Share

Kena Batunya

“Oh, makasih udah support Mas, ya sayang.”

Pip.

Sambungan langsung ditutup. Arya tersenyum bangga karena istrinya bisa dikibuli dengan mudah. Ia masuk ke dalam kamar hotel setelah mengunci pintu rapat. Hotel mewah yang dipesan hanya untuk menyalurkan hasrat liarnya yang berlimpah ruah.

Mungkin kalau uang membayar hotel untuk beli sabun, bisa penuh sabun satu kamar. (Bisa stok untuk setahun)

Tak butuh waktu lama Arya langsung menyerbu Anya, berawal dari pergerakan kecil, seperti pagutan yang di penuhi decapan-decapan.

waktu yang bergulir keduanya terlihat semakin panas begitu pun Arya yang terlihat sangat perkasa tiada henti membubuhkan bercak hangat di leher jenjang milik lawannya.

Ketika Arya menyesap sedikit kulit mulus leher jenjang Anya, wanita itu menggelinjang bag cacing kermi.

Jemari Arya juga tidak lupa bergerak menekan Anya, terasa tubuh Arya yang semakin berkeringat, membuat Anya tak kuasa.

Arya masih menikmati Anya dengan liar. Lalu, perlahan bangun penuh dengan kebingungan. Karena celananya sungguh terasa menyempit.

Anya melirik di balik celana Arya yang seakan menonjol, ada kekuatan besar di sana. Membuat jantung wanita ini bertalu-talu membayangkan malam lalu yang mampu membuatnya bermandikan peluh.

Dengan polos, jemari Anya tiba-tiba bergerak spontan menyentuh kancing besi celana lelaki yang ada di hadapannya. Karena rasa penasaran.

“Pengen,” pinta Anya. Wajahnya memerah tersipu malu.

Suaranya merdu membuat Arya semakin beringas. Arya sungguh tidak tahan melihat wanita kecilnya. Arya mengelus tangan Anya yang sudah mendarat pada kancing resleting celananya.

Jemari Anya gemetar. Jujur, ini kali pertamanya untuk membuka kemasan di balik celana pria. Namun, begitu kancing resleting itu terbuka seperempat. Tertahan.

Berulang kali Anya mencoba berusaha menarik resleting itu.

“Macet ini Mas?” Anya mengernyitkan dahi.

“Macet apanya? Ini resleting, bukan jalan raya.” Arya terkekeh mengelus pucuk rambut Anya.

Anya terus menarik-narik kancing resleting itu dengan tenaga, dan entah bagaimana ceritanya ia sangat bergelora untuk segera melahapnya.

SREEETTTTT....

BREEETT....

"EMAAKKKK!"

Arya berteriak histeris saat ada rasa sakit yang ia rasa. Ia spontan bergulung-gulung di lantai.

Sungguh kejam! Tepat di area masa depannya. kedua telur bebeknya yang mengantung. Gondal-gandil. Terjepit resleting.

Anya yang mendengar suara Arya berteriak sontak menatap apa yang baru saja ia lihat.

“Adduuhhh!” rintih Arya dengan wajah yang merona. Ia menyesali tidak mengenakan celana dalam untuk mempersingkat waktu.

Anya yang mendengar aduan sontak tersadar, dilihatnya saksama Arya yang tengah meringkuk dengan tangan memegang yang terjepit.

“M-maaf, Mas aku ... duh, Mas gak apa?” Anya panik, dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, membuat lelaki yang ada di hadapannya menahan sakit.

“Ini sakit sekali kayak nyawaku ditarik separuh!” rintih Arya.

Anya yang polos segera meniup di area yang baru saja terjepit resleting.

Sungguh untuk kali ini, Arya rasanya ingin sekali keliling kompleks sambil berteriak. Bagaimana wanita secantik dan memiliki body gempal ini bisa menjepitkan masa depannya.

“Dek Anyaaa ... keluar dulu sebentar ya.”

“Mas Arya mau ngobatin dedeknya?” tanya Anya merasa bersalah.

Arya menganggukkan kepala pelan.

“Bagaimana kalau pecah ya,” cicit Anya sebelum berlalu.

Arya mendengarnya campur aduk, konyol sekali rasanya menghadapi wanita seperti Anya. Padahal dulu Inggit tidak seceroboh ini.

Arya melirik kembali masa depannya, mengerak-gerakkannya, mengeceknya upaya untuk mengetahui keadaannya baik-baik saja.

