Share

Balasan untuk Suami Hidung Belang
Balasan untuk Suami Hidung Belang
Author: Hangga rezka

celana dalam

Author: Hangga rezka
last update Last Updated: 2022-07-15 15:34:43

Kamar hotel menjadi saksi bisu pertumpahan itu terjadi, teriakan demi teriakan semakin menguar di seluruh ruangan. Tanpa ingat istri Arya bergumul dengan seorang wanita. Mereka saling menyentuh, saling melenguh, merengkuh nikmat. Namun, saat akan mencapai puncak pelepasan impian, ponsel tiba-tiba berbunyi, mengganggu dua insan yang sedang mengadu asmara.

Laki-laki itu terpaksa menerima panggilan tersebut, ia takut kalau ternyata penting. Apalagi ia baru saja diangkat menjadi HRD.

“Sial!” gumam lelaki tersebut menatap layar ponsel tertera nama istrinya.

“Mas Arya ke mana kok belum pulang sih!”

Terdengar suara melengking dari ponsel Arya, membuat yang mendengar menutup telinga.

"Siapa Mas?" bisik wanita yang berada di sampingnya bergerak tak ingin melepaskan tautan mereka, tak berniat untuk menyudahi melainkan wanita itu mencari kepuasan lain.

"Inggit, istriku," bisik Arya yang tak lain seperti kucing nakal, bercinta sana sini sesuka hati!

Bodohnya si Inggit selalu menolak kebenaran isu yang ia dengar bahkan pernah melihat dengan mata kepala sendiri.

Inggit terus berkeyakinan bahwa Mas Arya adalah lelaki baik-baik bukan lelaki buaya darat. Sementara lelaki tersebut sedang menikmati sentuhan wanita yang terus meraba perlahan dada bidang milikinya. Menjamah setiap jengkal tubuh gagah lelaki tersebut hingga menari di area yang mampu membuat Arya mengerang bergulat dengan gairahnya.

Arya mencoba bersuara seperti biasanya, walau pada kenyataannya kenikmatan yang wanita itu berikan sungguh menggelitik hingga ke ubun-ubun, membuatnya ingin cepat-cepat menyudahi panggilan.

“Masa meeting terus sih Mas, Inggit takut di rumah sendiri.” Suara perempuan yang menelepon benar-benar membuatnya ingin menyudahi panggilan.

“Sabar,” balas Arya dengan ketus. Kemudian terpaksa memutuskan panggilan. Sebab wanita yang sedang bermanja dengannya mampu membuat ia ingin berteriak sekuatnya mencapai puncak pelepasan.

Kemudian, Arya tak tinggal diam, ia menjamah pangkal paha, bagian bawah tulang rusuk, pinggul, dada, leher, dan ketiak.

Desahnya mendapatkan sentuhan kecil dan lembut mampu memberikan sensasi yang luar biasa. Apalagi sentuhan tersebut diiringi dengan lagu yang diputar.

Perlakuan Arya benar senatural mungkin tanpa adanya kepura-puraan. Membuat wanita itu bisa menjadikan sesi berhubungan intim lebih lama dengan tidak segera melakukan hubungan intim, alih-alih dengan membangunnya dengan foreplay ulang.

Entah, Arya mampu menciptakan ide foreplay yang berbeda untuk setiap kali akan membuat gairah semakin terbakar.

Erangan demi erangan mulai menggelegar kembali di setiap sudut kamar. Pertempuran mereka seolah kenikmatan tiada ujung. Surga dunia.

Sampai akhirnya satu jam berlalu, mereka sama-sama sampai di titik puncak pelepasan bersamaan.

Setelahnya melakukan aktivitas panasnya mereka memunguti pakaian yang bercecer di lantai, entah mengapa wanita ini mendapat sebuah ide meletakkan celana dalamnya di pinggir tas kerja Arya. Sambil tersenyum binal.

**

Hari telah larut malam Inggit masih setia menunggu suaminya yang belum pulang. Sudah berjam-jam ia tiduran di atas sofa dan akhirnya ia menghela napasnya lega, saat suara deru klakson mobil Arya terdengar.

Setelahnya, Arya masuk ke dalam rumah. Terlihat gelagat Arya sedikit berbeda akhir-akhir ini. Menimbulkan kecurigaan Inggit. Namun, pikiran itu ia tepis. Biarkan Arya untuk menyegarkan dirinya terlebih dulu. Barulah ia akan mengajukan pertanyaan.

Di saat Arya membersihkan diri di kamar mandi. Entah kenapa hati Inggit Meisya Ayu tergerak untuk memeriksa tas kerja yang bertengger cantik di belakang pintu kamar. Menarik perhatian. Jujur, selama ini ia tidak pernah tergerak untuk memeriksanya. Banyak berkas-berkas di dalam.

Inggit yang masih berusia dua puluh satu tahun itu, merasa tidak berhak untuk mengikut campuri urusan suami tersayangnya.

Inggit terbelalak, terdiam sejenak saat mendapati celana dalam bergambar hello kitty yang tak sengaja ia temukan di pinggir-pinggir koper.

