Share

kebodohan yang mutlak

Auteur: Hangga rezka
last update Dernière mise à jour: 2022-07-15 15:35:42

“Wah, Apa benar kamu pandai di ranjang?” selidik Agam, dengan isi kepala membayangkan wanita berambut panjang, yang memiliki lekuk tubuh berisi seperti payudara Kim Kardashian dan perut rata Michelle Keegan yang ada di hadapannya.

Agam menatap Inggit. Di sisi lain ada perasaan senang dengan keadaan temannya ini.

Inggit mendesah berat, bingung untuk mengutarakan kalimat dan apa yang harus ia lakukan setelah ini.

“Aku percaya sih, kalau kamu hebat kikuk kikuknya.” Agam menatap Inggit dengan buas.

“Udah, deh! Kok jadi bahas itu.”

“Cerai aja sudah.” Agam kembali membumbui.

Inggit semakin gelisah, sedikit membenarkan kata-kata temannya ini.

“Tapi, lebih baik aku liat permainannya dulu sampai mana.”

“Permainan apa? Permainan kikuk kikuknya?”

“Iih, kamu kok jadi genit gituu, gak jelas!” Inggit mencubit pelan lengan Agam.

“Duh, duh, duh, cubit aja gak apa-apa, gue ikhlas. Jangankan di cubit, diapain aja rela.”

“Aku udah punya suami,” ujar Inggit memoncongkan bibir.

Seketika Inggit termenung, ia sangat merindukan suaminya yang selalu memanjakan dirinya seperti dulu. Membuatnya merancau. “Sentuh aku mas.”

“Nih, aku sentuh,” ujar Agam menyentuh pipi Inggit yang tembem bag bakpao.

Inggit memegang tangan Agam penuh kerinduan dan mencium punggung tangan itu. “Mas, aku kangen sentuhanmu.”

Agam menelan salivanya susah payah. Ia seperti tertimpa durian tepat di kepalanya. Namun, Inggit menyadari bahwa dirinya sedang berhalusinasi.

“Iiihh, maaf, aku gak bermaksud ... ”

“Gak usah minta maaf, aku juga mau kok!” Agam tersenyum penuh keinginan.

“Aku udah punya suami!” tegas Inggit.

“Percuma punya suami tapi kamu tidak pernah kikuk kikuk,” canda Agam kemudian terkekeh puas.

Inggit menundukkan kepala, apa yang dikatakan Agam adalah kebenaran. Ia merasa seperti menjadi istri yang tak dianggap.

“Duh, sorry nih, aku harus buru-buru cabut, ada kepentingan mendadak!” pamit Agam yang sok sibuk, ia tahu bahwa Inggit akan membutuhkannya saat ini dan di sini pula ia mulai mempermainkan keadaan yang menguntungkannya.

“Baiklah, tapi aku harap kamu bantu aku ya, kalau beneran Mas Arya selingkuh.”

“Siap! Aku juga gak kalah hebat kok dengan Mas Aryamu,” goda Agam sambil mencolek dagu Inggit.

“Salam celana dalam,” tambah Agam sebelum berlalu pergi.

Inggit terpaku. Bukan masalah Agam yang selalu genit kepada dirinya. Ia tahu bahwa Agam memang seperti lelaki yang haus sentuhan, dan otaknya jorok. Namun, ia memiliki hati yang baik. Inggit melainkan terjebak dalam memikirkan apa rencana untuk suaminya.

“Aku selikidi aja, Ehk, selidiki maksudnya, duh aku ketularan Agam nih, suka gak jelas.”

Inggit lantas pergi dari kafe itu dan langsung memesan taksi online.

Di dalam taksi, Inggit juga hanya termenung untuk menyiapkan diri sebelum ia mendengar atau melihat hal yang tidak diinginkan. Karena baginya hal itu terdiri atas baik buruk untuk hidupnya kelak.

Inggit turun dari taksi persis di depan kantor suaminya bekerja. Bukan telah cukup lama ia tidak pernah menginjakkan kaki di sini. Ia melainkan tidak pernah. Tanpa sadar gaya penampilannya juga mengundang perhatian. Ia hanya mengenakan pakaian yang sederhana meski kecantikannya masih tidak bisa bohong.

“Permisi saya mau bertemu dengan Arya Wijaya,” Inggit mengatakan dengan sopan dengan salah satu satpam.

“Maaf, ada perlu apa? Apa sudah membuat janji?” tanyanya.

“Saya istrinya!” Inggit the to point.

Tentu saja hal ini membuat satpam menatap Inggit tidak percaya. Baru saja Inggit mau menunjukkan foto pernikahan di ponselnya, dirinya melihat Arya dan seorang wanita, berjalan berdampingan sangat akrab.

“Nah, itu dia ... apa celana dalam itu milik wanita itu?” Inggit bertanya pada dirinya sendiri. Lantas ia mengikuti ke mana suaminya dan wanita tersebut pergi. Ternyata menuju ke arah mobil sedan yang berwarna hitam.