**

Arya telah tiba di rumahnya, ia langsung merebahkan tubuh di atas sofa, ia terlihat lelah setelah disibukkan dengan berbagai kegiatan kerja sambil selingkuh. Ia menatap istrinya yang mengusap wajah risau, tak menyangka kalau suaminya akan menghianati untuk wanita lain. Dari hati yang paling dalam ia sangat mencintai suaminya dan tak ingin rumah tangganya hancur. Bagaimana caranya ia harus tetap berpura baik-baik saja.

“Mas Arya sudah pulang?” Inggit menghampiri suaminya yang berada di ruang tengah.

“Seperti yang sayang liat,” balas Arya singkat. Ia masih kesal dengan kegagalan untuk menyalurkan hasrat liarnya.

Dulu, Arya hanya karyawan biasa, ia juga sempat pernah menjadi sopir satu bulan di perusahaan tersebut. Padahal waktu itu yang sudah menyelesaikan pendidikannya menjadi sarjana psikolog. Inggit setia menemani Arya merangkak merintis kariernya. Entah, dari mana keajaiban tiba, setelah Arya bekerja belum sampai setahun ia diangkat menjadi HRD, karena pekerjaannya bagus, dan memiliki kinerja dan pola pikir yang luar biasa.

‘Kenapa Mas Arya setega ini denganku, apakah karena aku sekarang sudah bukan standar istrinya. Tapi, kenapa dua tahun lalu memilih aku menjadi pendamping hidupnya.’

Arya melirik Inggit sekilas di saat istrinya membuka sepatunya. Tapi, ia menarik kakinya. Menolak.

“Aku bisa sendiri, sayang,” ujar Arya bangkit, lalu pergi ke kamar.

Inggit tercengang beberapa saat melihat langkah suaminya yang sedikit mengangkang. Seperti habis sunat. Menahan sakit. “Mas Arya kenapa kok jalannya gitu?”

“Oh, ini tadi ... anu ... anu ... hah, sudahlah nanti Mas jelasin.”

Arya membuka pakaian, menaruh di dalam keranjang pakaian kotor. Hanya berganti pakaian tanpa membersihkan diri. Langsung merebahkan tubuh di ranjang. Hingga terdengar dengkuran halus.

Inggit memeriksa pakaian yang dikenakan Arya barusan, siapa tahu mendapat lagi bukti perselingkuhan. Semua saku kemeja maupun celana tak luput diperiksa. Namun, ia tidak menemukan bukti. Arya memang lelaki yang cerdas, untuk hal tipu-tipu istri. Saat ia ingin menaruh kemeja suaminya ia melihat nota hotel yang terjatuh dari saku kemejanya. Di tambah nota dari apotek.

Jleb, ada yang menusuk di hati Inggit, ia mengerjap menenangkan rasa panas yang berdesir di hatinya, kenyataan pahit yang terpaksa ia tenggak bulat-bulat.

Ingin rasanya ia mencabik kemeja, membakar kemeja tersebut bila perlu sekalian pemiliknya.

“Kenapa bukti-bukti terus terkuak sampai saat ini? Jujur, membuat luka yang sangat parah.”

Seketika sakit hatinya berubah menjadi kecemasan karena ada nota dari apotek. Sakit apa suaminya? Amarah mulai meluntur dan menjadi rasa iba.

“Mas, bangun Mas? Kamu sakit ya?” Inggit cemas memegang nota.

“Hmm.”

“Jawab Mas, kamu sakit apa? Ini kok ada nota dari apotek?”

“Anuku sakit.”

“Anu apa Mas?”

“Iya anu ... anuku ....”

Inggit menautkan kedua alisnya. “Apa Mas? Anu apa?”

“Burungku sakit loh, sayanggg.”

“Kok bisa Mas, liat!” Inggit pura-pura panik. Ia tahu pasti kejantanan suaminya sakit karena ulahnya yang mengandangkan burung seenaknya.

Arya membuka celananya, untuk menunjukkan barang bukti.

SREETTT....

PLAK!

“Awww!”

Arya berteriak sekeras mungkin, menahan kedua telurnya yang cedera kena hantaman sentilan jemari.

‘Mampus kamu Mas! Biar sekalian punyamu tidak bisa bangun lagi. Kamu kira aku masih sebodoh yang dulu. Semoga saja kamu bisa sadar.’

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yung
diamin aja terus inggit sampai arya puas selingkuh,
goodnovel comment avatar
VELICIA RORIMPANDEY
kurang menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status