Dia jauh lebih pengertian dan baik daripada Sarah. Raya tid
Pov ArdiMenikah ternyata sangat membosankan. Apalagi jika istri sudah melahirkan bayi. Membuat penampilan fisik menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Wajahnya jadi sayu karena kurang tidur akibat begadang mengurus bayi. Tidak ada lagi badan seksi milik Desi yang bisa kulihat. Namun, di sisi lain aku juga menuntutnya untuk melahirkan sebanyak empat kali. Hingga kami memiliki tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki. Aku ingin memiliki anak sebanyak mungkin yang bisa di jadikan pewaris perusahaan Papa. Sekaligus anak yang bisa mengurusku di masa tua nanti.Pelayanan yang di berikan Desi di atas ranjang juga tidak bisa maksimal lagi. Sehingga membuatku sering mencari pelampiasan pada wanita lain. Yang sudah aku uji kebersihannya melalui peemeriksaan kesehatan di rumah sakit. Setelah memastikan jika wanita yang aku pilih sehat dan bebas dari penyakit menular baru kami melanjutlan hubungan. Aku bisa memberikan banyak uang pada wanita simpananku setiap mereka mau melayani dengan
Rasanya badanku sangat letih saat pulang ke rumah bersama Andi dan Tika yang menyusul ke bimbel. Sedangkan Raka berada di rumah bersama Salma dan Salwa. Beruntung si kembar mau membantu dengan mengambil alih dapur dengan memasak untuk membuat menu makan malam kami kali ini. Mereka juga mau membantu pekerjaan rumah seperti menyapu dan mencuci piring. Bahkan untuk urusan seragam sekolah, anak-anak dengan terampil menyetrika. Tentu saja dengan di dampingi oleh si kembar. "Pokoknya Ibu tenang saja. Urusan pekerjaan rumah serahkan pada kami. Ibu juga nggak perlu lagi memasak biar nggak kecapekan. Fokus saja bekerja di bimbel. Kalau adik-adik mau menyusul kami yang akan mengantarkan." Kata Salma pagi ini saat kami tengah berkutat untuk membuat sarapan di dapur. Sedangkan Salwa dan Tika sudah membagi tugas untuk menyapu halaman depan dan rumah. Raka dan Andi masih sibuk membereskan tempat tidur dan buku yang akan mereka bawa ke sekolah."Terima kasih sayang. Kamu dan Salwa juga nggak perlu
Meskipun merasa sedih setelah melihat pesan balasan Wulan, aku berusaha untuk menenangkan diri. Mungkin untuk saat ini aku harus membiarkan Mama dan Papa berspekulasi sesuai dengan fitnah yang sudah di katakan Bu May pada mereka. Karena aku tidak ingin sembarangan memberikan bukti sebelum persidangan di mulai. Teringat dengan pesan Pak Hendra agar aku selalu berhati-hati terkait dengan barang bukti yang sudah di berikan ke pengadilan agama.[Biarkan saja Lan. Biar Papa dan Mama melihat sendiri di pengadilan bukti-bukti yang sudah aku serahkan. Aku takut jika memberikan bukti itu sekarang Mas Ardi akan punya bahan untuk mengelak. Bisa saja dia akan menyiapkan sangkalan mengingat Mas Ardi bisa melakukan segalanya dengan uang.]Balasku cepat. Aku tahu jika kemungkinan besar orang tua Mas Ardi akan tahu lebih cepat. Hanya saja hatiku tetap merasa sedih karena harus pergi begitu saja tanpa ijin pada mereka. Aneh sekali. Padahal ini keputusanku. Tapi, aku juga yang merasa sedih. Mungkin kar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments