Share

BAB 89

Penulis: Skyy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-13 20:21:17

“Kita harus bergerak sekarang,” pekik Harris dengan napas pendek. “Setiap detik yang kita buang, Sera semakin dekat ke tahap yang mereka inginkan.”

Liora menatapnya, melihat gejolak amarah yang disembunyikan Harris dengan rapat. “Tenang, emosi seperti itu akan membuat Qi-mu tidak stabil.”

“Biarkan saja.” Harris melangkah maju. “Aku butuh amarah ini.”

Lorong Zona 0 terasa semakin sempit, semakin gelap. Lampu-lampu menyala merah, berkedip seolah kehabisan daya. Di dinding, ada tanda gesekan, bekas seretan, bercak hitam yang menempel seperti jelaga.

Liora berjalan cepat di sampingnya, membawa lampu Qi kecil di tangan. “Ada pintu lain di depan,” ujarnya. “Pisah dari jalur utama. Jika D’Varuna mengikuti pola lama mereka, pintu itu menuju ruang operasi tingkat dua.”

Harris menajamkan mata. “Ruang operasi besar?”

Liora mengangguk. “Ruang untuk ‘sinkronisasi massal’.”

Anak kecil yang sebelumnya mereka selamatkan memegangi lengan Liora. Tubuh mungilnya gemetar. “Jangan pergi ke sana,” bisiknya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bangkitnya Dokter Agung    Bab 98

    “Apa?!”Suara Liora terdengar rapuh, nyaris tidak dikenali sebagai miliknya sendiri.Tubuh yang tergantung di atas altar itu bergoyang perlahan, ditahan oleh kabel-kabel hitam setebal pergelangan tangan. Kabel itu bukan sekadar pengikat, ia berdenyut, seperti pembuluh darah buatan, mengalirkan cairan merah gelap bercampur Qi yang berkilau redup.Harris tidak menjawab langsung, tatapannya terkunci pada wajah pucat itu.Kulitnya masih utuh, dada masih naik turun, sangat pelan. Namun mata hitamnya kosong, seperti jendela rumah yang sudah lama ditinggalkan penghuninya.“Ini bukan mayat,” ujar Harris akhirnya, suaranya rendah. “Tapi sisa manusia.”Cahaya merah dari altar berdenyut lagi. Setiap denyut membuat kabel-kabel itu menegang, lalu mengendur, seolah sedang memompa sesuatu yang tidak seharusnya ada.Tubuh itu bergerak.Kepalanya terangkat sedikit, dagunya bergetar. Bibir keringnya terbuka, menutup, lalu terbuka lagi, seperti sedang mengingat cara berbicara.“Hh… Ha…”Liora mundur set

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 97

    “Pintunya hidup?”Suara Liora nyaris tenggelam oleh denyut berat yang merambat dari logam hitam di hadapan mereka. Pintu itu tidak sekadar berdiri, ia bernapas. Permukaannya mengembang dan mengempis pelan, seperti dada makhluk raksasa yang tertidur di baliknya.Setiap denyut memantul ke lantai batu, merambat ke tulang Harris. Liontin di dadanya bergetar keras, panasnya menusuk sampai ke jantung.Harris melangkah lebih dekat. “Ini bukan segel biasa.”Ia mengangkat tangan perlahan dan menyentuh permukaan pintu.Dingin.Bukan dingin batu atau besi, melainkan dingin dan kosong, seperti menyentuh sesuatu yang menyedot panas dan makna sekaligus. Dalam sekejap, Qi di tubuhnya terseret keluar, tipis tapi nyata.Harris mendengus tertahan. “Logam pemakan Qi.”“D’Varuna sering menggunakannya,” kata Liora cepat, membuka gulungan kecil dari saku jaketnya. “Biasanya untuk ruang eksperimen tingkat akhir. Tujuannya sederhana, melemahkan siapa pun yang masuk.”Ia menyibakkan debu di sisi pintu, memper

