Share

Kena Batunya

Author: Hangga rezka
last update Huling Na-update: 2022-08-11 16:44:39

“Oh, makasih udah support Mas, ya sayang.”

Pip.

Sambungan langsung ditutup. Arya tersenyum bangga karena istrinya bisa dikibuli dengan mudah. Ia masuk ke dalam kamar hotel setelah mengunci pintu rapat. Hotel mewah yang dipesan hanya untuk menyalurkan hasrat liarnya yang berlimpah ruah.

Mungkin kalau uang membayar hotel untuk beli sabun, bisa penuh sabun satu kamar. (Bisa stok untuk setahun)

Tak butuh waktu lama Arya langsung menyerbu Anya, berawal dari pergerakan kecil, seperti pagutan yang di penuhi decapan-decapan.

waktu yang bergulir keduanya terlihat semakin panas begitu pun Arya yang terlihat sangat perkasa tiada henti membubuhkan bercak hangat di leher jenjang milik lawannya.

Ketika Arya menyesap sedikit kulit mulus leher jenjang Anya, wanita itu menggelinjang bag cacing kermi.

Jemari Arya juga tidak lupa bergerak menekan Anya, terasa tubuh Arya yang semakin berkeringat, membuat Anya tak kuasa.

Arya masih menikmati Anya dengan liar. Lalu, perlahan bangun penuh dengan kebingungan. Karena celananya sungguh terasa menyempit.

Anya melirik di balik celana Arya yang seakan menonjol, ada kekuatan besar di sana. Membuat jantung wanita ini bertalu-talu membayangkan malam lalu yang mampu membuatnya bermandikan peluh.

Dengan polos, jemari Anya tiba-tiba bergerak spontan menyentuh kancing besi celana lelaki yang ada di hadapannya. Karena rasa penasaran.

“Pengen,” pinta Anya. Wajahnya memerah tersipu malu.

Suaranya merdu membuat Arya semakin beringas. Arya sungguh tidak tahan melihat wanita kecilnya. Arya mengelus tangan Anya yang sudah mendarat pada kancing resleting celananya.

Jemari Anya gemetar. Jujur, ini kali pertamanya untuk membuka kemasan di balik celana pria. Namun, begitu kancing resleting itu terbuka seperempat. Tertahan.

Berulang kali Anya mencoba berusaha menarik resleting itu.

“Macet ini Mas?” Anya mengernyitkan dahi.

“Macet apanya? Ini resleting, bukan jalan raya.” Arya terkekeh mengelus pucuk rambut Anya.

Anya terus menarik-narik kancing resleting itu dengan tenaga, dan entah bagaimana ceritanya ia sangat bergelora untuk segera melahapnya.

SREEETTTTT....

BREEETT....

"EMAAKKKK!"

Arya berteriak histeris saat ada rasa sakit yang ia rasa. Ia spontan bergulung-gulung di lantai.

Sungguh kejam! Tepat di area masa depannya. kedua telur bebeknya yang mengantung. Gondal-gandil. Terjepit resleting.

Anya yang mendengar suara Arya berteriak sontak menatap apa yang baru saja ia lihat.

“Adduuhhh!” rintih Arya dengan wajah yang merona. Ia menyesali tidak mengenakan celana dalam untuk mempersingkat waktu.

Anya yang mendengar aduan sontak tersadar, dilihatnya saksama Arya yang tengah meringkuk dengan tangan memegang yang terjepit.

“M-maaf, Mas aku ... duh, Mas gak apa?” Anya panik, dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, membuat lelaki yang ada di hadapannya menahan sakit.

“Ini sakit sekali kayak nyawaku ditarik separuh!” rintih Arya.

Anya yang polos segera meniup di area yang baru saja terjepit resleting.

Sungguh untuk kali ini, Arya rasanya ingin sekali keliling kompleks sambil berteriak. Bagaimana wanita secantik dan memiliki body gempal ini bisa menjepitkan masa depannya.

“Dek Anyaaa ... keluar dulu sebentar ya.”

