Share

Balasan untuk Suami Hidung Belang
Balasan untuk Suami Hidung Belang
Penulis: Hangga rezka

celana dalam

Kamar hotel menjadi saksi bisu pertumpahan itu terjadi, teriakan demi teriakan semakin menguar di seluruh ruangan. Tanpa ingat istri Arya bergumul dengan seorang wanita. Mereka saling menyentuh, saling melenguh, merengkuh nikmat. Namun, saat akan mencapai puncak pelepasan impian, ponsel tiba-tiba berbunyi, mengganggu dua insan yang sedang mengadu asmara.

Laki-laki itu terpaksa menerima panggilan tersebut, ia takut kalau ternyata penting. Apalagi ia baru saja diangkat menjadi HRD.

“Sial!” gumam lelaki tersebut menatap layar ponsel tertera nama istrinya.

“Mas Arya ke mana kok belum pulang sih!”

Terdengar suara melengking dari ponsel Arya, membuat yang mendengar menutup telinga.

"Siapa Mas?" bisik wanita yang berada di sampingnya bergerak tak ingin melepaskan tautan mereka, tak berniat untuk menyudahi melainkan wanita itu mencari kepuasan lain.

"Inggit, istriku," bisik Arya yang tak lain seperti kucing nakal, bercinta sana sini sesuka hati!

Bodohnya si Inggit selalu menolak kebenaran isu yang ia dengar bahkan pernah melihat dengan mata kepala sendiri.

Inggit terus berkeyakinan bahwa Mas Arya adalah lelaki baik-baik bukan lelaki buaya darat. Sementara lelaki tersebut sedang menikmati sentuhan wanita yang terus meraba perlahan dada bidang milikinya. Menjamah setiap jengkal tubuh gagah lelaki tersebut hingga menari di area yang mampu membuat Arya mengerang bergulat dengan gairahnya.

Arya mencoba bersuara seperti biasanya, walau pada kenyataannya kenikmatan yang wanita itu berikan sungguh menggelitik hingga ke ubun-ubun, membuatnya ingin cepat-cepat menyudahi panggilan.

“Masa meeting terus sih Mas, Inggit takut di rumah sendiri.” Suara perempuan yang menelepon benar-benar membuatnya ingin menyudahi panggilan.

“Sabar,” balas Arya dengan ketus. Kemudian terpaksa memutuskan panggilan. Sebab wanita yang sedang bermanja dengannya mampu membuat ia ingin berteriak sekuatnya mencapai puncak pelepasan.

Kemudian, Arya tak tinggal diam, ia menjamah pangkal paha, bagian bawah tulang rusuk, pinggul, dada, leher, dan ketiak.

Desahnya mendapatkan sentuhan kecil dan lembut mampu memberikan sensasi yang luar biasa. Apalagi sentuhan tersebut diiringi dengan lagu yang diputar.

Perlakuan Arya benar senatural mungkin tanpa adanya kepura-puraan. Membuat wanita itu bisa menjadikan sesi berhubungan intim lebih lama dengan tidak segera melakukan hubungan intim, alih-alih dengan membangunnya dengan foreplay ulang.

Entah, Arya mampu menciptakan ide foreplay yang berbeda untuk setiap kali akan membuat gairah semakin terbakar.

Erangan demi erangan mulai menggelegar kembali di setiap sudut kamar. Pertempuran mereka seolah kenikmatan tiada ujung. Surga dunia.

Sampai akhirnya satu jam berlalu, mereka sama-sama sampai di titik puncak pelepasan bersamaan.

Setelahnya melakukan aktivitas panasnya mereka memunguti pakaian yang bercecer di lantai, entah mengapa wanita ini mendapat sebuah ide meletakkan celana dalamnya di pinggir tas kerja Arya. Sambil tersenyum binal.

**

Hari telah larut malam Inggit masih setia menunggu suaminya yang belum pulang. Sudah berjam-jam ia tiduran di atas sofa dan akhirnya ia menghela napasnya lega, saat suara deru klakson mobil Arya terdengar.