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 96

    “Terus bergerak dan jangan berhenti!”Suara Harris memecah keheningan terowongan tepat saat mereka keluar dari runtuhan Zona 0. Debu masih turun seperti hujan abu di belakang mereka, sementara udara di depan terasa lebih dingin lembap, asin, dan tua.Lorong itu tidak dibangun untuk manusia berjalan tegak. Dindingnya melengkung rendah, penuh bekas karat dan guratan aneh seperti goresan kuku. Lampu-lampu darurat mati setengah, menyisakan cahaya kuning pucat yang berkedip tak menentu.Liora terengah, menahan anak kurus itu tetap dekat dengannya. “Ini bukan jalur servis biasa.”“Memang bukan,” jawab Harris pendek.Tangannya menyentuh dada, liontin giok di balik pakaiannya terasa panas, bergetar berat dan teratur, seperti jantung kedua yang memaksa langkahnya maju.Anak itu menelan ludah. “Tempat ini… mereka lewat sini.”“Kapan?” tanya Harris cepat.“Setelah ritual gagal,” jawabnya dengan suara kecil. “Mereka marah dan mereka bilang altar harus dipindahkan lebih dalam.”Liora berhenti mend

  • Bangkitnya Dokter Agung    Bab 95

    “Harris—!”Kreeekkk!Suara Liora terputus oleh bunyi panjang dari bawah kaki mereka. Lantai ruang operasi bergetar hebat, retakan menjalar cepat seperti urat pecah di kaca tua.Simon masih tersenyum, retakan itu membelah tepat di antara mereka. “Ini bagian favoritku,” katanya santai, seolah menonton pertunjukan yang sudah ia bayar mahal. “Saat semua rencana bertemu gravitasi.”“Liora, mundur!” Harris berteriak.Tanah amblas.Harris menerjang, satu tangan menarik Liora, tangan lain mengait tubuh anak kurus yang sejak tadi terdiam ketakutan. Mereka melompat bersamaan tepat saat lantai tempat mereka berdiri runtuh ke kegelapan.Udara di bawah mereka tersedot ke atas. Debu dan potongan logam beterbangan.“Pegang aku!” Harris berteriak.Liora mencengkeram bahunya keras, napasnya tercekat. Anak itu menjerit tertahan, tangannya mencengkeram jas Harris seperti satu-satunya jangkar hidup. Mereka menghantam lantai miring beberapa meter dari jurang runtuhan. Tubuh Harris terguling, punggungnya m

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 94

    “Tenang saja.”Simon melangkah masuk sepenuhnya ke ruang operasi yang masih bermandikan cahaya merah. Langkahnya santai, sepatu kulitnya beradu pelan dengan lantai logam yang dingin. Ia berhenti tepat di tengah ruangan, menatap sekeliling seperti seorang profesor yang sedang menilai hasil praktikum mahasiswa.“Kalian membuat tempat ini berantakan,” katanya ringan. “Padahal biayanya tidak murah.”Harris berdiri kaku, jarum naga di antara jari-jarinya bergetar tipis. Tatapannya menancap lurus ke wajah Simon, dingin dan penuh tekanan.“Kau terlalu tenang untuk seseorang yang berdiri di depan kematian,” kata Harris.Simon tersenyum kecil. Senyum yang rapi. Terukur. Tidak pernah menyentuh matanya. “Kematian?” Ia menoleh ke arah Dokter Hitam yang tergeletak di lantai, masih terengah. “Ah… dia? Itu hanya produk gagal.”Liora menahan napas. “Kau memanfaatkan mereka. Klan D’Varuna, konsorsium dan semua.”Simon mengangkat bahu. “Memanfaatkan terdengar kasar. Aku lebih suka kata mengorkestrasi.”

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 93

    “Tunggu, lampu itu berubah—”Suara Liora terpotong saat seluruh ruang operasi berubah warna. Cahaya putih dingin menghilang, digantikan kilatan merah pekat yang berdenyut seperti peringatan jantung darurat. Dinding bergetar halus, seolah bangunan itu sendiri sedang bernapas dengan susah payah.“Ini bukan sekadar penguncian,” gumamnya cepat.Desiran halus terdengar dari ventilasi di langit-langit.Harris mendongak tepat saat kabut tipis turun perlahan, berwarna keabu-abuan dengan kilau kehijauan samar. Aromanya tajam seperti bau logam, obat, dan sesuatu yang tidak seharusnya dihirup manusia.“Bau gas,” katanya pendek.Ia baru menarik satu napas ketika dadanya langsung terasa berat. Qi di tubuhnya bergetar tidak stabil, aliran Jantung Naga yang biasanya tebal terasa seperti terpotong-potong.“Gas penekan resonansi,” Liora menahan napas, suaranya tercekat. “Dirancang untuk dokter atau kultivator medis.”Harris menutup mata sejenak, rahangnya mengencang. “Mereka ingin melumpuhkan, bukan m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status