“Mas Arya mau ngobatin dedeknya?” tanya Anya merasa bersalah.

Arya menganggukkan kepala pelan.

“Bagaimana kalau pecah ya,” cicit Anya sebelum berlalu.

Arya mendengarnya campur aduk, konyol sekali rasanya menghadapi wanita seperti Anya. Padahal dulu Inggit tidak seceroboh ini.

Arya melirik kembali masa depannya, mengerak-gerakkannya, mengeceknya upaya untuk mengetahui keadaannya baik-baik saja.

**

Arya telah tiba di rumahnya, ia langsung merebahkan tubuh di atas sofa, ia terlihat lelah setelah disibukkan dengan berbagai kegiatan kerja sambil selingkuh. Ia menatap istrinya yang mengusap wajah risau, tak menyangka kalau suaminya akan menghianati untuk wanita lain. Dari hati yang paling dalam ia sangat mencintai suaminya dan tak ingin rumah tangganya hancur. Bagaimana caranya ia harus tetap berpura baik-baik saja.

“Mas Arya sudah pulang?” Inggit menghampiri suaminya yang berada di ruang tengah.

“Seperti yang sayang liat,” balas Arya singkat. Ia masih kesal dengan kegagalan untuk menyalurkan hasrat liarnya.

Dulu, Arya hanya karyawan biasa, ia juga sempat pernah menjadi sopir satu bulan di perusahaan tersebut. Padahal waktu itu yang sudah menyelesaikan pendidikannya menjadi sarjana psikolog. Inggit setia menemani Arya merangkak merintis kariernya. Entah, dari mana keajaiban tiba, setelah Arya bekerja belum sampai setahun ia diangkat menjadi HRD, karena pekerjaannya bagus, dan memiliki kinerja dan pola pikir yang luar biasa.

‘Kenapa Mas Arya setega ini denganku, apakah karena aku sekarang sudah bukan standar istrinya. Tapi, kenapa dua tahun lalu memilih aku menjadi pendamping hidupnya.’

Arya melirik Inggit sekilas di saat istrinya membuka sepatunya. Tapi, ia menarik kakinya. Menolak.

“Aku bisa sendiri, sayang,” ujar Arya bangkit, lalu pergi ke kamar.

Inggit tercengang beberapa saat melihat langkah suaminya yang sedikit mengangkang. Seperti habis sunat. Menahan sakit. “Mas Arya kenapa kok jalannya gitu?”

“Oh, ini tadi ... anu ... anu ... hah, sudahlah nanti Mas jelasin.”

Arya membuka pakaian, menaruh di dalam keranjang pakaian kotor. Hanya berganti pakaian tanpa membersihkan diri. Langsung merebahkan tubuh di ranjang. Hingga terdengar dengkuran halus.

Inggit memeriksa pakaian yang dikenakan Arya barusan, siapa tahu mendapat lagi bukti perselingkuhan. Semua saku kemeja maupun celana tak luput diperiksa. Namun, ia tidak menemukan bukti. Arya memang lelaki yang cerdas, untuk hal tipu-tipu istri. Saat ia ingin menaruh kemeja suaminya ia melihat nota hotel yang terjatuh dari saku kemejanya. Di tambah nota dari apotek.

Jleb, ada yang menusuk di hati Inggit, ia mengerjap menenangkan rasa panas yang berdesir di hatinya, kenyataan pahit yang terpaksa ia tenggak bulat-bulat.

Ingin rasanya ia mencabik kemeja, membakar kemeja tersebut bila perlu sekalian pemiliknya.

“Kenapa bukti-bukti terus terkuak sampai saat ini? Jujur, membuat luka yang sangat parah.”

Seketika sakit hatinya berubah menjadi kecemasan karena ada nota dari apotek. Sakit apa suaminya? Amarah mulai meluntur dan menjadi rasa iba.

“Mas, bangun Mas? Kamu sakit ya?” Inggit cemas memegang nota.

“Hmm.”

“Jawab Mas, kamu sakit apa? Ini kok ada nota dari apotek?”

“Anuku sakit.”

