Share

Bab 4 - Asalkan Serahkan Istrimu!

"Ck, kamu ini ya...selalu aja menyusahkan!" Decak Nadine.

Aliando menghela nafas.

"Maafkan aku, Nad. Tapi, aku enggak tega sama Ayah dan kalau enggak dibayar, maka, pasti Ayah akan mendapat masalah."

Nadine memperbaiki posisi duduknya. Terdiam sebentar sebelum kemudian menatap Aliando lagi. "Memangnya berapa hutang Ayahmu sama renternir?!"

"Tiga puluh juta."

"Apa?!"

Nadine berdecak sambil geleng-geleng kepala. "Kok bisa sih Ayahmu punya hutang sebanyak itu sama renternir?! Apa Ayahmu itu enggak mikir kalau dia itu miskin? Emangnya buat apa?!"

"Sepertinya...buat judi, Nad."

Nadine berdecak, geleng-geleng kepala.

Nadine sudah tahu kalau Ayahnya Aliando suka main judi.

"Oke. Ntar aku pinjemin." Jawab Nadine pendek setelah terdiam sebentar. Setelah itu, dia fokus pada ponselnya lagi.

Aliando menatap sang istri dengan cepat. Tak menyangka jika Nadine akan bersedia meminjamkannya. "Makasih, ya, Nad. Makasih banyak karna kamu mau meminjamkan uang sama aku."

Seketika kedua mata Aliando mendadak memanas. Ia sangat terharu dengan kebaikan Nadine.

Walau sikapnya dingin dan cuek kepadanya, Aliando juga tahu, jika Nadine tidak pernah mencintainya, tapi Nadine selalu baik kepadanya. Setidaknya lebih baik daripada keluarga dan kerabatnya.

"Udah deh enggak usah lebay gitu. Dan ingat! Jangan lupa dikembalikan!" Seru Nadine dengan ketus.

Seruan Nadine menyadarkan Aliando.

Aliando buru-buru mengangguk.

"Pasti itu, Nad."

Selama ini mereka berdua jarang mengobrol hal-hal manis dan romantis layaknya seperti sepasang suami istri pada umumnya.

Mereka hanya mengobrol singkat-singkat dan penting-penting saja.

Selebihnya, Nadine bersikap cuek.

Jadi hal itu agak terasa canggung bagi mereka berdua saat berada dalam situasi seperti saat ini.

"Sekali lagi makasih banyak, Nad dan aku janji, akan segera aku kembalikan!"

Nadine hanya balas berdehem, tak mau membahasnya lebih lanjut. Kembali fokus pada ponselnya.

Sementara Aliando kembali fokus menyetir.

***

Malamnya, setelah Nadine memberikan uangnya, Aliando langsung bersiap-siap hendak pergi bekerja setelah semua pekerjaan rumah beres. Sekalian Aliando akan mampir ke rumah kontrakan Ayahnya untuk memberikan uangnya.

Namun tiba-tiba terdengar suara Ibu mertua yang memanggilnya dengan keras dari luar.

Saat ini Aliando tengah mengenakan jaket, dia pun bergegas keluar kamar.

"Ada apa, Ma?" Tanya Aliando.

Di depan pintu kamarnya, muka Kinanti terlihat merah padam dan matanya juga melotot.

"Kamu mau memeras Nadine, hah?!" Tanya Kinanti dengan galak sambil berkacak pinggang.

"Kamu pinjam uang sama Nadine sebanyak 30 juta buat bayar hutang Ayahmu?!" Lanjut Kinanti. Aura mertua galaknya mendadak terpancar keluar. Menakutkan sekali.

Aliando mengerjap sebelum kemudian mengangguk.

"Iya, Ma."

"Tapi aku minjam kok, Ma sama Nadine. Bukan minta. Pasti akan aku kembalikan!"

"Dasar keluarga miskin yang suka hutang! Anak sama Ayah sama saja! Sama-sama buat susah!" Decak Kinanti sambil melipat tangan di depan dada.

"Kayaknya kamu memang harus segera kami tendang dari rumah ini deh dan memisahkan kalian berdua! Kami bener-bener udah muak sama kamu, Al!" Ucap Kinanti mangguk-mangguk dengan pandangan menyipit.

Aliando terbelalak, tidak tahu harus merespon seperti apa begitu mendengar hal itu.

"Eh, laki-laki kere! Emangnya kamu mau ngembaliin pake apa? Kamu aja kerjanya cuma jadi bartender. Gajimu aja sedikit. Mana mungkin kamu bisa ngembaliin uang sebanyak 30 juta?!" Bentak Kinanti.

Aliando menunduk.

Sebenarnya dia juga bingung : bagimana caranya dia akan mengembalikan uang itu?

Benar apa kata Ibu mertuanya.

Tapi Aliando berharap Nadine dan mertuanya bisa mengerti keadaanya karena dirinya juga sudah menuruti semua perintah mereka semua selama 2 tahun dia tinggal bersama mereka. Dia sedikit berharap, mereka akan membantunya.

Tapi Aliando lupa akan satu hal jika dirinya tidak dianggap sebagai menantu oleh mereka.

Jadi, pasti, hal itu tidak berlaku sama sekali.

"Iya, kan? Kamu bingung, kan?! Bagimana caranya mengembalikannya?!" Seruan Kinanti membuat lamunan Aliando buyar.

"Kamu itu emang berniat mau memeras Nadine, Al! Dasar sampah!" Kinanti kembali berseru sambil menuding muka Aliando.

Aliando tidak membalas perkataan Ibu mertuanya.