“Sempak!” Inggit syok. Jantungnya bertalu-talu. Ia berusaha tidak terbawa pikiran kotornya. Karena selama membina rumah tangga sejauh ini, ia mampu berusaha baik-baik saja. Memang sebulan terakhir Inggit belum disentuh, tapi itu bukan alasan untuk dirinya cemburu dan terperangkap pikiran kotor.

Inggit selalu memaklumi, karena sang suami beralasan sibuk dengan urusan kerjanya.

“Tidak! Mas Arya tidak selingkuh? Mas Arya bukan kucing nakal!” Inggit tidak percaya, tanpa terasa pelupuk matanya penuh bila harus menerima kenyataan yang ia tembak tebak sendiri.

Inggit tergolong wanita yang sangat lemah, ia terlalu cengeng untuk menjadi sosok wanita yang tangguh. Namun, ia juga tidak serta merta menyalahkan kedua orang tuanya yang mendidik anaknya terlalu manja di masa lalu dan berdampak di saat Inggit dewasa.

“Apa aku sudah tidak cantik, apa aku sudah tidak rapat, atau payudaraku sudah kendor, apa aku sudah tidak becus melayani di ranjang, mas.” Inggit terus bergumam seraya meremas tangannya kesal, sedih, dan amarah bercampur aduk.

Inggit membereskan barang milik suaminya seperti semula di tempatnya, ia lebih dulu ingin melihat sejauh apa permainan Arya. Jujur, hatinya sangat terpukul kini. Tidak percaya dengan yang terjadi.

"Jangan-jangan suami kamu yang membeli sempak yang dilelang artis itu.” Agam terkikik puas.

Lamunan Inggit terbubar, saat pikirannya kembali ke peristiwa dua hari yang lalu. Hingga rasa curiga terus hinggap di kepalanya.

“Coba kamu selikidi. Ehk, selidiki aja dulu! Kalau aku sih, sudah yakin kalau suamimu selingkuh!” ujar lelaki berusia dua puluh empat tahun bernama Agam itu mengompori sahabatnya yang tersadar dari lamunan tentang penemuan salah satu celana dalam.

Inggit dan Agam, mereka janjian bertemu di salah satu kafe. Saat itu Inggit mengingat siapa sahabat lamanya yang akan ada di saat ia butuh. Sekadar untuk mencurahkan isi hatinya. Sedikit beruntung, ia masih menemukan kontak nomornya, alhasil nomornya juga masih aktif. Agam juga tak berat hati untuk diajak bertemu.

Agam tertawa lepas mengingat cerita Inggit yang menemukan celana dalam bergambar hello kitty tersebut.

"Tidak!!! Aku yakin, Mas Arya bukan lelaki seperti itu!” Inggit menyangkal.

"Kenapa kamu bisa seyakin itu?"

Inggit gelisah mencari jawaban yang pas belum lagi membayangkan penemuannya tersebut. "Kan aku juga pandai di ranjang."

Inggit menutup mulutnya, keceplosan. Ia lupa bicara dengan seorang lelaki yang belum beristri.

Agam menelan ludahnya kelu. Menatap Inggit dengan pikiran travelling.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   mengungkap teror

    Agam tertawa dan mengusap tangan yang tercubit oleh Inggit, lalu kembali serius. "Baiklah, serius saja. Aku punya rencana untuk mengungkap kebenaran di balik teror ini. Kita harus berpencar dan mengumpulkan bukti secara terpisah." Inggit mengangguk, masih terlihat waspada. "Apa rencanamu, Gam? Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada kita." Agam memandang Inggit dengan serius, lalu menjelaskan rencananya. "Kamu pergi ke rumah temanmu, Rina, dan tunggu instruksi dari aku. Sementara itu, aku akan menyelidiki parkiran ini dan mencari petunjuk tentang siapa yang melakukan ini." Inggit mengangguk, tapi terlihat ragu. "Gam, aku takut sendirian..." Agam mendekat dan memeluk Inggit pelan. "Aku akan selalu menjagamu, Inggit. Percayalah pada aku." Inggit membalas pelukan Agam dengan erat, lalu melepaskan diri dan mengangguk. "Baiklah, aku percaya kamu, Gam. Tapi kamu harus berjanji untuk berhati-hati juga." Agam tersenyum dan mengusap pipi Inggit. "Aku berjanji

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   Suasana hangat

    Pisau yang ingin tertancap di dada Inggit semakin menekan. Untungnya, Agam terlebih dulu mendorong tubuh Inggit dan melepaskan pisau itu. PRANG!Agam segera menjauhkan pisau itu dengan bantuan kakinya. Agam memeluk erat tubuh Inggit yang rapuh. “Baiklah! Aku percaya. Aku akan membantumu. Aku mohon jangan seperti ini. Inggit yang aku kenal tidak mudah patah semangat.”Nafas Inggit tersengal. Walau dadanya terasa sakit, tapi usahanya membuahkan hasil. Ia berhasil membuat Agam percaya. Akting Inggit tak sampai di sini, dirinya langsung berpura-pura pingsan, dan menjatuhkan tubuhnya di dada Agam. Agam yang sigap, langsung menuntun tubuh Inggit ke ranjang. Lalu, berlari menuju pintu. Dia berteriak meminta tolong kepada dokter. Inggit tersenyum senang menatap punggung Agam. Semua sudah Inggit rencanakan dengan matang. Dia akan membalas setiap luka dari Arya. Ia tak bodoh seperti dulu, terlalu baik untuk melupakan