“Anu apa Mas?”

“Iya anu ... anuku ....”

Inggit menautkan kedua alisnya. “Apa Mas? Anu apa?”

“Burungku sakit loh, sayanggg.”

“Kok bisa Mas, liat!” Inggit pura-pura panik. Ia tahu pasti kejantanan suaminya sakit karena ulahnya yang mengandangkan burung seenaknya.

Arya membuka celananya, untuk menunjukkan barang bukti.

SREETTT....

PLAK!

“Awww!”

Arya berteriak sekeras mungkin, menahan kedua telurnya yang cedera kena hantaman sentilan jemari.

‘Mampus kamu Mas! Biar sekalian punyamu tidak bisa bangun lagi. Kamu kira aku masih sebodoh yang dulu. Semoga saja kamu bisa sadar.’

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yung
diamin aja terus inggit sampai arya puas selingkuh,
goodnovel comment avatar
VELICIA RORIMPANDEY
kurang menarik
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   mengungkap teror

    Agam tertawa dan mengusap tangan yang tercubit oleh Inggit, lalu kembali serius. "Baiklah, serius saja. Aku punya rencana untuk mengungkap kebenaran di balik teror ini. Kita harus berpencar dan mengumpulkan bukti secara terpisah." Inggit mengangguk, masih terlihat waspada. "Apa rencanamu, Gam? Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada kita." Agam memandang Inggit dengan serius, lalu menjelaskan rencananya. "Kamu pergi ke rumah temanmu, Rina, dan tunggu instruksi dari aku. Sementara itu, aku akan menyelidiki parkiran ini dan mencari petunjuk tentang siapa yang melakukan ini." Inggit mengangguk, tapi terlihat ragu. "Gam, aku takut sendirian..." Agam mendekat dan memeluk Inggit pelan. "Aku akan selalu menjagamu, Inggit. Percayalah pada aku." Inggit membalas pelukan Agam dengan erat, lalu melepaskan diri dan mengangguk. "Baiklah, aku percaya kamu, Gam. Tapi kamu harus berjanji untuk berhati-hati juga." Agam tersenyum dan mengusap pipi Inggit. "Aku berjanji

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   Suasana hangat

    Pisau yang ingin tertancap di dada Inggit semakin menekan. Untungnya, Agam terlebih dulu mendorong tubuh Inggit dan melepaskan pisau itu. PRANG!Agam segera menjauhkan pisau itu dengan bantuan kakinya. Agam memeluk erat tubuh Inggit yang rapuh. “Baiklah! Aku percaya. Aku akan membantumu. Aku mohon jangan seperti ini. Inggit yang aku kenal tidak mudah patah semangat.”Nafas Inggit tersengal. Walau dadanya terasa sakit, tapi usahanya membuahkan hasil. Ia berhasil membuat Agam percaya. Akting Inggit tak sampai di sini, dirinya langsung berpura-pura pingsan, dan menjatuhkan tubuhnya di dada Agam. Agam yang sigap, langsung menuntun tubuh Inggit ke ranjang. Lalu, berlari menuju pintu. Dia berteriak meminta tolong kepada dokter. Inggit tersenyum senang menatap punggung Agam. Semua sudah Inggit rencanakan dengan matang. Dia akan membalas setiap luka dari Arya. Ia tak bodoh seperti dulu, terlalu baik untuk melupakan

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   melukai dadanya

    Tak jauh dari Inggit berdiri, mobil berhenti mendadak.“Dia pingsan.” Temannya ikut melihat wanita itu dari spion mobil. Mengerling jengah! Tentunya sangat malas mengikuti pola pikir Agam yang terlalu manusiawi. “Waktu....”Agam tetap setia menginjak pedal rem mobilnya. Sementara terlihat jelas lelaki yang ada di sebelahnya, tidak ingin membuang waktunya hanya untuk menolong wanita yang dianggap gila itu. “Emang Inggit itu siapa? Apa kamu mengenal nama itu?”“Hah, sudah tidak usah mengulik masa lalu seseorang, di sana ada luka yang cukup dalam. Sangat kentara menyakitkan.”Teman Agam tersenyum remeh, “Malah, puitis.”Mau tidak mau, Agam melaju dengan kecepatan pelan. “Waktu, Gam! Rapat tentang membuka cabang kedai akan segera di mulai, apa kamu mau membuang kesempatan ini!”Agam masih terpikir bila itu benar Inggit. Meskipun bukan Inggit, hatinya sangat berat bila tak menolong, meni