Inggit sangat berhati-hati mengikuti mereka dengan mengendap-endap. Irama jantung berdegup kencang di saat melihat Arya merangkul wanita itu dengan mesra.

“Iiiih, Mas Aryaaaa,” lirihnya. Ia tak serta merta tak kehilangan akal, mencari taksi. Namun ia tidak menemukannya, hanya ada pengendara motor, dan ia yakin bahwa pengendara tersebut adalah ojek.

“Mas ikuti mobil itu. Pokoknya jangan sampai kehilangan jejak," perintah Inggit. Ia tanpa sadar menepuk-nepuk pundak tukang ojek karena takut kehilangan jejak.

“B-baik,” balasnya tergagap. Tanpa ba-bi-bu langsung tancap gas.

“Mas Arya jahat!”

“Mas Arya durjana!”

“Mas Aryaaaa!”

Inggit nyerocos sepanjang jalan, sambil mencubit-cubit tukang ojek yang terus fokus mengikuti pinta Inggit.

Inggit semakin cemas kala mendapati mobil yang ditumpangi sang suami memasuki kawasan penginapan yang letaknya tak jauh dari kantor.

“What? Apa dugaanku benar? Astaga jauhkan pikir jelek yang bersarang ini.” Inggit memanjatkan doa sebelum turun dari motor. Lalu, terburu-buru untuk masuk dalam penginapan.

“Mbak!”

Pekik itu terdengar di telinga Inggit, yang baru melangkah beberapa meter dari tukang ojek itu. Ia menoleh. “Kenapa mas? Apa kurang bayarannya.”

“Bukan, mbak bukan.”

Inggit menautkan alisnya. “Jadi?”

“Aku bukan tukang ojek,” jelas pria yang di kira tukang ojek oleh Inggit.

“Duh, maaf deh kalau begitu, soalnya ak--.” Mata Inggit membulat tidak meneruskan ucapannya tatkala pria itu membuka helmnya.

“Agam?” Inggit ternganga. Merutuki dirinya sendiri yang tidak menyadari bahwa pria yang mengendarai motor itu adalah sahabatnya.

‘Sial! Kenapa aku bego banget, masa tukang ojek pakai motor sport.’ Inggit merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana tidak ia seperti wanita yang bodoh mutlak, habis ditipu suami, sekarang tidak bisa mengenali sahabat sendiri.

Pria itu tersenyum. “Iya, emang kamu bego? Masa orang tampan seperti ini jadi tukang ojek!”

Inggit mengernyitkan dahi, kenapa Agam tahu apa yang ada dalam pikirannya.

“Nah, pasti kamu bingung? Kenapa aku bisa tahu?” tanyanya.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   mengungkap teror

    Agam tertawa dan mengusap tangan yang tercubit oleh Inggit, lalu kembali serius. "Baiklah, serius saja. Aku punya rencana untuk mengungkap kebenaran di balik teror ini. Kita harus berpencar dan mengumpulkan bukti secara terpisah." Inggit mengangguk, masih terlihat waspada. "Apa rencanamu, Gam? Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada kita." Agam memandang Inggit dengan serius, lalu menjelaskan rencananya. "Kamu pergi ke rumah temanmu, Rina, dan tunggu instruksi dari aku. Sementara itu, aku akan menyelidiki parkiran ini dan mencari petunjuk tentang siapa yang melakukan ini." Inggit mengangguk, tapi terlihat ragu. "Gam, aku takut sendirian..." Agam mendekat dan memeluk Inggit pelan. "Aku akan selalu menjagamu, Inggit. Percayalah pada aku." Inggit membalas pelukan Agam dengan erat, lalu melepaskan diri dan mengangguk. "Baiklah, aku percaya kamu, Gam. Tapi kamu harus berjanji untuk berhati-hati juga." Agam tersenyum dan mengusap pipi Inggit. "Aku berjanji

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   Suasana hangat

    Pisau yang ingin tertancap di dada Inggit semakin menekan. Untungnya, Agam terlebih dulu mendorong tubuh Inggit dan melepaskan pisau itu. PRANG!Agam segera menjauhkan pisau itu dengan bantuan kakinya. Agam memeluk erat tubuh Inggit yang rapuh. “Baiklah! Aku percaya. Aku akan membantumu. Aku mohon jangan seperti ini. Inggit yang aku kenal tidak mudah patah semangat.”Nafas Inggit tersengal. Walau dadanya terasa sakit, tapi usahanya membuahkan hasil. Ia berhasil membuat Agam percaya. Akting Inggit tak sampai di sini, dirinya langsung berpura-pura pingsan, dan menjatuhkan tubuhnya di dada Agam. Agam yang sigap, langsung menuntun tubuh Inggit ke ranjang. Lalu, berlari menuju pintu. Dia berteriak meminta tolong kepada dokter. Inggit tersenyum senang menatap punggung Agam. Semua sudah Inggit rencanakan dengan matang. Dia akan membalas setiap luka dari Arya. Ia tak bodoh seperti dulu, terlalu baik untuk melupakan

