Share

Bab: 2

Author: Mikeen SI
last update Last Updated: 2025-06-07 16:08:56

Rayden berdiri di dekat ranjang rumah sakit, kedua tangannya bersilang di dada. Sorot matanya dingin, seperti biasa. Tapi kalimat yang keluar dari mulutnya kali ini terasa jauh lebih tajam dari biasanya.

"Sebaiknya kamu tidak melakukan apa-apa lagi. Semua usahamu... hanya membuatmu tampak seperti badut yang menyedihkan."

Ironi dalam nada suaranya begitu kentara, dan menusuk lebih dalam dari pisau bedah.

Alana terdiam. Ia memang tidak mencintainya. Tapi saat Rayden mengucapkan kalimat itu dengan tatapan seolah dirinya tak lebih dari sampah yang mengganggu pandangan, hatinya terasa nyeri, entah karena sakit hati atau sekadar rasa muak yang tertumpuk.

Sekilas, kenangan dari seorang wanita terlintas, bagai film yang terbuat di kepalanya. Dan, Alana kini sadar, itu pasti kenangan dari si pemilik tubuh yang asli.

Ia menggenggam dadanya, menatap Rayden dengan sorot terluka yang perlahan berubah jadi tajam.

"Jangan banyak tingkah. Memangnya siapa kamu?"

Ia bukan Mikayla. Ia tidak akan merengek, merendah, atau mengemis perhatian dari pria itu.

Rayden memicingkan mata. Jelas ia tidak menyangka akan mendapat balasan seperti itu, Mikayla biasanya selalu diam, selalu memohon. Tidak pernah sekalipun melawan.

"Kamu bilang apa?" ucapnya dengan suara menahan emosi.

Ia mendekat. Namun yang berdiri di depannya sekarang bukan lagi wanita yang ia anggap lemah dan bodoh. Ada jarak tak terlihat di antara mereka, seolah Mikayla yang dulu telah menghilang, digantikan oleh sosok asing yang menatapnya tanpa rasa takut.

"Mikayla, dengar baik-baik. Jangan mengada-ada di depan mataku."

Alana nyaris membuka mulut untuk membalas, tapi suara pintu terbuka memotong suasana tegang itu.

Nita masuk, bersama seorang pria muda berseragam dokter, tampan, dengan wajah ceria yang terlalu kontras dengan atmosfer di dalam kamar.

"Wah, kakak ipar ternyata masih bisa naik darah, hebat!" ucap dokter itu dengan senyum lebar, memandangi Alana seolah sedang menonton drama favoritnya.

Alana mengerutkan dahi. "Kakak ipar?" Ia melirik tajam. “Jangan asal bicara!”

Dokter itu malah tertawa, “Wah, Kak Rayden, kalau tiap minggu harus ke rumah sakit begini, bagaimana kalau kalian langsung pindah saja ke sini?”

Rayden mendengus malas. “Ayah sedang sibuk mencarikan istri untukmu, sebaiknya jaga sikap.”

Dokter, Dion, menatap kakaknya dengan ekspresi pura-pura polos. "Eh, baiklah, tapi, serius, kukira ini sesi improvisasi teatrikal. Kalian berdua sudah seperti aktor utama drama pendek yang sekarang lagi ngetrend itu."

Lalu ia mendekati Alana dan mulai memeriksa kondisinya sambil terus berceloteh.

"Kondisimu sudah membaik. Tapi karena sempat ada cairan masuk ke paru-paru, ada potensi infeksi. Aku sarankan kamu jangan pulang dulu... kecuali kamu ingin kami buatkan ruangan VIP langganan."

Alana menyipitkan mata. “Kamu dokter atau sales kamar rumah sakit?”

Dion tersenyum lebar. “Kenapa tidak keduanya? Aku jujur, loh. Kalau kamu mau jatuh dari lantai dua, atau lompat ke danau penuh lintah, atau coba overdosis obat, aku punya paket diskon 20 persen untuk pasien tetap!”

"Kau gila!"

"Hahaha, makasih! Tapi belum selevel pasien-pasienku yang bicara sendiri dengan lampu operasi."

Alana diam, dia sudah malas menggubris ucapan itu.

Dion menghindar dengan gaya dramatis, lalu menoleh ke Rayden. “Kakak, yakin mau bawa dia pulang? Kalau kakek tahu, bisa-bisa kamu disuruh tidur di kandang anjing.”

"Biarkan saja dia pulang."

Dion menaikkan alis. “Yakin? Siap mental kalau drama lanjut di rumah?”

Rayden melotot. “Keluar, Dion.”