Setelahnya, Arya masuk ke dalam rumah. Terlihat gelagat Arya sedikit berbeda akhir-akhir ini. Menimbulkan kecurigaan Inggit. Namun, pikiran itu ia tepis. Biarkan Arya untuk menyegarkan dirinya terlebih dulu. Barulah ia akan mengajukan pertanyaan.

Di saat Arya membersihkan diri di kamar mandi. Entah kenapa hati Inggit Meisya Ayu tergerak untuk memeriksa tas kerja yang bertengger cantik di belakang pintu kamar. Menarik perhatian. Jujur, selama ini ia tidak pernah tergerak untuk memeriksanya. Banyak berkas-berkas di dalam.

Inggit yang masih berusia dua puluh satu tahun itu, merasa tidak berhak untuk mengikut campuri urusan suami tersayangnya.

Inggit terbelalak, terdiam sejenak saat mendapati celana dalam bergambar hello kitty yang tak sengaja ia temukan di pinggir-pinggir koper.

“Sempak!” Inggit syok. Jantungnya bertalu-talu. Ia berusaha tidak terbawa pikiran kotornya. Karena selama membina rumah tangga sejauh ini, ia mampu berusaha baik-baik saja. Memang sebulan terakhir Inggit belum disentuh, tapi itu bukan alasan untuk dirinya cemburu dan terperangkap pikiran kotor.

Inggit selalu memaklumi, karena sang suami beralasan sibuk dengan urusan kerjanya.

“Tidak! Mas Arya tidak selingkuh? Mas Arya bukan kucing nakal!” Inggit tidak percaya, tanpa terasa pelupuk matanya penuh bila harus menerima kenyataan yang ia tembak tebak sendiri.

Inggit tergolong wanita yang sangat lemah, ia terlalu cengeng untuk menjadi sosok wanita yang tangguh. Namun, ia juga tidak serta merta menyalahkan kedua orang tuanya yang mendidik anaknya terlalu manja di masa lalu dan berdampak di saat Inggit dewasa.

“Apa aku sudah tidak cantik, apa aku sudah tidak rapat, atau payudaraku sudah kendor, apa aku sudah tidak becus melayani di ranjang, mas.” Inggit terus bergumam seraya meremas tangannya kesal, sedih, dan amarah bercampur aduk.

Inggit membereskan barang milik suaminya seperti semula di tempatnya, ia lebih dulu ingin melihat sejauh apa permainan Arya. Jujur, hatinya sangat terpukul kini. Tidak percaya dengan yang terjadi.

"Jangan-jangan suami kamu yang membeli sempak yang dilelang artis itu.” Agam terkikik puas.

Lamunan Inggit terbubar, saat pikirannya kembali ke peristiwa dua hari yang lalu. Hingga rasa curiga terus hinggap di kepalanya.

“Coba kamu selikidi. Ehk, selidiki aja dulu! Kalau aku sih, sudah yakin kalau suamimu selingkuh!” ujar lelaki berusia dua puluh empat tahun bernama Agam itu mengompori sahabatnya yang tersadar dari lamunan tentang penemuan salah satu celana dalam.

Inggit dan Agam, mereka janjian bertemu di salah satu kafe. Saat itu Inggit mengingat siapa sahabat lamanya yang akan ada di saat ia butuh. Sekadar untuk mencurahkan isi hatinya. Sedikit beruntung, ia masih menemukan kontak nomornya, alhasil nomornya juga masih aktif. Agam juga tak berat hati untuk diajak bertemu.

Agam tertawa lepas mengingat cerita Inggit yang menemukan celana dalam bergambar hello kitty tersebut.

"Tidak!!! Aku yakin, Mas Arya bukan lelaki seperti itu!” Inggit menyangkal.

"Kenapa kamu bisa seyakin itu?"

Inggit gelisah mencari jawaban yang pas belum lagi membayangkan penemuannya tersebut. "Kan aku juga pandai di ranjang."

Inggit menutup mulutnya, keceplosan. Ia lupa bicara dengan seorang lelaki yang belum beristri.

Agam menelan ludahnya kelu. Menatap Inggit dengan pikiran travelling.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status