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   melukai dadanya

    Tak jauh dari Inggit berdiri, mobil berhenti mendadak.“Dia pingsan.” Temannya ikut melihat wanita itu dari spion mobil. Mengerling jengah! Tentunya sangat malas mengikuti pola pikir Agam yang terlalu manusiawi. “Waktu....”Agam tetap setia menginjak pedal rem mobilnya. Sementara terlihat jelas lelaki yang ada di sebelahnya, tidak ingin membuang waktunya hanya untuk menolong wanita yang dianggap gila itu. “Emang Inggit itu siapa? Apa kamu mengenal nama itu?”“Hah, sudah tidak usah mengulik masa lalu seseorang, di sana ada luka yang cukup dalam. Sangat kentara menyakitkan.”Teman Agam tersenyum remeh, “Malah, puitis.”Mau tidak mau, Agam melaju dengan kecepatan pelan. “Waktu, Gam! Rapat tentang membuka cabang kedai akan segera di mulai, apa kamu mau membuang kesempatan ini!”Agam masih terpikir bila itu benar Inggit. Meskipun bukan Inggit, hatinya sangat berat bila tak menolong, meni

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   kembali ke kota

    “Bu Sari, nyuruh aku sembunyi.”“Kenapa?”“Itu Pak masalahnya, aku gak tau pasti,” ucapku lirih. “Ibu Sari ada bilang apa lagi?” Inggit hanya menggeleng. Pria itu mencoba menenangkan Inggit dengan mengelus pelan pundaknya. Ada sedikit rasa tertolong karenanya. Tak lama kemudian, seorang perawat keluar dari ruangan ICU. Perawat itu mengabarkan bahwa keadaan Ibu Sari mulai membaik. Hanya, memang masih butuh perawatan, sehingga harus menginap untuk beberapa waktu ke depan. “Tenang, Bu... Ibu tidak boleh banyak gerak dulu,” ucap seorang dokter yang kemudian menyusul keluar. “Terima kasih, Dok,” seru Inggit yang baru saja tiba. Dokter hanya membalas anggukan dan pamit berlalu. Inggit dan pria paruh baya itu menghampiri keadaan Ibu Sari. Dan Ibu Sari sempat bercerita singkat tentang tragedi yang sedang menimpa ini adalah suruhan Arya. Arya yang sudah mengetahui bahwa Inggi

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   tak terduga

    Dengan cepat Denny merebut bungkusan keresek. “Mas,” bentak Inggit. “Ini masih basah.” Inggit mendengus. Lalu, ia keluar kamar dan pergi ke halaman belakang. Perkataan tentang acara pernikahan itu membuat ia menyelidik. Ingin melihat dekorasi yang dikatakan Pak Djarot. Memang terlihat dekorasi itu terlihat sederhana membuat Inggit terenyuh, apabila semua rencana yang telah Pak Djarot persiapkan ini akan gagal. Inggit gelisah, bagaimana dengan dendamnya kepada sang suami, ia buru-buru meninggalkan rumah ini. Setelah sampainya di kebun tomat yang lumayan jauh dari rumah. Entah mengapa air mata Inggit menetes bila merasakan kekecewaan Pak Djarot bila mengetahui semua ini adalah setingan semata. Hampir dua jam lamanya, Inggit terjebak dalam pikiran kalutnya. Barulah setelah sedikit tenang Inggit mencoba bersabar menarik keinginannya. Namun, seketika Inggit kembali ke rumah itu tampak gelap. Padahal adzan maghrib sudah hampir satu jam lalu. Saat Inggit mende

  • Balasan untuk Suami Hidung Belang   janda kota dan janda desa

    “Maksud Mas, bukan ... iya benar, Mas salah. Tapi....”“Dalam soal apa lagi laki-laki harus bertanggungjawab dengan apa yang dia perbuat!” Inggit kembali maju mendekati Denny. Kini jarak mereka tak lebih dari satu meter. Inggit mendongak untuk melihat wajah Denny yang menyiratkan rasa penyesalannya. “Mas tau sebagai lelaki harus bertangungjawab, tapi Mas hanya mencari istri yang mau tinggal bersama ayah saya. Dengan segala sikap ayah saya.”“Banyak alasan, memang kenapa dengan wanita janda? Jangan mau nidurinnya aja?” Inggit menaikkan dagu tanpa mengalihkan tatapan. “Inggit....”“Jangan pernah meremehkan seorang janda, janda juga bukan hanya untuk sekadar tepat Mas memuaskan nafsu. Dan saya juga kelak akan menjadi janda, saya tahu perasaan wanita itu, Mas.”“Inggit, maksud Mas bu....”“Udah, ah. Aku beneran gak betah tinggal di sini, aku udah capek ikutin rencana ini.” Inggit berbalik menuju kamar mandi.

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status