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   melukai dadanya

    Tak jauh dari Inggit berdiri, mobil berhenti mendadak.“Dia pingsan.” Temannya ikut melihat wanita itu dari spion mobil. Mengerling jengah! Tentunya sangat malas mengikuti pola pikir Agam yang terlalu manusiawi. “Waktu....”Agam tetap setia menginjak pedal rem mobilnya. Sementara terlihat jelas lelaki yang ada di sebelahnya, tidak ingin membuang waktunya hanya untuk menolong wanita yang dianggap gila itu. “Emang Inggit itu siapa? Apa kamu mengenal nama itu?”“Hah, sudah tidak usah mengulik masa lalu seseorang, di sana ada luka yang cukup dalam. Sangat kentara menyakitkan.”Teman Agam tersenyum remeh, “Malah, puitis.”Mau tidak mau, Agam melaju dengan kecepatan pelan. “Waktu, Gam! Rapat tentang membuka cabang kedai akan segera di mulai, apa kamu mau membuang kesempatan ini!”Agam masih terpikir bila itu benar Inggit. Meskipun bukan Inggit, hatinya sangat berat bila tak menolong, meni

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   kembali ke kota

    “Bu Sari, nyuruh aku sembunyi.”“Kenapa?”“Itu Pak masalahnya, aku gak tau pasti,” ucapku lirih. “Ibu Sari ada bilang apa lagi?” Inggit hanya menggeleng. Pria itu mencoba menenangkan Inggit dengan mengelus pelan pundaknya. Ada sedikit rasa tertolong karenanya. Tak lama kemudian, seorang perawat keluar dari ruangan ICU. Perawat itu mengabarkan bahwa keadaan Ibu Sari mulai membaik. Hanya, memang masih butuh perawatan, sehingga harus menginap untuk beberapa waktu ke depan. “Tenang, Bu... Ibu tidak boleh banyak gerak dulu,” ucap seorang dokter yang kemudian menyusul keluar. “Terima kasih, Dok,” seru Inggit yang baru saja tiba. Dokter hanya membalas anggukan dan pamit berlalu. Inggit dan pria paruh baya itu menghampiri keadaan Ibu Sari. Dan Ibu Sari sempat bercerita singkat tentang tragedi yang sedang menimpa ini adalah suruhan Arya. Arya yang sudah mengetahui bahwa Inggi

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   tak terduga

    Dengan cepat Denny merebut bungkusan keresek. “Mas,” bentak Inggit. “Ini masih basah.” Inggit mendengus. Lalu, ia keluar kamar dan pergi ke halaman belakang. Perkataan tentang acara pernikahan itu membuat ia menyelidik. Ingin melihat dekorasi yang dikatakan Pak Djarot. Memang terlihat dekorasi itu terlihat sederhana membuat Inggit terenyuh, apabila semua rencana yang telah Pak Djarot persiapkan ini akan gagal. Inggit gelisah, bagaimana dengan dendamnya kepada sang suami, ia buru-buru meninggalkan rumah ini. Setelah sampainya di kebun tomat yang lumayan jauh dari rumah. Entah mengapa air mata Inggit menetes bila merasakan kekecewaan Pak Djarot bila mengetahui semua ini adalah setingan semata. Hampir dua jam lamanya, Inggit terjebak dalam pikiran kalutnya. Barulah setelah sedikit tenang Inggit mencoba bersabar menarik keinginannya. Namun, seketika Inggit kembali ke rumah itu tampak gelap. Padahal adzan maghrib sudah hampir satu jam lalu. Saat Inggit mende

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   janda kota dan janda desa

    “Maksud Mas, bukan ... iya benar, Mas salah. Tapi....”“Dalam soal apa lagi laki-laki harus bertanggungjawab dengan apa yang dia perbuat!” Inggit kembali maju mendekati Denny. Kini jarak mereka tak lebih dari satu meter. Inggit mendongak untuk melihat wajah Denny yang menyiratkan rasa penyesalannya. “Mas tau sebagai lelaki harus bertangungjawab, tapi Mas hanya mencari istri yang mau tinggal bersama ayah saya. Dengan segala sikap ayah saya.”“Banyak alasan, memang kenapa dengan wanita janda? Jangan mau nidurinnya aja?” Inggit menaikkan dagu tanpa mengalihkan tatapan. “Inggit....”“Jangan pernah meremehkan seorang janda, janda juga bukan hanya untuk sekadar tepat Mas memuaskan nafsu. Dan saya juga kelak akan menjadi janda, saya tahu perasaan wanita itu, Mas.”“Inggit, maksud Mas bu....”“Udah, ah. Aku beneran gak betah tinggal di sini, aku udah capek ikutin rencana ini.” Inggit berbalik menuju kamar mandi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status