"Baiklah, baiklah. Lanjutkan romansa horor kalian." Ia berjalan ke pintu dan melirik ke Alana sambil menutup pintu.

“Tawaran diskonnya berlaku sepanjang bulan!”

Setelah pintu tertutup, suasana kamar kembali sunyi, dingin. Alana menatap Rayden. Lelaki itu juga diam. Keduanya akhirnya pulang ke rumah keluarga Mu.

Selama perjalanan, tak ada sepatah kata pun terlontar. Alana tak berani terlalu banyak bicara, bukan karena takut, tapi karena ia harus menjaga identitasnya. Ia bukan Mikayla. Dan ia ingin segera keluar dari kekacauan ini, cerai dengan pria yang tak di kenalnya itu, lalu pergi.

Namun saat matanya bertemu dengan tatapan Rayden, Alana tercekat. Tatapan itu... seolah familiar. Ada sesuatu yang membuatnya sesak.

“Suamiku...,” kata Alana tiba-tiba, sambil terkekeh kecil. “Suamiku!”

“Ziiitt!” Supir tiba-tiba menginjak rem, kaget mendengar Alana yang menyebut Rayden dengan begitu manja. Ia menoleh ke kaca spion, refleks menatap Rayden yang kini berwajah sekelam langit mendung.

“Lanjut,” desis Rayden. Supir buru-buru memacu mobil lagi.

Alana membeku. Tangan dan kakinya dingin. Ia melirik ke arah Rayden, yang kini menatapnya seperti menilai benda asing.

Mereka sampai di rumah keluarga Naratama. Supir turun, tak menggubris Alana sama sekali.

“Bawa nyonya muda masuk ke dalam rumah?” tegur seorang wanita tua, Pengurus rumah, pada Nita.

“Nyonya muda, mari masuk,” kata Nita cepat-cepat sambil mengangkat koper.

Alana mengikuti, melangkah masuk ke rumah yang jauh lebih mewah dari rumah keluarga Hartawan. Di dalam, aroma kekuasaan dan kesendirian terasa menekan. Rumah sebesar ini, tapi dingin. Kosong. Sepi.

Setelah sampai di kamar, Nita berkata, “Nyonya muda, istirahatlah dulu. Kalau butuh bantuan, panggil saja saya.”

Begitu Nita pergi, Alana memejamkan mata. Kamar ini terlalu tenang. Terlalu sunyi. Ia merasa tubuhnya seperti bukan miliknya. Perasaan itu kembali datang, perasaan aneh, seolah jiwanya belum sepenuhnya menyatu dengan tubuh ini.

Lalu... suara langkah kaki mendekat. Pintu terbuka. Rayden masuk, menggenggam selembar kertas.

Alana mundur satu langkah. Rayden tersenyum, tipis, dingin, menghina.

Dengan keras, ia menendang pintu hingga terbanting. Alana terlonjak.

Rayden melemparkan kertas itu tepat ke wajahnya.

“Tandatangan.”

Kertas itu menghantam wajah Alana. Ia menghela napas, membungkuk dan mengambil kertas yang terjatuh. Matanya membelalak saat membaca judulnya. Surat Pernyataan Cerai.

Ia membaca cepat beberapa baris, lalu menatap Rayden sambil tersenyum sinis. “Kamu mau cerai denganku?”

Tanpa menunggu jawaban, Alana memandangi isi surat itu lebih teliti. Rumit. Terlalu rinci. Setiap hal yang terjadi setelah pernikahan tercatat dengan sangat teliti di sana. Ia nyaris ingin memuji ketelitian Rayden, namun rasa sakit di dadanya lebih kuat dari kekaguman.

Hatinya seperti tersayat, di iris dengan pisau tumpul, di paksa untuk berdarah.

Rayden memang pengusaha sejati, selalu menghitung keuntungan, bahkan saat menceraikan istrinya.

Namun yang membuatnya bingung adalah perasaannya sendiri. Sakit ini… apakah milik Mikayla?

Alana menarik napas panjang, mencoba menetralkan ketegangan. Ia tak ingin gegabah. Rayden menatapnya, mengambil surat itu kembali dari tangannya. Ia menatap wanita di depannya dengan rasa asing. Dulu, Mikayla pasti sudah menangis, berteriak, menyebut-nyebut nama ayahnya. Tapi hari ini, dia hanya diam. Terlalu tenang. Terlalu berbeda.

"Segera tandatangani. Semua ketentuan di surat akan kutepati," ucap Rayden datar.