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   kembali ke kota

    “Bu Sari, nyuruh aku sembunyi.”“Kenapa?”“Itu Pak masalahnya, aku gak tau pasti,” ucapku lirih. “Ibu Sari ada bilang apa lagi?” Inggit hanya menggeleng. Pria itu mencoba menenangkan Inggit dengan mengelus pelan pundaknya. Ada sedikit rasa tertolong karenanya. Tak lama kemudian, seorang perawat keluar dari ruangan ICU. Perawat itu mengabarkan bahwa keadaan Ibu Sari mulai membaik. Hanya, memang masih butuh perawatan, sehingga harus menginap untuk beberapa waktu ke depan. “Tenang, Bu... Ibu tidak boleh banyak gerak dulu,” ucap seorang dokter yang kemudian menyusul keluar. “Terima kasih, Dok,” seru Inggit yang baru saja tiba. Dokter hanya membalas anggukan dan pamit berlalu. Inggit dan pria paruh baya itu menghampiri keadaan Ibu Sari. Dan Ibu Sari sempat bercerita singkat tentang tragedi yang sedang menimpa ini adalah suruhan Arya. Arya yang sudah mengetahui bahwa Inggi

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   tak terduga

    Dengan cepat Denny merebut bungkusan keresek. “Mas,” bentak Inggit. “Ini masih basah.” Inggit mendengus. Lalu, ia keluar kamar dan pergi ke halaman belakang. Perkataan tentang acara pernikahan itu membuat ia menyelidik. Ingin melihat dekorasi yang dikatakan Pak Djarot. Memang terlihat dekorasi itu terlihat sederhana membuat Inggit terenyuh, apabila semua rencana yang telah Pak Djarot persiapkan ini akan gagal. Inggit gelisah, bagaimana dengan dendamnya kepada sang suami, ia buru-buru meninggalkan rumah ini. Setelah sampainya di kebun tomat yang lumayan jauh dari rumah. Entah mengapa air mata Inggit menetes bila merasakan kekecewaan Pak Djarot bila mengetahui semua ini adalah setingan semata. Hampir dua jam lamanya, Inggit terjebak dalam pikiran kalutnya. Barulah setelah sedikit tenang Inggit mencoba bersabar menarik keinginannya. Namun, seketika Inggit kembali ke rumah itu tampak gelap. Padahal adzan maghrib sudah hampir satu jam lalu. Saat Inggit mende

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   janda kota dan janda desa

    “Maksud Mas, bukan ... iya benar, Mas salah. Tapi....”“Dalam soal apa lagi laki-laki harus bertanggungjawab dengan apa yang dia perbuat!” Inggit kembali maju mendekati Denny. Kini jarak mereka tak lebih dari satu meter. Inggit mendongak untuk melihat wajah Denny yang menyiratkan rasa penyesalannya. “Mas tau sebagai lelaki harus bertangungjawab, tapi Mas hanya mencari istri yang mau tinggal bersama ayah saya. Dengan segala sikap ayah saya.”“Banyak alasan, memang kenapa dengan wanita janda? Jangan mau nidurinnya aja?” Inggit menaikkan dagu tanpa mengalihkan tatapan. “Inggit....”“Jangan pernah meremehkan seorang janda, janda juga bukan hanya untuk sekadar tepat Mas memuaskan nafsu. Dan saya juga kelak akan menjadi janda, saya tahu perasaan wanita itu, Mas.”“Inggit, maksud Mas bu....”“Udah, ah. Aku beneran gak betah tinggal di sini, aku udah capek ikutin rencana ini.” Inggit berbalik menuju kamar mandi.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status