Keduanya terdiam sejenak.

"Mana...balikin uang yang 20 juta! Mama cuma ijinin kamu pinjam 10 juta saja. 10 juta saja, Mama enggak yakin kamu bisa mengembalikannya atau enggak!" Kinanti menegadahkan tangannya di hadapan Aliando. Meminta kembali uang yang telah diberikan Nadine kepada Aliando sebanyak 20 juta.

Aliando mengangguk, masuk ke kamar lagi untuk mengambil uang yang diminta Ibu mertuanya setelah sebelumnya menghembuskan nafas dengan kasar.

Selang sebentar saja, Aliando telah keluar kamar lagi dan menyodorkan uang 20 juta kepada Kinanti.

Kinanti langsung merebut uang itu dari tangan Aliando dan segera menghitung uangnya. Takut tidak genap 20 juta.

"Ingat! Kembalikan uang 10 juta yang kamu pinjam sama Nadine itu!" Ancam Kinanti setelah selesai menghitung uangnya.

Aliando mengangguk.

"Dan...itu menjadi urusanmu untuk sisanya yang masih 20 juta...usaha sendiri sana!" Ucap Kinanti dengan sinis. Tidak mau tahu. Kemudian, beranjak dari hadapan Aliando.

Apa Nadine cerita kepada Ibunya soal hal ini? Sehingga Ibunya bisa tahu?

Apa mungkin satpam yang melapor jika tadi pagi Ayahnya itu datang ke sini kepada Ibu mertuanya? Sehingga Ibu mertuanya bisa tahu? Dan tanya-tanya kepada Nadine?

Aliando mulai menerka-nerka. Argh. Itu tidak penting sekarang. Karena dia harus memutar otak untuk segera mendapatkan uang 20 juta dengan cepat.

Tiba-tiba Aliando mengerjap, seperti teringat sesuatu, dia pun bergegas keluar rumah, naik ke atas motor buntutnya sambil mengenakan helm, lantas segera melajukan motor dari halaman rumah.

***

Aliando tengah menghadap Sang Boss di bar tempatnya bekerja.

Ternyata Aliando memutuskan mau meminta bantuan kepada Bossnya.

"Boss...bisakah saya mengambil gaji saya sebanyak 20 juta...di awal?" Ucap Aliando menyampaikan maksud dan tujuannya menemui sang Boss dengan nada hati-hati.

Setelah itu, Aliando menundukan kepalanya.

Aliando merasa agak pesimis. Takut tidak akan dikasih. Pasalnya dirinya sering datang terlambat.

Sang Boss bernama Albert itu mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi sebelum kemudian mangguk-mangguk.

"Bisa-bisa." Jawab Albert sambil menyesap alkoholnya.

Aliando yang tengah menundukan kepala, seketika itu mengangkat muka.

Beberapa detik kemudian, ekspresi wajahnya mendadak berbinar.

Akhirnya dia bisa mendapatkan pinjaman.

Bossnya mau membantunya.

Dengan begitu, genap lah sudah uang 30 juta sekarang.

"Makasih, Boss...makasih banyak!" Ucap Aliando sambil membungkukan badan berkali-kali dengan senyum yang terkembang lebar. Dia lega di waktu bersamaan.

"Dan maafkan jika saya sering telat, Boss...tapi mulai saat ini...saya janji...saya enggak akan telat lagi...saya akan bekerja lebih giat lagi."

Albert melambaikan tangan, seakan mengatakan bahwa hal itu tidak masalah baginya.

"Sudah. Aku enggak akan mempermasalahkan hal itu, Al."

Aliando mengerutkan kening. Tak percaya jika ternyata Sang Boss tidak marah dan tidak mempermasalahkan hal itu. Syukur lah.

"Benar kah hal itu, Boss?" Aliando memastikan bahwa dia tidak salah dengar.

Albert mangguk-mangguk. Tersenyum.

Aliando kembali berterima kasih kepada Bossnya karena Bossnya dapat memaklumi dirinya yang sering datang telat dan berjanji tidak akan sering telat lagi.

Beberapa detik kemudian, Albert mengatupkan rahangnya, berfikir.

"Apa benar...kalau istrimu itu bernama Nadine?" Tanya Albert sambil memainkan dagunya.

"Benar, Boss." Jawab Aliando.

Aliando agak heran karena Sang Boss bertanya soal hal itu.

Albert memperbaiki posisi duduknya. "Tapi...Nona Nadine enggak menganggapmu sebagai suami, kan? Dan mertuamu juga enggak menganggapmu sebagai menantu? Kedua orang tuanya Nadine tidak setuju dengan pernikahan kalian berdua?" Tanya Albert lagi.

Aliando hanya balas mengangguk pelan. Semakin bingung karena Sang Boss mendadak membahas hal tersebut.

Albert berdecak, "Al...Al...menyedihkan sekali ya hidupmu..." Ucapnya sambil menatap Aliando.

Aliando menghela nafas.

Ternyata Bossnya mau meledek dirinya.

Albert kembali mengatupkan rahang. "Aku tidak hanya akan memberimu uang sebanyak 20 juta yang kamu minta, Al. Akan aku tambahi. Berapa pun yang kamu mau, akan aku kasih!"

Aliando tersentak kaget sebelum kemudian keningnya semakin berkerut.

Dirinya hanya membutuhkan uang sebanyak 20 juta saja.

"Asalkan...serahkan istrimu kepadaku..." Albert menyeringai lebar.

Perkataan Albert tak ayal membuat mata Aliando melebar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status