"Ah," Alana tertawa pelan, meremas kertas itu. "Tuan Rayden, kamu sungguh perhitungan."

Rayden menyeringai. “Tak mau tanda tangan?”

“Mikayla, isi surat itu sangat menguntungkanmu.”

“Iya, sangat menguntungkan,” sahut Alana sambil tertawa kecil. “Setelah cerai aku dapat 20 miliar. Ternyata, harga diriku hanya segitu, ya?”

Tatapannya menusuk. “Tuan Rayden memang dermawan.”

“Kamu merasa itu tidak cukup?”

“Jika aku benar-benar Mikayla, mungkin cukup. Tapi aku adalah istri Rayden Naratama. Hanya 20 miliar? Itu terlalu sedikit.”

Alana memang ingin bercerai dan segera pergi. Tapi, entah kenapa, seolah ada di dalam dirinya saat ini yang tidak ingin melepaskan pria itu. Mungkinkah, istri pria itu masih hidup di dalam tubuh itu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bangkit Di Tubuh Istri CEO Kejam   Bab: 25

    “Mikayla!” Diana jatuh ke tanah, memegangi perutnya. Tatapannya membelalak tak percaya saat melihat putrinya.Namun Mikayla tak sempat memikirkannya. Semua amarah dan sakit hati yang telah lama ia pendam akhirnya meledak. Setiap pukulan dan tendangan yang ia layangkan ke tubuh Hendra adalah luapan dari luka yang selama ini disimpannya sendiri.Saat Hendra tergeletak babak belur, dari kejauhan muncullah Zidane dan Jenita bersama sekelompok pengawal.“Tangkap dia!” seru Jenita dingin. Dalam sekejap, para pengawal langsung merangsek maju dan menyeret Diana.“Mikayla! Kuharap kau tahu diri. Satu gerakan bodoh, nyawa ibumu akan jadi taruhannya!” ancam Jenita.Mikayla yang kini terkepung oleh para pengawal, hanya bisa menatap ibunya dengan panik. Diana ditarik kasar ke depan dan dipaksa berdiri. Jenita menampar wajah Diana dengan keras.Plaak!Diana hanya mampu menatap balik dengan penuh kebencian, tak mampu melawan sedikit pun. Tubuhnya lemah. Namun Jenita tak puas, ia menamparnya lagi, le

  • Bangkit Di Tubuh Istri CEO Kejam   Bab: 24

    Hendra tidak bisa bergerak. Lengan-lengannya lumpuh, tak berfungsi seperti semestinya, hanya karena dilumpuhkan oleh seorang wanita muda. Wajahnya memerah, penuh amarah dan bingung. “Kamu… anak sialan! Apa yang kamu lakukan padaku? Lepaskan aku!”“Ayah!”Zidane dan Jenita panik. Mereka mencoba menarik Mikayla dari tubuh Hendra. Tapi Mikayla malah mengangkat kakinya dan menendang Zidane hingga terpental ke samping. Tatapannya beralih ke Zidane dan Nenek Bella, penuh peringatan. Jika mereka ingin dia melepaskan Hendra, mereka harus membawa ibunya sekarang juga.“Mikayla, apa kau sudah tak punya rasa hormat pada nenek?” tanya Nenek Bella dengan suara gemetar, ketakutan.Meskipun ia ketakutan, Nenek Bella tetap bersikap seperti kepala keluarga. Di matanya, Mikayla hanyalah cucu kecil yang mudah dibujuk. Kalau dulu bisa dikendalikan, sekarang pun pasti bisa.“Oh, Nenek? Kau pikir masih pantas disebut nenek?” Mikayla menatapnya dengan dingin. “Kau tak pernah menganggapku cucumu. Jadi kenapa

  • Bangkit Di Tubuh Istri CEO Kejam   Bab: 23

    Hendra kini hidup nyaman bersama istri mudanya, sementara Diana, istri pertama, dan Mikayla terpaksa tinggal di rumah kecil peninggalan keluarga Hendra. Rumah itu sempit, nyaris reyot, dan sangat jauh dari kemewahan yang dulu pernah mereka miliki.Namun sejak Mikayla menikah dengan Rayden, perlahan keadaan mulai membaik. Ekonomi mereka stabil, dan perlakuan orang-orang sekitar pun berubah. Tapi tidak dengan Hendra. Sikapnya pada Diana dan Mikayla tetap sama, dingin, kasar, dan penuh hinaan.Bagi Hendra, Mikayla hanyalah mesin uang. Selama ia berguna, Diana akan dibiarkan hidup lebih layak. Tapi jika manfaat itu hilang, maka penderitaan yang sama akan kembali menimpa mereka.Saat Kayla, jiwa baru dalam tubuh Mikayla, mengingat semua perlakuan itu, ia hanya bisa mengerutkan kening. Secara naluriah, tubuhnya menggigil jijik setiap kali nama Hendra terlintas.“Tidak mau pulang?” cibir Hendra dari balik telepon. “Jangan lupa, kalau bukan karena aku, kamu tidak mungkin menikah dengan Rayden

  • Bangkit Di Tubuh Istri CEO Kejam   Bab: 22

    Tamparan Kayla tadi membuat Lisa murka. Emosinya meledak. Tanpa pikir panjang, dia langsung menerjang ke arah Kayla dengan kasar dan membabi buta.Untungnya, Kayla dulunya pernah belajar bela diri. Meskipun tubuh barunya tidak sekuat tubuh lamanya, refleks dan dasar tekniknya masih tertanam kuat. Bahkan dengan tubuh yang sedikit lemah, Lisa bukan tandingannya.Beberapa gerakan cepat dan terarah, dan Lisa sudah terjatuh ke lantai.Fero sempat hendak maju, mencoba menarik Lisa menjauh, tapi gerakan Kayla terlalu cepat dan cekatan. Bahkan dia pun hanya bisa terpaku menonton.Kayla memiting tangan Lisa ke belakang. Perempuan itu memberontak dan menjerit marah, tapi tidak bisa lepas. “Kak Fero! Tolong aku! Mikayla ingin membunuhku!” ratap Lisa dengan suara gemetar.Kayla hanya mendengus. “Kalau aku memang niat membunuh, kamu sudah tidak bisa menjerit seperti itu,” ujarnya dingin.Fero menatap Kayla tak percaya. Sejak kapan kakak iparnya memiliki kemampuan sehebat ini?“Apa kamu bisa member

  • Bangkit Di Tubuh Istri CEO Kejam   Bab: 21

    Saat keluarga Naratama sedang menikmati sarapan pagi di ruang makan utama, Fero dan Lisa, tiba dengan langkah santai.Lisa segera meraih tangan Fero dan merengek manja, “Kak, bawa aku pergi bersamamu, ya? Katanya di tempatmu seru. Ayo dong, aku juga mau ikut!”Fero menghela napas kecil. Meskipun suaranya terdengar lembut, sikapnya tetap teguh. “Jangan memaksa, Lisa.”Wajah Lisa langsung merengut. Ia menyentakkan kakinya dengan kesal dan menarik tangannya dari genggaman Fero. “Kakak sama sekali tidak sayang sama aku! Aku ini adikmu, tahu!”Fero hanya bisa menatapnya dengan ekspresi tak berdaya. “Kamu masih terlalu muda, Lisa. Lagi pula, bukankah kamu harus ke sekolah? Semester ini kamu sudah kehilangan setengah SKS. Kamu tidak khawatir soal ujian ulang?”Nada Fero tetap lembut, tapi mengandung teguran. “Bagaimanapun juga kamu adalah putri keluarga Naratama. Kalau orang tahu nilai kamu jelek, mereka bisa bicara macam-macam di belakangmu.”“Aku peduli apa?” sahut Lisa keras kepala. “Mere

  • Bangkit Di Tubuh Istri CEO Kejam   Bab: 20

    "Ya, terima kasih atas pengertianmu.” Fanny menggigit bibirnya, menahan amarah yang menggumpal di dada. Apa lagi yang bisa dia katakan, selain menerima penghinaan dengan senyum?"Fanny adalah tamu. Kenapa kamu memberikan ini untuk menjamu tamu?" tanya Rayden, tatapannya tertuju pada kue di atas meja.Kayla menahan napas sejenak sebelum menjawab dengan tenang. Matanya yang bening tampak berkedip pelan. "Kupikir Nona Fanny sudah sangat dekat dengan keluarga Naratama. Bahkan dulu, banyak yang bilang kalian pasangan serasi. Jadi dia bisa datang kapan saja. Dan, aku juga sudah minta dapur menyiapkan lebih banyak kue untuk dibawa pulang, karena kue ini tidak dijual di luar.”Rayden tersenyum senang mendengar penjelasannya. Dengan lembut dia mencubit hidung Kayla. "Kamu memang selalu perhatian... Tapi tanganmu dingin sekali. Kamu kelelahan?"Kayla menggeleng. Senyum tipis mengembang di wajahnya, meski jelas terlihat dipaksakan. "Nona Fanny masih di sini. Mana mungkin tuan rumah meninggalka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status